Berita Tulungagung

Sejumlah Sapi di Tulungagung Mati Mendadak Diduga Diracun, Isunya Jadi Viral, Warga Hingga Berjaga

Isu ini berkembang liar di media sosial, hingga menimbulkan ketakutan warga. Setiap malam warga berjaga-jaga keliling kampung, menjaga kandang-kandang

Penulis: David Yohanes | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/DAVID YOHANES
Kepala Desa Nyawangan, Sabar meninjau sapi milik warganya. 

Sejumlah Sapi di Tulungagung Mati Mendadak Diduga Diracun, Isunya Jadi Viral, Warga Hingga Berjaga

TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Sejumlah sapi di Tulungagung mati mendadak.

Kejadian tersebut hingga viral di media sosial.

Warga kemudian berjaga agar sapi yang lain tidak ikut mati mendadak.

Diduga sapi yang mati mendadak itu diracun oleh orang yang tak bertanggung jawab.

Warga Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang dibuat resah karena sejumlah sapi mati mendadak.

Isu liar yang berkembang, sapi yang mati mencapai 30 ekor.

Isu ini berkembang liar di media sosial, hingga menimbulkan ketakutan warga.

Setiap malam warga berjaga-jaga keliling kampung, menjaga kandang-kandang sapi.

"Memang ada sapi yang mati, tapi jumlahnya tidak sampai 30 ekor.

Dari yang kami data hanya ada delapan ekor," ujar Kepala Desa Nyawangan, Sabar, Selasa (3/12/2019).

Sabar mengungkapkan, enam ekor di antara sapi yang mati ada di Dusun Puthuk.

Kematian sapi ini terjadi sejak dua bulan lalu.

Tetangga Mendengar Guyuran Air dan Bau Amis di Kamar Mandi, Saat Dibuka Siswi SMK Lemas Bersandar

Deretan Harga HP Redmi, Mi dan Merek Xiaomi Lainnya di Bulan Desember, Redmi Note 8 Hingga Mi 8 Lite

Dugaan warga, sapi-sapi ini mati karena diracun.

"Yang membuat warga waspada, sapi-sapi ini mati dengan ciri-ciri keracunan," sambung Sabar.

Diduga ada orang tertentu yang sengaja meracun sapi warga.

Sebab sapi yang mati adalah sapi-sapi yang gemuk, baik sapi perah atau sapi pedaging.

Sapi yang mati tujuh di antaranya dijual, sedang satu sapi disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan ke warga.

"Warga takut orang yang menebar racun ini masih keliling cari mangsa. Makanya warga terus curiga dan berjaga-jaga," ungkap Sabar.

Matinya sapi-sapi warga ini sudah dilaporkan ke polisi.

Namun polisi juga kesulitan, karena bangkai sapi tidak ditemukan.

"Setiap kejadian baru dilaporkan ke saya lima atau tujuh hari setelah kejadian. Jadi saya juga tidak tahu detailnya," katanya.

Ada pula yang curiga, kematian sapi ini karena ada modus kejahatan.

Sapi yang mati harganya jatuh hanya sekitar Rp 3.000.000 per ekor.

Padahal dalam kondisi hidup, utamanya sapi perah belum produksi, sekurangnya senilai Rp 17 juta.

Modus ini dilakukan untuk mendapatkan sapi dengan harga murah.

Selanjutnya daging akan dijual layaknya daging sapi pada umumnya, dengan harga normal.

Kepala Dusun Puthuk, Desa Nyawangan, Sutikno membenarkan ada enam sapi di wilayahnya mati mendadak.

Dari ciri-cirinya sapi itu memang mati karena racun.

Sebelumnya sapi dalam kondisi sehat, tiba-tiba melenguh sangat keras, kemudian ambruk, berdiri lagi, ambruk lagi kemudian mati.

"Ada yang mulutnya berbusa atau lidahnya keluar. Ciri-ciri itu biasanya karena racun," ucap Sutikno.

Ciri-ciri ini berbeda dengan sapi yang sakit, yang biasanya perutnya dalam kondisi melembung berisi udara.

Atau kasus kematian yang paling banyak ditemui warga, yaitu broyongen (prolapsus uteri).(David Yohanes)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved