Berita Politik

Menjadi Pimpinan DPRD Jatim, Sahat Simanjuntak Pertahankan Kepemimpinan Kolektif Kolegial

Bagi Sahat, posisi Pimpinan Dewan bukan sekadar tanggungjawab jabatan, namun punya arti sebagai penugasan partai yang harus ia tuntaskan

Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/BOBBY KOLOWAY
Sahat Simanjuntak mendapat ucapan selamat dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa seusai mengucapkan sumpah jabatan Wakil Ketua DPRD Jatim. 

”Pada tahun 1992, saya ikut mengampanyekan Pak Anton Prijatno yang saat itu nyaleg. Itu kali pertama saya turun di Pileg (Pemilu Legislatif), sekalipun baru sebagai tim kampanye,” katanya.

Barulah pada 1997, ia terjun sebagai Calon Anggota Legislatif (Caleg) Partai Golkar untuk DPRD Surabaya. Sayangnya, saat itu, ia gagal terpilih.

Pun demikian pada Pemilu 1999 (Caleg DPRD Jatim) dan Pemilu 2004 (Caleg DPR RI), Sahat juga belum berhasil menarik hati rakyat.

Gagal di tiga pemilu, Sahat tak lantas patah semangat. Berada di Partai Golkar, membuatnya optimistis suatu saat ia akan menduduki kursi Dewan.

”Sebab, partai yang paling besar saat ini, menurut saya adalah Golkar,” katanya.

Benar saja, Sahat akhirnya terpilih sebagai Anggota DPRD Jatim pada Pemilu 2009 dari dapil (daerah pemilihan) Jatim 1.

Pun demikian pada Pemilu 2014, bukan hanya lolos ke parlemen dari dapil yang sama, ia bahkan dipercaya menduduki posisi Ketua Fraksi DPRD Jatim periode 2014-2019.

Penugasan Partai

Bagi Sahat, menjalankan kaderisasi di Golkar menjadi kebanggaan tersendiri. Sebab, Golkar dinilai sebagai partai modern.

”Partai modern tak mengenal owner. Sebab, sahamnya dimiliki oleh seluruh kader,” katanya.

Sehingga, seluruh kader Golkar memang dididik untuk siap mengemban posisi apapun.

”Kami optimistis. Partai Golkar tidak bergantung pada figur seseorang. Seluruh kader Golkar siap untuk menjadi pemimpin,” katanya.

Sekalipun demikian, Sahat menjelaskan bahwa jabatan bukan sekadar prestasi namun penugasan yang dibebankan oleh partai. Sehingga, kader Golkar diminta pantang berbangga kala mendapat jabatan, sebab tugas besar telah menanti.

”Apa yang menjadi tugas partai, itu yang harus kita jalani. Jabatan apapun itu, kader harus bisa melihat bahwa hal itu menjadi bagian dari penugasan partai,” katanya.

Sehingga, setiap keinginan kader tetap harus didasarkan pada tujuan berpartai. ”Kita boleh berambisi, namun harus ingat bahwa ada kepentingan partai yang lebih besar,” katanya.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved