Wabah Virus Corona
Kualitas Udara di Jakarta Membaik Saat Merebak Wabah Virus Corona, Penyebabnya Diungkap Ahli
Kualitas udara di Jakarta masuk dalam kategori sedang di tengah meluasnya penyebaran virus corona.
Bondan Andriyanu selaku Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia menyebutkan bahwa bisa jadi berkurangnya polusi udara adalah dampak kerja dari rumah.
“Katakanlah hari ini banyak yang sudah WFH, asumsinya sumber pencemar dari transportasi berkurang. Tapi datanya justru terjadi peningkatan PM 2.5,” tutur Bondan kepada Kompas.com, Kamis (26/3/2020)
Artinya, lanjut ia, bisa jadi ada sumber lain yang tidak bergera masih berkontribusi pada pencemaran udara.
“Misal industri, PLTU Batubara, pembakaran sampah, dan lainnya,” lanjut ia.
Bondan menyebutkan bahwa masalahnya, berkurangnya polusi dan meningkatnya kualitas indeks udara di DKI Jakarta tidak bisa dilacak sumbernya.
'“Seberapa besar polusi berkurang akibat transportasi dan industri, itu yang menentukan," ucap dia.
Sebenarnya, perbaikan kualitas udara harus bersumber dari kebijakan jangka panjang yang kemudian mengubah perilaku masyarakat,” tuturnya.
Riset inventarisasi emisi dan Air Monitoring Station
Bondan menuturkan sedikitnya ada tiga poin utama dalam polusi udara.
“Pertama adalah sebaran alat pantau udara yang memadai," katanya.
"Kedua, riset inventarisasi emisi yang reguler dan bisa dengan mudah kita identifikasi sumber pencemar udara,” papar ia.
Poin terakhir adalah upaya pengendalian sumber pencemaran udara berdasarkan hasil inventarisasi emisi.
“Keterbukaan data sumber pencemar udara ini menjadi sangat penting," jelas dia.
"Selama ini tidak ada sumber pencemaran udara, karena tidak ada inventarisasi emisi,” tutur Bondan.
Ia menyebutkan terakhir kalinya Jakarta pernah membuat riset inventarisasi emisi adalah pada 2012.