Berita Militer

Kopassus Pasukan Elit Terdepan Penjaga NKRI, Inilah 3 Tokoh Kunci Pendiri & Kiprahnya yang Melegenda

Kopassus Pasukan Elit Garda Terdepan Penjaga NKRI, Inilah Tiga Tokoh Kunci Pendiri dan Kiprahnya yang Melegenda.

Editor: Mujib Anwar
Kolase via Kopassus.mil.id, Intisari Online, dan Wikipedia
(dari kiri) Idjon Djanbi, Slamet Riyadi, dan Alex Kawilarang. Tiga sosok dan tokoh kunci yang berperan penting dalam proses terbentuknya komando pasukan khusus atau Kopassus, satuan pasukan elit yang dimiliki TNI di Indonesia. 

Kopassus Pasukan Elit Garda Terdepan Penjaga NKRI, Inilah Tiga Tokoh Kunci Pendiri dan Kiprahnya yang Melegenda

TRIBUNMADURA.COM - Ada setidaknya tiga sosok dan tokoh kunci yang berperan penting dalam proses terbentuknya komando pasukan khusus atau Kopassus, satuan pasukan elit yang dimiliki TNI di Indonesia.

Tiga sosok kunci terbentuknya Kopassus ini terdiri dari dua veteran perang kemerdekaan dan satu mantan pasukan khusus Belanda.

Tiga sosok kunci terbentuknya Kopassus itu adalah Slamet Riyadi dan Alex Evert Kawilarang sebagai pencetus ide, sedangkan Idjon Djanbi sebagai pelatihnya.

Penjaga Terakhir Presiden Soekarno, Aksi PASUKAN HARIMAU INDONESIA Tak Kalah Hebat dari Kopassus

Kisah Kopassus Turunkan 3 Pendekar Sakti Asal Banten Untuk Tangkal Ilmu Gaib Musuh & Menangkan Misi

Hantu Putih ala Kopassus, Strategi Kalahkan Ribuan Pemberontak Kongo Menyerah Tanpa Desing Peluru

Berikut profil dan kiprah luar biasa tiga sosok dan tokoh kunci yang berperan penting dalam proses terbentuknya Kopassus, salah satu satuan pasukan elit yang dimiliki TNI:

1. Slamet Riyadi

Sosok Slamet Riyadi cukup melegenda lantaran selalu berpartisipasi dalam pertempuran melawan penjajah Belanda dan pemberontak.

Slamet Riyadi juga merupakan pencetus ide pertama pembentukan Kopassus, yang kemudian baru direalisasikan oleh Alex Kawilarang.

Sayangnya, Slamet Riyadi tak bisa melihat Kopassus terbentuk lantaran ia telah gugur terlebih dahulu dalam sebuah pertempuran.

Dilansir dari Tribun Jabar dalam artikel 'Slamet Riyadi, Pelopor Pembentukan Kopassus, Sosok Melegenda Penggempur Penjajah dan Pemberontak', Slamet Riyadi memang melegenda karena jejak tempurnya yang berhasil menaklukan lawan.

Slamet Riyadi kerap menjadi komandan tempur melawan pihak Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia.

Ia menggempur penjajah pada Agresi Militer Belanda I di sejumlah wilayah.

Mulai dari, Ambarawa, Semarang, hingga kawasan di sekitar Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Selain itu, Slamet Riyadi pun sempat diterjunkan menumpas Angkatan Perang Ratu Adil di Jawa Barat.

Kemudian, ia pun ikut tempur dalam berbagai operasi untuk menggempur para pemberontak, RMS.

Slamet Riyadi berkali-kali memenangkan operasi sehingga bisa mencegah lawan untuk menguasai wilayah.

Mulai dari Pulau Ambon, hingga di New Victoria.

Namun, perjuangannya berakhir di medan laga, ketika terkena peluru yang menembus seragamnya.

Ia meninggal pada usia muda, yakni 23 tahun.

Ide pembentukan Kopassus tak lepas dari pengalaman tempur Slamet Riyadi.

Awalnya Slamet Riyadi mengidentifikasi masalah saat bertempur melawan para pemberontak, Republik Maluku Selatan (RMS).

Pada pertempuran itu, Slamet Riyadi bertanggung jawab sebagai komandan operasi.

Hasilnya, para pemberontak itu berhasil digempur hingga tumbang, tapi banyak di antara anggota TNI yang juga menjadi korban.

Dikutip dari portal resmi Kopassus, ia menilai pasukan RMS yang jumlahnya lebih kecil ternyata kerap menggagalkan pasukannya.

Padahal, pasukan militer TNI memiliki kekuatan lebih besar.

Peristiwa itulah yang melatarbelakangi Slamet Riyadi mempelopori ide pembentukan Kopassus.

Ia menilai membutuhkan pasukan yang bisa gerak cepat dan tepat dalam menghadapi berbagai sararan.

Walupun itu berat, tapi pasukan itu harus bisa menghalau semuanya hingga tuntas.

Cita-cita itulah yang kemudian diwujudkan Alex Kawilarang, rekan Slamet Riyadi yang juga memimpin pertempuran melawan RMS.

2. Alex Evert Kawilarang

Sosok Kolonel Inf Alex Evert Kawilarang mungkin tak banyak diketahui masyarakat luas, tapi ia sangat melegenda di kalangan Kopassus

Dalam perjalanan hidupnya, Kolonel Inf Alex Evert Kawilarang lah yang mewujudkan terbentuknya pasukan komando TNI yang kini dikenal sebagai Kopassus

Dilansir dari laman kopassus.mil.id, berikut perjalan hidup Kolonel Inf Alex Evert Kawilarang pendiri Kopassus.

Alex Kawilarang lahir di Jakarta 23 Pebruari 1920.

Jabatan terakhir dalam pemerintahan resmi adalah Atase Militer di KBRI Washington (1957).

Setelah tahun itu nama Alex Kawilarang lebih sering dihubung-hubungkan dengan angkatan perang PRRI/Permesta (1959).

Alex Kawilarang dikenal sebagai seorang yang berdarah militer.

Ayahnya seorang perwira KNIL yang pada tahun 1910 sudah mendapat pendidikan sekolah perwira di Jatinegara.

Alex Kawilarang sendiri setelah menyelesaikan sekolah menengahnya di Bandung masuk CORO (Corps Opleiding Reserve Officieren =Korps Pendidikan Perwira Cadangan)

Pada tahun 1941, Alex Kawilarang masuk Koninklijk Militair Academia=Akademi Militer Kerajaan (KMA), yang dipindahkan dari Breda (Belanda) ke Hindia setelah serbuan Jerman atas Belanda (1940).

Karena dinilai sangat cakap, Alex Kawilarang ditunjuk menjadi instruktur pada akademi militer tersebut dan ikut bertempur melawan Jepang, bahkan ia pernah merasakan siksaan sebagai tawanan Jepang.

Pada awal revolusi Alex Kawilarang bersama sejumlah rekannya di CORO dan KMA ikut menyusun tentara keamanan rakyat di wilayah Jawa Barat.

Pada awal 1946 Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Brigade II untuk wilayah yang mencakup Cianjur, Bogor dan Sukabumi dengan pangkat Letnan Kolonel.

Dalam Agresi Belanda pertama (pertengahan 1947), Alex Kawilarang mendapat ultimatum dari Belanda untuk menyerah, akan tetapi Alex Kawilarang menjawab bahwa ia bersama rekannya lebih suka mati dari pada menyerah.

Kota Sukanegara yang menjadi markas Brigade II direbut Belanda, namun Alex Kawilarang telah membumihanguskannya terlebih dahulu.

Seiring dengan berlakunya Perjanjian Renville, Alex Kawilarang ikut pindah ke Yogyakarta.

Pada bulan Agustus 1948 Alex Kawilarang dikirim ke Sumatera untuk ikut mengadakan reorganisasi ketentaraan di sana.

Setelah penyerahan kedaulatan ia diangkat sebagai Panglima Teritorium Sumatera Utara dan berkedudukan sebagai Gubernur Militer (1950).

Alex Kawilarang kemudian ditugaskan untuk menumpas pemberontakan militer Andi Azis di Sulawesi Selatan.

Dalam operasi tersebut ia diangkat sebagai Panglima dari semua satuan (darat, laut dan udara) yang bertugas menjalankan operasi di wilayah Indonesia Timur.

Setelah pemberontakan tersebut berhasil ditumpas, Alex Kawilarang kembali ditugaskan untuk mengatasi pemberontakan RMS di Maluku dan Kahar Muzakar.

Pada bulan Nopember 1951, Alex Kawilarang diangkat sebagai Komandan Teritorium III Jawa Barat dengan pangkat Letnan Kolonel.

Pada saat inilah Alex Kawilarang mewujudkan dibentuknya Kesatuan Komando yang terlatih bertempur dalam satuan-satuan kecil yang serba bisa dan dapat diandalkan.

Alex Kawilarang pun meminta Idjon Djanbi untuk melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus, yang kini dikenal sebagai Kopassus

Sebagai Panglima Divisi Siliwangi ia terjun langsung dalam penumpasan gerombolan Darul Islam pimpinan Karto Suwiryo.

Alex Kawilarang diangkat sebagai Atase Militer di KBRI Washington hingga tahun 1957.

Ia selanjutnya mengajukan pengunduran diri karena tidak setuju dengan kebijaksanaan pemerintah pusat dalam menangani kasus Permesta.

Sejak saat itu namanya sering dicantumkan sebagai Kepala Staf Angkatan Perang PRRI/Permesta.

3. Idjon Djanbi

Dalam perjalanan hidupnya, Idjon Djanbi memang berperan besar dalam membentuk pasukan komando berbaret merah itu.

Dilansir dari Tribun Jambi dalam artikel 'Pria Belanda Ini Ogah Balik ke Negaranya, Pilih Jadi Mualaf di Indonesia & Cetak Pasukan Khusus TNI', berikut perjalan hidup Idjon Djanbi legenda Danjen Kopassus pertama.

Idjon Djanbi merupakan prajurit veteran Perang Dunia II asal Belanda.

Ia lahir di desa kecil Boskoop, 13 Mei 1914 dengan nama Rokus Bernardus Visser.

Ia berasal dari lingkungan keluarga petani bunga dan berbagai hobi menantang dilakoninya, dari mendayung perahu kayu, balapan mobil, bermain sepak, berkuda bola (polo) bahkan mendaki gunung.

Pecahnya Perang Dunia II tahun 1939, membuat Visser tidak bisa pulang ke Belanda karena telah dikuasai Jerman.

Di usia 25 tahun, ia terpanggil masuk dunia militer untuk membela Belanda.

Tahun 1940, ia masuk dinas militer sukarela Tentara Sekutu yang berperang melawan Jerman.

Tugas pertamanya sebagai tentara adalah menjadi sopir Ratu Wilhelmina.

Selang setahun berdinas, ia mengundurkan diri.

Ia lalu mendaftarkan diri sebagai operator radio di Pasukan Belanda ke-2 (2nd Dutch Troop).

September 1944, ia merasakan operasi tempurnya yang pertama bersama pasukan Sekutu dalam Operasi Market Garden.

Pasukan tempat Visser bertugas termasuk ke dalam Divisi Lintas Udara 82 Amerika Serikat.

Pendidikan komando ditempuhnya di Commando Basic Training di Achnacarry di pantai Skotlandia yang tandus, dingin dan tak berpenghuni.

Setelah menjalani latihan khusus yang keras dan berat, ia berhak menyandang brevet Glider (baret hijau).

Pelatihan dan pelajaran yang diperoleh antara lain berkelahi dan membunuh tanpa senjata, membunuh pengawal, penembakan tersembunyi, perkelahian tangan kosong, berkelahi dan membunuh tanpa senjata api.

Sedangkan baret merah diperoleh melalui pendidikan komando di Special Air Service (SAS), pasukan komando Kerajaan Inggris yang sangat legendaris.

Selain itu, Visser juga mengantongi lisensi penerbang PPL-I dan PPL-II. Dan juga menjalani pendidikan spesialisasi Bren, pertempuran hutan, dan belajar bahasa Jepang.

Visser kemudian mengikuti Sekolah Perwira karena dianggap berprestasi.

Lalu ia bergabung dengan Koninklij Leger untuk memukul Jepang di Indonesia, meski Jepang keburu mundur dari Indonesia sebelum pasukan Visser sempat dikirim.

Setelah beberapa saat tinggal di Indonesia, ternyata Visser menyukai hidup di Indonesia.

Meskipun kondisinya sangat berbeda dengan kehidupan di Eropa.

Ia sempat pulang ke Inggris menemui keluarganya dan meminta istrinya, perempuan Inggris yang dinikahinya semasa PD II serta keempat anaknya, untuk ikut ke Indonesia bersamanya.

Karena sang istri menolak, Visser memilih untuk bercerai.

Tahun 1947, Visser kembali ke Indonesia.

Perjalanan Hidup Idjon Djanbi Legenda Danjen Kopassus Pertama (kopassus.mil.id)

Ternyata sekolah yang dipimpinnya sudah pindah ke Batujajar, Cimahi, Bandung.

Tidak lama, Visser dipromosikan menjadi kapten dengan jabatan Pelatih Kepala.

Dalam kurun 1947-1949, sekolah yang dipimpinnya terus mencetak peterjun militer.

Tahun 1949, Visser memutuskan keluar dari dunia militer dan memilih menetap di Indonesia sebagai warga sipil.

Ia memilih menetap di sebuah lahan pertanian di daerah Lembang, Bandung.

Sejak itu, Visser dikenal dengan Mochammad Idjon Djanbi.

Suatu hari di tahun 1951, rumah Idjon Djanbi kedatangan seorang perwira muda.

Si tamu memperkenalkan diri sebagai Letnan Dua Aloysius Sugianto dari Markas Besar Angkatan Darat (MBAD).

Dalam pertemuan itu Idjon Djanbi diminta sebagai pelatih tunggal untuk melatih komando di pendidikan CIC II (Combat Inteligen Course) Cilendek, Bogor.

Tidak mudah membujuknya, sebab ia sudah hidup tenang di pedesaan sebagai petani bunga.

Letda Sugianto tak kurang akal, dirinya sampai harus bermalam dua dua hari di situ.

Usaha yang tak sia-sia karena akhirnya Idjon Djanbi bersedia sebagai pengajar sipil selama masa pendidikan tiga bulan.

Usai pendidikan CIC II, Idjon Djanbi kembali menekuni profesi sebelumnya.

Tanggal 2 November 1951, Kolonel Kawilarang mendapat tugas baru menjadi Panglima Tentara & Teritorium III/Siliwangi, Jawa Barat.

Kawilarang ingin mewujudkan cita-cita rekan seperjuangannya Letkol Slamet Rijadi untuk membentuk pasukan berkualifikasi komando.

Akhirnya Kawilarang memperoleh informasi soal Idjon Djanbi.

Ia lalu memanggil mantan ajudannya Letda Sugiyanto yang sudah pernah dididik Idjon Djanbi.

Terhitung 1 April 1952, atas keputusan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, memutuskan bahwa Idjon Djanbi diangkat menjadi mayor infanteri TNI AD dengan NRP 17665.

Lalu ia lapor diri kepada Kolonel Kawilarang selaku Panglima Komando Tentara & Terirorium III/Siliwangi untuk menerima tugas.

Mayor (Inf) Idjon Djanbi segera melatih kader perwira dan bintara untuk membentuk pasukan khusus.

Tanggal 16 April 1952 dibentuklah pasukan khusus dengan nama Kesatuan Komando Teritorium Tentara III/Siliwangi disingkat Kesko III di bawah komando Mayor Inf Idjon Djanbi.

Inilah tanggal yang dijadikan hari jadi Kopassus hingga saat ini.

(Surya/Putra Dewangga Candra Seta)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved