Berita Pamekasan
Momentum HUT Bhayangkara ke-74, Ketua APSI Jatim Minta Aparat Tetap Jadi 'Polisi Janchuk'
Ketua DPW APSI Jatim memberikan apresiasi terhadap kinerja para polisi pada momen HUT Bhayangkara ke-74.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Menurut Sulaisi, polisi yang sesungguhnya di era reformasi ini, adalah polisi yang berusaha mencicil paradigma baru polisi dan perlahan mengubur masa lalunya yang kelam dan otoriter.
Ia menyatakan sepakat dengan pendapat Mas Kiki yang mengatakan bahwa polisi mestinya mendorong pemasyarakatan polisi sipil yang memupuk kemitraan dan sikap pro-aktif warga agar partisipasi mereka meningkat dalam membantu tugas-tugas polisi.
Kata dia, polisi mestinya tidak dimaknai sebagai occupation yang bekerja karena gaji, melainkan sebagai sebuah profesi sebagaimana profesi advokat atau pengacara, dokter maupun wartawan yang siap melayani masyarakat tanpa batas waktu.
Sehingga polisi yang Janchuk dalam makna positif, menurut Sulaisi benar-benar mengenal masyarakat komunitas tempatnya bertugas, siap melayaninya dengan baik dan dengan penuh tanggungjawab, bukan dengan wajah garang.
"Ketika saya masih kecil, mendengar kata polisi itu sungguh menakutkan, ibarat bayangan manusia garang dengan pistol yang siap dengan amunisinya untuk memaksa siapapun yang dianggap bertentangan dengan kekuasaan," ceritanya.
"Sebab zaman dulu polisi adalah bagian dari militer, pembina masyarakat, bukan pelayan masyarakat, alat kekuasaan, bukan alat negara," ujarnya.
Sulaisi kembali mengutip pernyataan Mas Kiki dalam bukunya yang berjudul Polisi Janchuk.
Isinya, kata dia jika seseorang tidak siap menjadikan roh polisi sebagai jati diri profesi, maka jangan pernah bercita-cita untuk menjadi polisi.
Polisi sipil menurut dia adalah polisi yang beradab.
Selain itu, kata Sulaisi, polisi sipil terletak pada etika dalam perilaku keadaban, seperti perilaku yang sopan dan santun, menghargai sesama dan menunjukkan ciri-ciri masyarakat yang beradab.
Sementara polisi gagal, menurut dia adalah polisi yang tidak menunjukkan perubahan budaya dari polisi yang semata-mata menekankan peran sebagai instrumen kewenangan dan kekerasan menjadi polisi yang ramah lingkungan.
"Memang dilema menjadi polisi, bahkan membahas tugasnya membuat kita perlu membuka ulang buku keempat Sistematika Filsafat Sidi Gazalba yang sangat purba tentang nilai (values) dan kebenaran," urainya.
"Asumsi itu saya dasarkan pada pertanyaan Mas Kiki sendiri, menjadi polisi yang baik itu seperti apa, baik hati ataukah berlaku benar?," ucapnya.
Bertepatan dengan peringatan Hari Bhayangkara ke-74 ini, Sulaisi meminta kepada para polisi agar menghentikan kriminalisasi terhadap rakyat kecil.
Kriminalisasi bagi dia adalah perilaku mencari-cari kesalahan agar seseorang dijerat secara hukum.