Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak Ingin Optimalkan Kaderisasi di Jawa Timur

Pada 2018 lalu, Sahat bersama Golkar telah membantu Khofifah Indar Perawansa dan Emil Elestianto Dardak memenangkan pemilihan Gubernur.

Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/BOBBY KOLOWAY
TEMUI MASSA - Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak mendampingi Ketua DPRD Jatim Kusnadi menemui ribuan mahasiswa unjuk rasa di Gedung DPRD Jatim, Kamis (26/9). Bahkan, keduanya menyapa massa dengan menaiki mobil komando. Satu di antara tuntutan mahasiswa adalah menolak UU KPK dan menuntut Presiden melahirkan Perppu yang membatalkan UU KPK. 

Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua Simanjuntak Ingin Optimalkan Kaderisasi di Jawa Timur

TRIBUNMADURA.COM - Sahat Tua Simanjuntak sebagai Sekretaris DPD Golkar sukses menjaga tren positif di Jawa Timur.

Pada 2018 lalu, Sahat bersama Golkar telah membantu Khofifah Indar Perawansa dan Emil Elestianto Dardak memenangkan pemilihan Gubernur.

Pada pemilu 2019, Sahat juga sukses membantu pemenangan Joko Widodo dan KH Maruf Amin di pemilihan presiden 2019.

Ia juga berhasil memimpin Golkar mempertahankan posisi lima besar perolehan kursi DPRD Jatim dengan mengumpulkan 13 kursi DPRD Jatim.

Dengan hasil ini, Golkar pun berhak mendapat kursi Wakil Ketua DPRD Jatim, dan juga pimpinan komisi.

Tak mengherankan apabila Sahat pun didaulat menjadi Wakil Ketua DPRD jatim sekaligus Ketua Fraksi periode 2019-2024.

Sekalipun demikian, Sahat tahu benar bahwa regenerasi tetap harus berjalan. Kaderisasi tak bisa mendadak, namun harus berproses, kata Sahat.

Misalnya, ia pun mulai mempersiapkan kaderisasi di di DPRD Jatim.

Hal ini pula yang membuatnya pindah dapil di pemilu 2019.

Dari yang awalnya di Jatim 1 yang membawahi Surabaya berpindah ke Jatim 9 yang membawahi Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, hingga Ngawi. Kalau saya tetap di Surabaya, kami kawatir tak ada regenerasi.

Sehingga, kami pindah dapil dengan tujuan menambah kursi di dapil baru, katanya.

Pun dengan jabatan Ketua Fraksi yang sedang ia emban saat ini, menurutnya juga akan ia lepas.

"Kami merangkap jabatan (pimpinan fraksi dan dewan) atas instruksi pusat. Suatu saat (pimpinan fraksi) akan kami lepas agar kaderisasi berjalan baik," katanya.

Saat ini, pihaknya melihat gerakan sosial selalu dimotori oleh kaum muda. Misalnya saja, gerakan muda yang baru-baru ini digalang oleh kaum milenial.

Kalau Golkar tak mempersiapkan kaum mudanya, maka Golkar juga akan ditinggal, katanya.

Sehingga, tantangan Golkar berikutnya adalah menyiapkan kader dengan kapasitas seperti para pendahulunya. Kalau kami gagal melahirkan pemimpin berikutnya berarti kami gagal dalam memimpin partai, katanya.

Sahat mendambakan wakil rakyat yang memiliki proses kaderisasi yang cukup di partai.

Kalau karbitan, baru 1 atau 2 tahun baru di partai, saya pesimis yang bersangkutan mengemban amanat rakyat dan tugas partai, kata Sahat.

Baginya, seorang calon DPR harus melewati pengaderan di partai.

Minimal lima tahun atau satu periode dewan kader harus aktif di partai agar tahu tujuan berpartai.

Setelah tahu tujuan partai, tahu tujuan keberadaan Anggota DPR untuk apa.

Sehingga, tidak hanya pada ambisi pribadi namun lebih kepada penugasan partai, katanya.

Apalagi, tantangan kedepan, Golkar harus meningkatkan perolehan kursi dan mengembalikan kejayaan masa lalu.

Kunci utamanya ada di kepemimpinan di provinsi dan melakukan konsolidasi dari tingkat kabupaten hingga kecamatan, katanya.

Kemudian, merubah pola aktifitas politik.

Bukan sekadar terpaku kegiatan seremonial namun pada penguatan kader di bawah.

Di tingkat desa, kita harus berupaya mendapat kader yang militan untuk meyakinkan rakyat bahwa Golkar partai dinamis dan terbuka.

Golkar juga satu-satunya partai yang bisa menyalurkan aspirasi rakyat, pungkasnya. (bob)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved