Breaking News

Berita Tuban

Nasib Tragis Penjaga Warung Nasi Uduk Tewas dengan Luka Bakar, Berawal dari Hujan Deras dan Petir

Gesang (29) tewas setelah tersengat listrik saat menyiapkan lapak untuk jualannya.

Penulis: Mohammad Sudarsono | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/M SUDARSONO
Warung nasi uduk di depan pasar Desa Jatisari, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, Rabu (23/9/2020). 

TRIBUNMADURA.COM, TUBAN - Gesang (29), warga Desa Sendang, Kecamatan Senori, Kabupaten Tuban, tewas di lapak jualannya, Selasa (22/9/2020).

Pria yang bekerja di warung nasi uduk itu tewas setelah tersengat listrik saat menyiapkan lapak untuk jualan di halaman pasar Desa Jatisari.

"Benar korban meninggal karena kesetrum," kata Kasat Reskrim Polres Tuban, AKP Yoan Septi Hendri kepada wartawan, Rabu (23/9/2020).

Jerit Pekerja Gudang Lihat Nenek Patmi di Bawah Truk Mogok, Warga Temukan Ada Hal Aneh dari Korban

Bibir Pantai Pulau Sapeken Sumenep Dipenuhi Sampah Plastik, Warga Takut Wisatawan Enggan Datang

Terjadi Lonjakan Jumlah Kasus Virus Corona di Ponorogo, Ruang Isolasi Rumah Sakit Rujukan Kini Penuh

Yoan menjelaskan, korban saat itu sedang mempersiapkan lokasi berjualan nasi uduk dan pecel lele, yang terbuat dari kanopi gafalum dan tiangnya terbuat dari besi.

Sekira pukul 15.15 WIB, turun hujan sangat deras di lokasi itu.

Air hujan mengalir di bawah lokasi jualan yang dipersiapkan korban.

Tiba-tiba, petir menyambar pengait kabel listrik yang ada di atas kanopi.

Kabel listrik turun dan menempel di atap kanopi.

Korban yang menempel di tiang besi kanopi itu pun tersengat arus listrik hingga meninggal dunia.

"Korban mengalami luka bakar di lengan kanan dan pinggul sebelah kanan," kata dia.

"Jenazah sudah diserahkan kepada keluarga. Sejumlah saksi sudah dimintai keterangan," pungkasnya.(nok)

Pasar Malam Sedangdang Pamekasan Bakal Dibuka Kembali Dalam Waktu Dekat, Arena Permainan Disiapkan

Penularan Covid-19 di Ponorogo Lewat Transmisi Lokal Naik Signifikan, Bupati Minta Warga Setop Besuk

Listrik Padam Mendadak

Warga Dusun Cikalan, Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung, dikagetkan dengan suara ledakan Sabtu (19/9/2020) malam.

Tak lama setelah terdengar suara ledakan, listrik di sekitar lokasi seketika padam.

Warga pun berhamburan keluar rumah karena penasaran dengan asal bunyi ledakan itu.

 

Tidak lama kemudian, petugas PLN datang menyisir di sekitar lokasi.

Di sana, mereka menemukan sebuah layang-ayang sendaren atau gapangan tersangkut di kabel listrik.

Layangan inilah yang menyebabkan hubungan pendek, dan menimbulkan ledakan di gardu travo.

Menurut penurutan seorang warga bernama Solikin, awalnya terdengar suara sawangan (alat bunyi-bunyian) yang dipasang di layang-layang.

“Sawangannya terdengar keras seperti di atas kepala. Sepertinya layang-layangnya sedang menukik jatuh,” ungkap Solikin.

Petugas teknis PLN butuh waktu satu jam untuk menurunkan layang-layang bermotif garis-garis aneka warna itu.

Ukuran tinggi lebih dari dua meter. Layang-layang ini harus dipatahkan agar tidak berbahaya saat diangkut dengan mobil.

Akibat kejadian ini terjadi pemadaman listrik yang sangat luas di wilayah Tulungagung.

Petugas PLN mengevakuasi layang-layang dari jaringan kabe
Petugas PLN mengevakuasi layang-layang dari jaringan kabe (ISTIMEWA/TRIBUNMADURA.COM)

 Pamit Buang Air Besar di Laut, Kardi Malah Ditemukan Tewas Terapung, Teman Korban Beri Kesaksian

 VIRAL Pemuda Madura Lecehkan Gerakan Salat di Musala, Keluarkan Benda ini dari Lipatan Sarung

Selain di sekitar Desa Majan di utara, pemadaman terjadi di wilayah kota seperti Kelurahan Kutoanyar, hingga sebagian Desa Sobontoro, Kecamatan Boyolangu.

Masih menurut Solikin, sehari sebelumnya juga terjadi pemadaman karena layang-layang turun di kabel listrik.

Namun saat itu ukurannya lebih kecil dan proses evakuasi berjalan cepat.

“Kalau kemarin sepertinya listrik sengaja dipadamkan oleh PLN, untuk menurunkan layang-layang yang nyangkut,” ujarnya.

Menurut Petugas Layanan Teknis PLN ULP Tulungagung, Adi Prayitno, sudah lebih dari 10 kali terjadi ledakan karena layang-layang.

Bahkan kasus di Desa Junjung, Kecamatan Boyolangu, terjadi pemadaan hingga pagi hari.

Hal ini karena petugas butuh waktu untuk penelusuran hingga penggantian alat.

“Kalau tidak ada laporan kami harus menelusuri sepanjang jalur untuk menemukan penyebab listrik padam,” ungkap Adi.

Lanjut Adi, PLN sudah melakukan sosialisasi lewat kepala desa, agar para penghobi layangan ini tidak membahayakan jaringan listrik.

Selain itu PLN juga sudah membagikan selebaran hingga ke desa-desa.

Namun hingga kini layang-layang tetap mendominasi sebagai penyebab padamnya listrik di wilayah Tulungagung.

“Ada penyebab lain seperti binatang. Tapi jumlahnya tidak sebanyak karena layang-layang,” tambah Adi.

Masih menurut Adi, para pelanggan dirugikan karena pemadaman ini.

Selain itu PLN juga rugi karena setiap kali terjadi ledakan, pasti ada alat yang rusak.

Jika alat yang rusak adalah travo, maka PLN harus mengganti travo baru dengan harnya sekurangnya Rp 100 juta.

“Harganya (travo) tergantung besar kecilnya. Tapi yang paling kecil sekitar Rp 100 juta,” tandas Adi.

Dalam kejadian di Desa Majan ini, petugas PLN akhirnya bisa menemukan pemilik layang-layang.

Namun laki-laki 26 tahun warga Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru itu tidak diseret ke ranah hukum.

Ia hanya diminta membuat surat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatannya.

Dalam penjelasannya, pemilik layang-layang mengaku bersalah karena menaikkan layang-layang hingga malam hari.

Layang-layang itu putus kemudian jatuh di atas kabel PLN. (David Yohanes/day)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved