Berita Batu
Kota Batu Dilanda Suhu Panas, Petani Apel Mengeluh Buahnya Banyak Rusak dan Produksinya Turun
Suhu panas yang terjadi belakangan ini menjadi tantangan bagi para petani buah apel di Kota Batu.
Penulis: Benni Indo | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Suhu panas yang terjadi belakangan ini menjadi tantangan bagi para petani apel di Kota Batu
TRIBUNMADURA.COM, BATU – Petani apel di Kota Batu harus menghadapi tantangan suhu panas yang terjadi belakangan ini.
Sekalipun sudah masuk dalam prakiraan musim penghujan pada November 2019 ini, namun suhu panas masih terjadi hampir setiap hari.
Kondisi suhu yang tinggi itu dikeluhkan petani karena berpengaruh pada kondisi apel.
• Cara Memperbaiki Kesalahan Jika Pendaftar CPNS 2019 Dinyatakan Tidak Memenuhi Syarat
• Pemprov Jatim Peringkat Ketiga dengan Jumlah Pendaftar CPNS Terbanyak, Tembus 2.362 Orang
Samuji, seorang petani apel mengatakan, idelanya tumbuhan apel berada di suhu 17 derajat celcius.
Namun, saat ini suhu di Kota Batu jauh lebih tinggi dari 17 derajat Celcius.
"Buah apel itu normalnya memiliki produksi yang baik pada suhu 16 sampai 17 derajat celcius," ungkap Samuji, Rabu (13/11/2019).
"Namun, suhu saat ini sangat panas. Buah kami banyak yang rusak," sambung dia.
Petani asal Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji itu juga mengatakan, produksi apel menurun akibat suhu yang panas.
• Pemohon Pembuatan SKCK Meningkat hingga 300 Persen Sejak CPNS, Polres Mojokerto Tambah Jam Pelayanan
Untuk satu hektar lahan, biasanya dia bisa memanen sekitar 30 ton apel.
Namun, untuk saat ini panen apel hanya sebanyak 25 ton saja.
Akademisi di bidang pertanian dari Universitas Brawijaya, Budi Waluyo menjelaskan, suhu bisa mempengaruhi produksi apel di Kota Batu.
Menurutnya, apel merupakan salah satu tanaman yang sangat rentan dengan suhu yang ekstrem.
“Karena suhu saat ini kalau siang terjadi peningkatan panas yang luar biasa," ucap Budi Waluyo.
• Polres Pamekasan Larang Driver Ojek Online Masuk ke Wilayah Mapolres Pasca Bom Bunuh Diri di Medan
"Sementara saat malam, suhu dingin juga mengalami peningkatan yang hebat. Jadi, tanaman ini tidak bisa bertahan lama,” paparnya.
Ia juga berharap kedepannya Pemkot Batu bisa mengantisipasi fenomena perubahan iklim tersebut.
Sebab, menurut dia, metode bertani di Kota Batu sudah seharusnya diubah sehingga inovasi budidaya pertanian sangat diperlukan.
Sebelumnya, peristiwa angin kencang juga telah membuat para petani apel di Kota Batu merugi.
Banyak petani apel di Desa Tulungrejo mengalami kerugian akibat bencana alam angin kencang.
• Kepala Dishub Jatim Maju pada Pilkada Sumenep 2020, Fattah Jasin Ambil Formulir di DPC PKB Sumenep
Buah apel yang belum panen rontok setelah diterjang angin kencang.
Petani memunguti buah apel yang jatuh berserakan di tanah.
Sutrisno Paidi, petani apel di Desa Tulungrejo menceritakan, dirinya mengalami kerugian yang tidak kecil akibat bencana alam angin kencang.
Sutrisno memiliki lahan apel seluas 2 hektar. Semua tanaman apel di lahannya rontok, termasuk lahan apel yang berada di sekitarnya.
“Hampir menyeluruh. Pokoknya buah kecil jatuh, yang tua juga jatuh. Terus yang masih bunga juga rusak, kami menyebutnya gosong,” paparnya.
• Persesa Sampang Lolos ke Zona Regional Jawa Liga 3 2019, Wakil Bupati Sampang Akui Bangga
Sutrisno telah mengumpulkan satu ton apel dan ditaruh di depan rumahnya.
Namun begitu, tengkulak tidak mau membeli apel yang ia kumpulkan karena rasanya belum manis.
Dalam keadaan normal, lahannya bisa panen 5 ton per 2500 meter persegi.
“Yang tidak bisa dikumpulkan sekitar empat ton per satu petani," ucap dia.
"Tetangga kebun juga banyak yang belum diambil,” keluhnya. (Benni Indo)
• Kecelakaan Maut Libatkan Pengendara Motor Honda CBR dan Yamaha Mio, Satu Orang Tewas dalam Perawatan