Berita Jember

Hendak Nguji Skripsi Mahasiswa, Dosen yang Pengusaha dan Istrinya Tewas Seketika Ditabrak Kereta Api

Hendak Menguji Skripsi Mahasiswa, Dosen yang juga Pengusaha dan Istrinya Tewas Seketika Ditabrak Kereta Api.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Mujib Anwar
Tribunnews/Jeprima
Ilustrasi - Hendak Menguji Skripsi Mahasiswa, Dosen yang juga Pengusaha dan Istrinya Tewas Seketika Ditabrak Kereta Api. 

Hendak Menguji Skripsi Mahasiswa, Dosen yang juga Pengusaha dan Istrinya Tewas Seketika Ditabrak Kereta Api

TRIBUNMADURA.COM, JEMBER - Askin (49), Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Jember (Unej) yang tewas dalam kecelakaan kereta api di perlintasan sebidang Jl Mangga Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember, Selasa (2/7/2019), rupanya hendak berangkat ke kampus Unej.

Lelaki itu hendak menguji skripsi salah satu mahasiswanya.

Selain Aksin, istrinya Inggarwangi Nurcahyani juga tewas dalam kecelakaan maut tersebut.

Dia berangkat dari rumahnya di Jl Mangga, atau berjarak beberapa ratus meter dari perlintasan tersebut. Dia bersama istrinya, Ny Inggarwangi Nurcahyani (44).

Sebelum ke kampus, dia mengantarkan sang istri ke rumah sekaligus tempat usahanya di Jl Mastrip Kelurahan Sumbersari.

Letak rumah Jl Mastrip dan kampus Unej se-jurusan.

Keduanya melaju dari arah Jl Mangga. Namun setibanya di perlintasan sebidang Jl Mangga, sepeda motor yang dikendarai Askin dan istrinya ditabrak KA Tawangalun jurusan Banyuwangi - Malang.

"Pak Askin ada jadwal nguji skripsi jam 8 di kampus. Sampai jam 8 tadi kata teman-teman sesama dosen penguji kok belum datang. Ternyata ada kabar kecelakaan ini," ujar Talisman, salah satu dosen FTP Unej kepada Surya (Grup Tribunmadura.com) di rumah duka Jl Mangga, Selasa (2/7/2019).

Naik Honda Vario Boncengan Tiga, 3 Cewek ini Tewas Mengenaskan Usai Tubuhnya Dilindas Truk Trailer

Kendarai Motor Honda Beat, Pria Kediri ini Langsung Tewas Dihantam Bus PO Jaya Utama Indo di Tuban

Polres Pamekasan Gelar Patroli Selama Ramadan, Tindak Tegas Balapan Liar di Beberapa Titik Rawan ini

Akibat kecelakaan itu, ujian skripsi hanya diikuti oleh tiga orang penguji.

Seharusnya ada empat orang penguji, salah satunya Askin, dosen Program Studi Teknik Pertanian FTP Unej.

Ujian skripsi sang mahasiswa tetap berlangsung, namun berlangsung dalam kondisi sedih.

Bagi Talisman, Askin merupakan sosok dosen yang dikenal tidak menyulitkan mahasiswanya.

"Saya kenal dia dari masih mahasiswa. Saya sempat ngajar dia. Kemudian dia juga bisnis di bidang jual beli
komputer, kemudian dipanggil sebagai dosen di Unej karena kuliahnya masuk dalam program ikatan dinas. Akhirnya jadi kolega dosen di FTP. Dia itu dikenal nggak nyulitkan mahasiswa," imbuhnya.

Sedangkan bagi Heru Widagdo, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember, Askin dikenal sebagai orang yang ringan tangan.

Selain dosen, Askin dikenal sebagai pengusaha, yang juga ustaz.

Dia juga menjabat sebagai Bendahara Yayasan Ibnu Katsir, Jember.

"Orangnya itu ringan tangan, suka menolong, termasuk ketika ada bencana dan musibah. Nggak banyak ngomong, langsung bantu saja," ujar Heru.

Askin dan istrinya dimakamkan di pemakaman di kompleks SMK IT Ibnu Katsir di Jl Wisata Rembangan Kecamatan Arjasa, Jember.

Kenalan Lewat WA Hingga Tarif Kencan, Berikut 5 Fakta Penting Pria Gay Tulungagung Cabuli 50 Lelaki

Usai Beli Makan, Pemuda di Kota Kediri ini Disergap Begal Jalanan dan Langsung Melakukan Aksi Heroik

Istri Hamil 6 Bulan, Pria Asal Bangkalan ini Malah Terus Mengajaknya Mencuri Motor dan Berbagi Peran

Seperti diberitakan, pasangan suami istri, Askin dan Inggarwangi Nurcahyani meninggal dunia setelah sepeda motornya tertabrak KA Tawangalun.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB.

Ketika itu, Askin dan istrinya berkendara dari arah barat, atau dari Jl Mangga.

Namun saat hendak melintasi perlintasan itu, melaju juga dari arah utara atau dari arah Banyuwangi, KA Tawangalun jurusan Banyuwangi-Malang.

Jarak yang terlalu mepet membuat tabrakan tidak terhindarkan.

Tubuh Askin terlempar sekitar 100 meter, sedangkan tubuh istrinya terlempar 50 meter dari lokasi tabrakan.

Sementara sepeda motor terseret di bawah lokomotif hingga 500 meter jauhnya dari lokasi awal.

Manajer Humas PT KAI Daerah Operasional 9 Jember Luqman Arif membenarkan kecelakaan maut itu.

"Jam 07.43 KA Tawang alun relasi Banyuwangi - Malang di km 198+5 antara Stasiun Arjasa - Jember tertemper pengendara sepeda motor. Setelah pemeriksaan lokomotif dan rangkaian, 07.50 KA Tawangalun kembali melanjutkan perjalanan," ujar Luqman. 

Sebarkan Foto Jokowi dan Hakim yang Diedit Aneh ke Dunia Maya, Cewek Asal Blitar ini Shock Menangis

Ban Mobil Pikap Terlepas di Jalan Frontage A Yani, Totoya Innova Menghantamnya dan Sopir Tak Keluar

Ditinggal Ambil Gaji

Perlintasan kereta api sebidang di Jl Mangga Kecamatan Patrang, Jember termasuk dalam kelompok perlintasan sebidang tak terjaga.

Perlintasan tersebut menolan korban jiwa, setelah KA Tawangalun jurusan Banyuwangi-Malang menabrak sepeda motor milik dosen Unej, Selasa (2/7/2019) pagi.

Dua orang meninggal dunia dalam peristiwa itu, yakni Askin (49), Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP)
Universitas Jember dan istrinya, Inggarwangi Nurcahyani (44).

Keduanya mengendarai sepeda motor matic bernomor polisi P-6901-QK.

Manajer Humas PT KAI Daerah Operasional 9 Jember Luqman Arif mengatakan perlintasan sebidang Jl Mangga termasuk dalam perlintasan tak terjaga.

Artinya perlintasan itu tidak dikelola secara resmi oleh
PT KAI.

"Namun berdasarkan UU No 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, kewenangan untuk mengamankan perlintasan sebidang tersebut (seperti perlintasan Jl Mangga) di pemerintah daerah, tergantung kelas jalan
yang melintas rel KA," ujar Luqman.

Meski termasuk dalam kategori perlintasan tak terjaga, bukan berarti perlintasan sebidang di Jl Mangga yang menelan korban jiwa tidak berpalang pintu juga tidak berpenjaga.

Perlintasan itu dijaga secaraswadaya oleh masyarakat setempat, bukan dari petugas PT KAI.

Palang pintu, dan peralatan di pos penjagaan juga bukan dari PT KAI melainkan dari Pemkab Jember.

Dari pantauan Surya di perlintasan itu, dua palang pintu terpasang di sisi kanan dan kiri rel kereta api.

Sebuah pos juga berdiri untuk tempat penjagaan.

Di dalam pos, ada peralatan penggerak untuk membuka dan menutup palang pintu, serta membunyikan sirine.

Sirine di perlintasan sebidang itu berfungsi. Namun tidak dengan salah satu palang pintu. Hanya satu palang pintu, yakni di sisi timur rel yang bisa berfungsi naik dan turun.

Sedangkan palang pintu yang berada di sisi barat rel kereta api tidak berfungsi.

Saat Surya (Grup Tribunmadura.com) mendatangi perlintasan itu, ada Suparman (60) yang berjaga di tempat itu.

Dia adalah penjaga yang dipekerjakan oleh warga lingkungan setempat.

Dalam sejumlah perlintasan sebidang seperti di Jl Mangga, memang penjaga dipekerjakan secara swadaya oleh lingkungan setempat.

Suparman menceritakan, peralatan dan palang pintu di perlintasan tersebut merupakan bantuan dari Pemkab Jember.

"Sekitar enam tahunan ada pos dan palang pintu di perlintasan ini. Sebelumnya ya tidak ada.
Peralatan dan pos ini bantuan dari Pemda sini. Saya bekerja di sini sejak ada pos ini," kata Suparman.

Sejak perlintasan itu dilengkapi palang pintu dan penjagaan swadaya, baru kali ini, peristiwa fatal hingga merenggut nyawa orang terjadi. 

"Baru sekali ini terjadi," kata Suparman. 

Suparman lah yang berjaga saat peristiwa itu terjadi. Namun saat tabrakan berlangsung, lelaki itu tidak berada di pos.

Dia menitipkan penjagaan kepada rekannya, Toha. Dia mengaku sedang mengambil gaji dari warga di lingkungan sekitar.

"Saya ambil gaji bulanan. Tidak banyak, Rp 400.000 per bulan. Yang mbayar warga lingkungan sini. Saya kerja mulai jam 06.00 pagi sampai jam 10.00 malam (22.00 Wib)," imbuh Parman.

Artinya Parman bekerja selama 16 jam dengan bayaran Rp 400.000 per bulan.

Saat kecelakaan terjadi, dia menitipkan penjagaan kepada rekannya untuk ditinggal sebentar mengambil gajinya.

"Saya ambil gaji, namun sudah nitipkan penjagaan ke teman. Saya titip sebentar. Saat kembali
kesini, sudah kejadian itu," imbuhnya.

Karenanya, Suparman terlihat shock dengan peristiwa itu.

Beberapa kali lelaki itu menghela nafas, dan pandangan matanya menerawang.

Namun dia tetap menjalankan tugasnya paska peristiwa itu. Dia tetap membuka dan menutup palang pintu saat kereta api melintas.

Dia mengakui, hanya satu palang pintu yang berfungsi, sedangkan satunya tidak berfungsi.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved