Berita Jember

Jangan Khawatir, Media Sosial Tidak Akan Gerus Sastra

Jangan Khawatir, Keberadaan Media Sosial Tidak Akan Menggerus Sastra, yang Terjadi Bahkan Sebaliknya.

Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/ENDAH IMAWATI
Guru Besar Universitas Negeri Malang (UM) Prof Djoko Saryono mengingatkan untuk memahami transformasi dalam media yang digunakan sastra, Kamis (20/12/2018), di aula Fakultas Ilmu Budaya Unej, Jember. 

TRIBUNMADURA.COM, JEMBER - Kehadiran media sosial yang membuat dunia sastra berbasis cetak akan tergerus, tak perlu dicemaskan. Itu disampaikan Novi Anoegrajekti, guru besar dari Universitas Jember (Unej) dalam Seminar Nasional Sastra dan Budaya dengan tema Sastra dan Perkembangan Media di aula Fakultas Ilmu Budaya Unej, Jember, Kamis (20/12/2018).

"Sastra dengan perkembangan media yang ada memiliki pendukung berbeda. Mereka tidak saling mematikan," kata Novi yang menjadi ketua panitia seminar.

Seminar yang menghadirkan Putra Manuaba dari Universitas Airlangga, Aprinus Salam dari Universitas Gadjah Mada, dan Prof Djoko Saryono dari Universitas Negeri Malang (UM) membahas penggunaan media sosial dalam sastra.

Putra menunjukkan sastra cyber memberikan kemudahan dalam mengakses informasi apa pun sehingga dapat memacu kreativitas dan mutu karya kreatif. Tentu tidak seperti media sastra sebelumnya yang memiliki banyak keterbatasan.

"Dalam media sastra cyber ini diperlukan penguasaan berbagai bahasa, karena semua informasi di internet disajikan dalam berbagai bahasa. Penguasan terhadap berbagai bahasa, makin membuka komunikasi antarbangsa, yang
mampu menembus batas agama, kultur, maupun bahasa itu sendiri," papar Putra.

Aprinus mengingatkan, media sosial berbasis informasi. Pilihannya benar atau tidak. Sebaliknya, sastra yang menggunakan media sosial berbasis imajinasi.

"Sastra dapat menggunakan media sosial. Sastra hanya mendompleng, " kata Aprinus.

Revolusi industri 4.0 revolusi digital sudah merasuk ke dalam humaniora. Kecerdasan buatan menjadi tatanan baru.

"Munculnya versi baru tidak akan mematikan yang lama. Transformasi bentuk itu harus dipahami. Sastra kita sekarang berada di tanah air baru, tanah air digital," kata Prof Djoko Saryono. (Endah Imawati)

Sumber: Surya
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved