Virus Corona di Indonesia
Studi Menguak Asal-usul Virus Corona, Covid-19 Produk Evolusi Alami, Bukan Rekayasa Genetika
Virus corona yang muncul di kota Wuhan, China pada tahun lalu menyebabkan epidemi Covid-19 skala besar yang telah menyebar ke lebih dari 150 negara.
TRIBUNMADURA.COM - Virus corona yang muncul di kota Wuhan, China pada tahun lalu telah menyebabkan epidemi Covid-19 skala besar yang telah menyebar ke lebih dari 150 negara di dunia.
Para ilmuwan di seluruh dunia mencoba membuktikan asal-usul virus corona, SARS-CoV-2 yang diklaim berasal dari rekayasa genetika.
Namun, studi yang dilakukan membuktikan virus penyebab penyakit Covid-19 ini berasal dari epidemi alami.
Kristian Andersen, PhD seorang profesor imunologi dan mikrobiologi di Scripps Research, melakukan penelitian gabungan bersama sejumlah peneliti dari berbagai lembaga.
Melansir Science Daily, Rabu (18/3/2020), berdasarkan analisis sekuensing genomik mereka, Andersen dan timnya menyimpulkan kemungkinan asal SARS-CoV-2 mengikuti salah satu dari dua skenario yang mungkin terjadi.
• Foto Terbaru Via Vallen Jadi Perdebatan Netizen, Bentuk Wajahnya Berbeda, Dianggap Tak Secantik Dulu
• Jadi Istri Simpanan Pejabat, Artis Cantik Ini Tak Tahan Lihat Suami Bareng Istri Sah: Saya Gak Kuat
• Keberadaan Suami Pinkan Mambo Dipertanyakan, Nikita Mirzani Kena Semprot Eks Ratu: Kepo Banget
Skenario pertama, yakni virus berevolusi di keadaan patogen saat ini melalui seleksi alam di inang non-manusia, kemudian melompat ke manusia.
Pada skenario ini menunjukkan bagaimana wabah virus corona sebelumnya muncul, dengan transmisi penularan manusia dari musang (SARS) dan unta (MERS).
Para peneliti mengusulkan kelelawar sebagai reservoir yang paling mungkin untuk SARS-CoV-2, karena virus ini sangat mirip dengan virus corona pada kelelawar.
Kendati demikian, tidak ada kasus penularan langsung dari kelelawar ke manusia yang terdokumentasi, hal ini menunjukkan kemungkinan perantara yang terlibat antara kelelawar dan manusia.
Dalam skenario ini, kedua spike protein SARS-CoV-2 bagian RBD yang mengikat sel dan situs pembelahan yang membuka celah untuk virus, akan berevolusi ke kondisi saat ini sebelum memasuki manusia.
Dalam kasus ini, epidemi saat ini mungkin akan muncul dengan cepat segera setelah manusia terinfeksi.
Sebab, virus telah mengembangkan fitur yang membuatnya menjadi patogen dan dapat menyebar di antara manusia.
Sedangkan dalam skenario lain, versi virus non-patogenik melompat dari inang hewan ke manusia, kemudian berevolusi menjadi kondisi patogen dalam populasi manusia.
Sebagai contoh, beberapa virus corona dari pangolin, mamalia mirip armadilo yang ditemukan di Asia dan Afrika, memiliki struktur RBD yang sangat mirip dengan SARS-CoV-2. Virus corona dari trenggiling bisa ditularkan ke manusia, baik secara langsung atau melalui inang perantara seperti musang.
• BREAKING NEWS - Pasien Positif Corona di Jatim Bertambah Jadi 8 Orang, 1 Orang Meninggal Dunia
• Peneliti China; Studi Kasus, Golongan Darah A Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona
• Studi di China Sebut Orang dengan Golongan Darah O Lebih Kebal Terhadap Virus Corona
virus
ilmuwan
kelelawar
epidemi
virus corona
Covid-19
SARS-CoV-2
SARS-CoV-2 bukan rekayasa genetika
Jalan Raden Tumenggung Suryo
TribunMadura.com
Vaksin Covid-19 untuk Seluruh Warga Negara Indonesia, Kecuali Pasien dengan Penyakit Penyerta |
![]() |
---|
Tips Peremajaan Kulit Wajah di Rumah Selama Pandemi Covid-19 Ala Dokter Spesialis Kulit Rika Lukas |
![]() |
---|
Satgas Covid-19 Bondowoso Lakukan Langkah Preventif Lewat Penyemprotan Disinfektan di Sejumlah OPD |
![]() |
---|
UPDATE CORONA di Indonesia Senin 30 November, Total Kini 538.883, Jawa Timur 400 Kasus Covid-19 Baru |
![]() |
---|
Cara Pencegahan Virus Corona atau Covid-19 Ala Mahasiswi Pascasarjana Imunologi Unair Faith Fore |
![]() |
---|