Kisah Sukses
KISAH Suwanto Guru GTT Sukses jadi Produsen Minuman Rosella Karena Tak Sengaja dan Formula Otodidak
KISAH Suwanto Guru GTT Sukses jadi Produsen Minuman Rosella Karena Tak Sengaja dan Formula Otodidak.
Penulis: David Yohanes | Editor: Mujib Anwar
KISAH Suwanto Guru GTT Asal Tulungagung yang Sukses Menjadi Produsen Minuman Rosella Karena Tak Sengaja dan Ramuan Formula Otodidak
TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Butuh waktu panjang bagi Suwanto (48), warga Desa Macanbang, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, untuk mencoba membuat formula minuman bunga rosella.
Berkat kegigihannya, Suwanto si guru tidak tetap (GTT) di Tulungagung ini kini menjadi produsen aneka produk rosella, mulai dari minuman kemasan, teh dan kopi rosella.
Suwanto, ayah dua anak ini berkisah, dirinya sudah menjadi GTT sejak Maret 2007.
Selama itu pula dirinya hanya digaji Rp 75.000 per bulan.
Awalnya Suwanto tidak kenal sama sekali dengan rosella.
"Pernah kakak saya mengajak tanam rosella, katanya peluangnya bagus.
Tapi saat itu saya belum terlibat," ujar Suwanto.
Suwanto si guru tidak tetap ini kenal dengan minuman rosella secara tidak sengaja.
Saat itu dia dimintai tolong oleh temannya yang ada di Brunei Darussalam, karena dia tidak diizinkan keluar dari pekerjaan di bidang rosella.
Ia hanya diizinkan keluar kerja, jika bisa mencari seseorang yang memasok rosella ke Brunei Darussalam.
Suwanto sempat kirim sampel ke Brunei Darussalam, dan dinyatakan diterima.
Selanjutnya ia diminta mengirim 1 ton rosella, sesuai dengan sampel yang pernah dikirim.
Saat itu harga bunga rosella kering mencapai Rp 175.000 per kilogram.
"Saat itu saya minta tolong kakak saya dan siap 1 ton rosella. Tapi dananya waktu itu mencapai Rp 175 juta, saya tidak punya uang sebanyak itu," ucap Suwanto.
Dengan nekat Suwanto meminjam uang ke teman-temannya.
Sebelum mengirim bunga rosella ke Surabaya, Suwanto sudah pamit ke istrinya.
Jika pengiriman rosella itu gagal, dia pamit tidak akan pulang.
Suwanto berniat minggat karena terlanjur terbelit utang.
Dengan selamat bunga rosella dikirim ke pelabuhan Tanjung Perak dan diterima pihak pembeli.
Setelah dinyatakan kualitasnya sesuai sampel, Suwanto menerima pembayaran tunai.
"Begitu terima uang, saya langsung lega. Semua utang saya kembalikan dan masih ada keuntungan," tuturnya.
Sampai saat ini, Suwanto masih mengirimkan bunga rosella ke Brunei Darussalam, meski volumenya tinggal 250 kilogram per tahun.
Tak hanya mengirim bunga rosella kering, Suwanto mencoba membuat minuman dari bunga kaya khasiat ini.
Awalnya dia membeli resep dari Taiwan.
Namun ternyata resep itu tidak cocok diterapkan di Indonesia.
Salah satunya perbedaan suhu antara Taiwan dan Indonesia.
Sejak 2013 hingga 2016 ia terus mencoba mencari komposisi yang pas secara otodidak.
"Mulut saya ini sudah begitu terbiasa dengan aneka rasa, karena selama tiga tahun selalu mencoba.
Masalah lainnya terjadi fermentasi pada minuman kemasan botol," sambung Suwanto.
Tahun 2016 Suwanto pernah menguji minuman rosella fermentasi ke laboratorium di Universitas Brawijaya Malang.
Hasilnya minuman itu tidak berbahaya dan tetap bisa diminum.
Tahun 2017 ia kembali membawa sampel minuman yang sama, ke laboratorium Indag.
Hasilnya menegaskan, minuman rosella yang terfermentasi layak minum dan tidak ada masalah dengan nutrisi di dalamnya.
Di luar dugaan, minuman yang awalnya dianggap gagal itu malah banyak digemari warga Tionghoa.
Mereka menilai rosella fermentasi lebih mempunyai khasiat, dibanding minuman rosella tanpa fermentasi.
"Sekarang permintaan minuman rosella fermentasi lebih banyak diminati.
Harganya mencapai Rp 10.000 per botol, untuk kemasan 330 mililiter," katanya.
Berkat kegigihannya, Suwanto menjadi produsen rosella skala UMKM yang masih eksis.
Suwanto pun kini tengah mengurus izin dari BPOM, agar minumannya lebih bisa diterima secara luas.
Ia kini lebih bisa mandiri secara ekonomi, dengan mengandalkan usahanya,
Untuk pemasaran, Suwanto selama ini mengandalkan jaringan dari mulut ke mulut.
Anak sulungnya juga membantu lewat penjualan online.
Namun karena anaknya sudah menjadi TNI, pemasaran online diteruskan orang lain.
Untuk pasar lokal minat paling banyak adalah minuman rosella dalam kemasan, nonfermentasi, yang dijual Rp 3.500 per botol.
Disusul teh rosella celup dan rosella tubruk. Sedangkan khusus kopi rosella, minat terbesar dari Yogyakarta.
"Yang kopi itu terkenalnya untuk terapi diabetes dan sakit lambung. Kebanyakan juga lewat online," ungkapnya.
Saat ini Suwanto mempekerjakan enam orang karyawan untuk membantu produksi dan pemasaran.
Berkat kemajuan usahanya, sebuah lembaga pembiayaan tengah menjajaki kerja sama pemasaran produk.
Suwanto berharap bisa mengantongi izin dari BPOM, sehingga bisa meluaskan pasar dan memberdayakan lebih banyak orang. (David Yohanes)