Berita Batu

Raperda RTRW Ancam Penduduk Asli Kota Batu, Galang Petisi di Change.org dan Tuntut Gubernur Khofifah

Raperda RTRW Ancam Masyarakat Asli Kota Batu, Warga Galang Petisi di change.org dan Tuntut Gubernur Khofifah.

Penulis: Benni Indo | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/BENNI INDO
Seorang petani sedang menggarap lahan sawahnya di dekat pemukiman padat di Kota Batu, Selasa (24/9/2019). Kini keberadaan Raperda RTRW dinilai mengancam masyarakat asli Kota Batu, sehingga warga menggalang Petisi di change.org dan menuntut Gubernur Jawa Timur Khofifah. 

Raperda RTRW Ancam Masyarakat Asli Kota Batu, Warga Galang Petisi di change.org dan Tuntut Gubernur Khofifah

TRIBUNMADURA.COM, BATU – Penolakan terhadap rancangan peraturan daerah rencana tata ruang wilayah alias Raperda RTRW Kota Batu muncul di change.org.

Dalam petisi yang dibuat oleh Bayu Agung itu, ditujukan kepada Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Pasalnya, saat ini, Raperda RTRW Kota Batu tahun 2019-2039 tengah berada di Provinsi Jawa Timur untuk dikaji oleh Gubernur Jawa Timur.

Petisi itu menargetkan angka 2500 dukungan.

Hingga Selasa (24/9/2019) siang, pukul 14.00 wib, sudah ada 1897 orang yang mendandatangani petisi.

Dalam petisi itu, penulis petisi mengkhawatirkan rencana wisata buatan di wilayah BWK 3 (Kecamatan Bumiaji) sehingga menghilangkan wilayah khusus konservasi lingkungan.

Pada poin berikutnya dikatakan bahwa adanya proyek geothermal (Proyek Listrik Panas bumi) wilayah Songgoriti yang bakal menyerap sumber mata air di wilayah sekitarnya.

“Kemudian adanya proyek kereta gantung yang diduga menggelilingi wisata buatan di Kota Batu,” ujar Bayu saat dikonfirmasi, Selasa (24/9/2019)

Petisi juga menyoroti ada adanya tol tembusan Singosari - Giripurno yang berpotensi menambah kemacetan di Kota Batu karena aksesbilitas yang mudah menuju kota.

“Tuntutan petisi ini sederhana yakni menjaga Kota Batu dari rencana industri wisata yang berpotensi mengeksploitasi lahan pertanian dan konservasi lingkungan,” imbuh Bayu Agung.

Di sisi lain, berdasarkan data Walhi Jatim pada 2012, sejak tahun 2005 - 2012 terdapat penurunan sumber mata air yang drastis hampir 50 %.

Dari 111 Sumber mata air hanya tersisa 58 titik sumber mata air di Kota Batu.

“Pertanyaannya, apa jadinya kalau di Kota Batu semua wilayah dijadikan wilayah wisata dan proyek besar yang hanya berdampak baik kepada investor?

Tentu hal ini berpotensi menyebabkan penurunan sumber mata air dan berdampak buruk ke masyarakat asli Kota Batu,” tegas Bayu Agung.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved