Menteri Pertanian Pastikan Balikkan Sejarah Impor Jagung Menjadi Ekspor

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman memastikan untuk membalikkan sejarah impor 3,5 juta ton jagung menjadi ekspor.

Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/HANIF MANSHURI
Menteri Pertanian saat berada di panen raya jagung di Lamongan Rabu (6/2/2019) 

TRIBUNMADURA.COM, LAMONGAN - Menteri Pertanian, Amran Sulaiman memastikan untuk membalikkan sejarah impor 3,5 juta ton jagung menjadi ekspor.

"Itu poin yang terpenting," ungkap Mentan Amran Sulaiman saat panen raya jagung di Desa Mojorejo Kecamatan Modo Lamongan Jawa Timur, Rabu (06/02/2019).

Amran mengungkapkan, dulu pada 2014, Indonesia pernah impor jagung 3, 53 juta ton yang nilainya Rp10 Triliun,
2015 impor turun 1,3 ton dan pada 2016 turun 900 ribu ton. Kemudian pada 2017 tidak ada lagi impor jagung.

Tabrak Lari Terjadi di Malang, Kini Polisi Melacak Pelaku Melalui Plat Nomor yang Tertinggal

Mahasiswa Asing Belajar Membatik di IKIP Budi Utomo: Saya dan Teman dari Jerman Suka Batik

"Sementara pada 2018 kita ekspor mencapai 380.000 ton," katanya.

Kemudian di akhir tahun impor jagung sebanyak 100.000 ton. Dasar mengapa harus impor, menurut Amran, karena untuk menyelamatkan peternak yang mencapai 2, 5 juta orang.

Namun, Amran memastikan pada tahun 2019 ini, dalam kurun waktu satu hingga dua bulan kedepan akan ekspor.

"Nah tahun ini Insya Allah dalam satu atau dua bulan ke depan kita ekspor," ungkapnya.

Jagung yang akan diekspor, termasuk hasil panen dari Gorontalo. Bahkan Gubernur Gorontalo menjanjikan akan ekspor sebanyak 150.000 ton.

Lapas Narkotika Klas IIA Pamekasan Jadi Contoh Lapas yang Sadar Literasi

Mengembalikan ekspor, akan menjadi upaya pemerintah. Pada tahun lalu sebanyak 380 ribu ton, mudah-mudahan tahun ini bisa mencapai 500 ribu ton.

"Ini perkiraan kita, masuk 4 sampai 5 jutaan ton, sampai bulan Februari nanti," katanya.

Produksi jagung dari lahan total mencapai 21 ribu hektare, dalam waktu dekat 11 ribu hektare akan di panen. Sementara dari Mojorejo Kecamatan Modo ini ada 400 hektare.

Artinya sudah memasuki panen raya. Melihat harga di lapangan, harganya itu Rp 3.400 perkeligron sampai Rp 3.600 perkilogram. Sedang dua bulan lalu harganya Rp 5.600.

"Artinya harga sudah turun Rp 2.000 perkilo," katanya.

Nah karena justru ini, pihaknya khawatir dalam dua minggu ke depan harga semakin turun dibawah HPP.

Maka pihaknya mengupayakan mengajak Bulog untuk menyerap hasil panen petani. dan itu perintah Presiden, jangan biarkan petani merugi, tetapi peternaknya juga merasa untung.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved