Rumor Kim Jong Un Meninggal, Kim Yo Jong Kandidat Kuat, yang Dihormati dan Ditakuti di Korea Utara

Prediksi itu tentu saja siapa yang akan menjadi penerus tahta dari Kim Jong Un. Nama Kim Yo Jong menjadi yang terkuat untuk menggantikan Kim Jong Un.

Editor: Aqwamit Torik
AFP
Kim Yo Jong, adik pemimpin tertinggi Korea Utara 

TRIBUNMADURA.COM - Isu pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un meninggal semakin mencuat.

Meskipun belum diketahui pasti mengenai kebenaran bagaimana kondisi terkini dari Kim Jong Un, sudah banyak pihak yang membuat prediksi.

Prediksi itu tentu saja siapa yang akan menjadi penerus tahta dari Kim Jong Un.

Nama Kim Yo Jong menjadi yang terkuat untuk menggantikan Kim Jong Un.

Sosok Kim Yo Jong di Departemen Organisasi dan Departemen Bimbingan Maha Kuasa Korea Utara (OGD) berada di urutan kedua di mata para birokrat Partai Buruh.

Posisi itu bukan hanya membuat Yo Jong sebagai ahli waris setelah Kim Jong Un yang paling menonjol melainkan juga seorang sosok otoritas pusat di Korea Utara.

Download Drama Korea The King: Eternal Monarch Sub Indo Episode 1 - 4, Lengkap dengan Sinopsisnya

Download Lagu Religi, Ramadan yang Dinyanyikan Nissa Sabyan dan Nagita Slavina, Trending di Youtube

Jika rumor tentang kematian Kim Jong Un memang benar, Kim Yo Jong mungkin siap untuk menangkis setiap tantangan tentang kepemimpinan.

Menurut Robert Collins, seorang pakar Korea Utara yang telah menghabiskan lebih dari 40 tahun menganalisis Korea Utara, Kim Yo Jong telah membuat keputusan yang dirasa cukup penting terkait pengawasan terhadap kakaknya.

Collins, penulis studi panjang tentang agensi di pusat kekuasaan Korea Utara mengatakan bahwa Kim Yo Jong menggunakan otoritas semacam itu di lingkungan OGD untuk memaksa pejabat partai memiliki perasaan takut dan menghormati dirinya.

Pentingnya keberadaan Kim Yo Jong di OGD yang memiliki kekuatan antara hidup atau mati atas 26 juta warga negara Korut menambah kesan yang kian tumbuh, bahwa dia telah dipersiapkan selama bertahun-tahun untuk melayani sebagai ahli waris jika Kim Jong Un meninggal karena sakit atau ketika dia mati dan anak Kim Jong Un masih kecil.

Kim Yo Jong telah berusaha menjalin hubungan dengan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar tidak gagal dalam mencapai kesepakatan dengan program nuklir Korea Utara.

Adalah Yo Jong, bukan kakaknya, yang menegaskan kembali pada bulan lalu terkait 'hubungan pribadi yang khusus dan tegas' antara Trump dengan Kim Jong Un.

Kim Yo Jong sebagaimana dilansir dari Kantor Berita Pusat Korea Utara menyatakan niat Kim Jong Un memberikan kerja sama dalam penanganan anti-Epidemi.

Yaitu ketika virus corona mewabah di seluruh penjuru dunia.

Hal itu dilakukan meski Korea Utara belum mengakui satu kasus infeksi pun apalagi kasus kematian akibat Covid-19 itu.

Kim Yo Jong, sang ahli waris

Kim Jong Un (kiri) dan adik perempuannya Kim Yo Jong (kanan) saat menghadiri pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 27 April 2018.
Kim Jong Un (kiri) dan adik perempuannya Kim Yo Jong (kanan) saat menghadiri pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 27 April 2018. (POOL New via REUTERS)

Seorang diplomat veteran AS, Evans Revere di Korea Utara mengatakan bahwa dirinya sangat terkejut oleh fakta bahwa dalam pernyataan Kim Yo Jong, dia berbicara secara otoritatif dan percaya diri atas nama Kim Jong Un.

Yo Jong juga memberikan analisis terperinci yang mengejutkan tentang keadaan hubungan antara Kim Jong Un dan presiden AS.

Kemudian, Revere berkata,“Saya juga terkejut ketika dia (Kim Yo Jong) menggunakan (subyek) orang pertama dalam pernyataan itu.

(Hal itu) merupakan suatu kelangkaan dalam sambutan publik oleh pejabat senior (Korea Utara) dan indikasi lain dari kemampuannya untuk berbicara atas nama Kim Jong Un, tetapi dalam pernyataannya sendiri."

Kehadiran Kim Yo Jong sebagai pernyataan atas nama kakaknya, Kim Jong Un muncul setelah beberapa tahun dia berusaha secara halus mengubah posisinya menjadi penguasa.

Pada 2002, pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Il dengan bangga mengabarkan pada pihak luar bahwa anak bungsunya yang perempuan, Yo Jong berminat di dunia politik.

Hal itu diungkapkan oleh Bruce Bennett, seorang pakar Korea Utara di the Rand Corporation.

"Kami tahu bahwa dia (Yo Jong) ingin menggunakan kekuasaan dan otoritas di Korea Utara," dan bahkan ingin berkarier di "sistem politik" negara itu.

Bennett berspekulasi bahwa pernyataan penting Kim Yo Jong, yang ditulis pada awal Maret menegur Korea Selatan karena mengkritik Korea Utara atas salah satu uji coba rudal jarak pendek yang diperintahkan Kim Jong Un.

Menurut Bennett, "Mungkin telah ditulis olehnya (Kim Jong Un) tetapi dikeluarkan atas namanya (Kim Yo Jong) untuk membuat dia tampak menonjol."

Sejauh yang dapat diketahui oleh siapa pun, dia tidak membuat pernyataan besar ketika memulai debut internasional dengan menghadiri Olimpiade Musim Dingin 2018 di kota pegunungan Pyeongchang, Korea Selatan.

Bahkan ketika dia bertemu Presiden Korea Selatan Moon Jae In, dia memberikan padanya sebuah surat dari Jong Un yang mengundangnya untuk konferensi tingkat tinggi.

Pada dasarnya, dia hanya menyampaikan harapan bahwa keduanya dapat segera bertemu.

Kunjungannya sarat dengan makna khusus.

Para pejabat tinggi Korea Utara tentu saja mengunjungi Korea Selatan pada acara-acara khusus di masa lalu.

Tetapi, belum pernah ada anggota keluarga dari penguasa Korea Utara menginjakkan kaki di Korea Selatan.

Pengamatannya tentang perjalanannya sangat sopan dan penting untuk pemulihan hubungan Korea Utara dengan Korea Selatan.

"Jujur, aku tidak tahu aku akan datang ke sini begitu tiba-tiba," kata Yo Jong pada jamuan perpisahan yang diselenggarakan oleh presiden Moon.

“Saya pikir semuanya akan aneh dan sangat berbeda, tetapi saya menemukan banyak hal serupa. (Pertemuan) ini diharapkan (agar) kami bisa melihat orang-orang yang menyenangkan (dari Selatan) lagi di Pyeongchang dan membawa lebih dekat masa depan di mana kita menjadi satu lagi."

Kata-kata diplomatik seperti itu lebih dari sekadar formalitas.

Dia sendiri mungkin tidak berada pada tahap di mana dia mengeluarkan pernyataan sebagai pembuat kebijakan, namun, "Itu tidak berarti bahwa dia tidak mampu," kata Bennett.

"Fakta bahwa dia adalah salah satu dari sedikit orang yang tampaknya dapat berbicara dengan Kim Jong Un membuatnya sangat kuat, meskipun dengan cara yang samar."

Dia memiliki cara untuk memasukkan dirinya ke dalam situasi tanpa terlihat menonjol.

"Ketika Kim telah melakukan banyak sesi bimbingan di tempat, dia sering ditampilkan di bagian belakang, tidak jarang (berada) di latar belakang yang jauh," kata Bennett.

“Dia tampaknya bertekad untuk tidak membuat dirinya tampak sebagai saingan dari Kim Jong Un, dan dengan demikian menghadapi eliminasi.

Dia cerdas, licik, dan siapa yang tahu berapa banyak kekuatan yang telah dapat dia bangun (selama) bekerja di balik bayang-bayang (Kim Jong Un)?" imbuh Bennett.

Bennett menyamakan sikap diam Kim Yo Jong baru-baru ini, dengan sikap kakaknya pada 2010 ketika sudah jelas ayah mereka, Kim Jong Il, tidak akan hidup lebih lama.

"Bagaimana pun, Kim Jong Un memainkan peran yang bahkan 'lebih gelap' sampai 2010, tanpa ada yang memiliki gambaran tentang dirinya sampai saat itu," kata Bennett.

"Selanjutnya, dia memiliki lebih dari satu tahun untuk membangun (jati) dirinya secara terbuka."

Ada pun terkait kesehatan kakaknya, "Kim Yo Jong mungkin tidak memiliki (penyakit)."

Kim Yo Jong (kiri) bersalaman dengan penasihat keamanan ternama Korea Selatan Chung Eui-yong (kanan), dalam pertemuan untuk menyampaikan belasungkawa dan karangan bunga atas nama Kim Jong Un di gedung Tongilgak, sisi utara desa gencatan senjata Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara di Kaesong, Korea Utara. Kim turut berduka atas meninggalnya mantan ibu negara Korea Selatan Lee Hee-ho, istri mantan Presiden Kim Dae-jung. Lee meninggal di Seoul pada 10 Juni 2019 di usia 96 tahun. Foto diambil pada 12 Juni 2019.
Kim Yo Jong (kiri) bersalaman dengan penasihat keamanan ternama Korea Selatan Chung Eui-yong (kanan), dalam pertemuan untuk menyampaikan belasungkawa dan karangan bunga atas nama Kim Jong Un di gedung Tongilgak, sisi utara desa gencatan senjata Panmunjom di zona Demiliterisasi (DMZ) yang memisahkan kedua negara di Kaesong, Korea Utara. Kim turut berduka atas meninggalnya mantan ibu negara Korea Selatan Lee Hee-ho, istri mantan Presiden Kim Dae-jung. Lee meninggal di Seoul pada 10 Juni 2019 di usia 96 tahun. Foto diambil pada 12 Juni 2019. (South Korean Ministry of Unifica via REUTERS)

Bukan berarti kebijakan dasar akan berubah jika atau ketika dia (Yo Jong) mendapatkan kekuasaan, terutama jika perannya adalah menjadi seorang pengganti, sementara Kim Jong Un menjalani pemulihan.

Pernyataan apa pun yang dibuatnya cenderung mencerminkan kebijakan kakaknya, terlepas dari apakah secara medis Kim Jong Un mampu melanjutkan atau tidak.

Tentu saja tidak ada jaminan.

Mungkin kakaknya (Kim Jong Un) akan sembuh.

Mungkin dia akan membenci keunggulannya (Kim Yo Jong) selama ketidakhadirannya yang akan sangat berbahaya baginya.

Mungkin dia tidak akan pernah berhasil ke posisi puncak atau mewarisi Kim Jong Un.

Bob Collins, penulis studi di OGD mencatat bahwa walau pun dia (Kim Yo Jong) menonjol dalam organisasi yang penting itu, “Dia hanya bisa menjadi pemimpin jika dia adalah kepala OGD.

Kalau tidak, dia tidak akan memiliki basis kekuatan yang cukup untuk merebut dan memegang kekuasaan.

" Ken Eom, perempuan yang membelot dari Korea Utara setelah bertugas 10 tahun di tentara Korea Utara, juga tidak sepenuhnya yakin akan kelanggengannya (Yo Jong).

“Dia memiliki kekuatan besar untuk mengendalikan elit Korea Utara, tetapi jika Kim Jong Un keluar atau mati, dia tidak bisa terus-menerus mempertahankan kekuasaan," kata Eom.

"Korea Utara tidak menerima kekuatan wanita."

"Ini berarti," kata Eom dengan yakin, "Jika Kim Jong Un meninggal, pada saat yang sama Kim Yo Jong juga akan keluar."

Pendapat itu berbeda dengan Sung Yoon Lee, seorang pakar Korea Utara di School of Diplomacy, Universitas Tufts.

Menurut Yoon Lee sebagaimana dilansir New York Post, "Perlunya menjaga kekuasaan dalam keluarga mengalahkan segalanya, termasuk tradisi chauvinisme atau kebencian terhadap wanita (misogini) di Korea Utara."

Dalam banyak hal, Kim Yo Jong yang telah menghabiskan hampir satu dekade terlibat dalam aparatur negara.

Mengingat, dia telah dipersiapkan dengan lebih baik untuk mengambil alih peran kepemimpinan puncak.

Dia juga bisa mengejutkan siapa pun yang meragukan kemampuannya untuk mengelola negara, menurut Soo Kim, analis kebijakan the Rand Corporation seorang pakar dalam masalah Semenanjung Korea.

"Saya tidak berpikir dia perlu khawatir tentang penerimaan sebagai pemimpin oleh orang Korea Utara berdasarkan garis keturunan keluarga Kim," kata Soo Kim.

"Nasib Korea Utara dimulai dan berakhir dengan keluarga Kim."

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong yang Dihormati dan Ditakuti di Korea Utara"

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved