Berita Internasional
Sejarah Popcorn Jadi Cemilan Khas Bioskop, Awalnya Bioskop Enggan, Tapi Semua Berubah Berkat PKL
Popcorn menjadi cemilan yang khas di bioskop. Ada sejarah panjang yang terukir dari popcorn yang ada di bioskop. Ternyata popcorn awalnya ditolak
TRIBUNMADURA.COM - Popcorn menjadi cemilan yang khas di bioskop.
Setiap kali masuk bioskop bakal mencium aroma khas dari popcorn yang berbau karamel dan mentega.
Ada sejarah panjang yang terukir dari popcorn yang ada di bioskop.
Ternyata popcorn awalnya ditolak untuk masuk ke bioskop.
Sebelum menonton di bioskop, biasanya penonton akan ditawari untuk membeli popcorn atau minuman.
• Lesty Kejora Larang Kiky Saputri Cium Rizky Billar Nggak Boleh, Sang Komika Penasaran: Cemburu Ya?
• Download Lagu MP3 DJ Anjing Banget Remix Full Bass Terbaru 2020, Viral TikTok, Lengkap Video Musik
• Heboh Lintang Kemukus Bersinar Terang di Langit Tuban, Foto-fotonya Dibagikan Netizen, Ini Kata BMKG
Meski harganya lebih mahal daripada yang dijual di luar bioskop, namun menonton film tanpa popcorn akan terasa kurang.
Awalnya popcorn sempat dilarang dijual di bioskop.
Bahkan dulu harganya sangat murah dan disejajarkan dengan cemilan atau snack lainnya.
Lalu bagaimana popcorn bisa dijual di bioskop?
Sejarah Popcorn Dilansir Smithsonian, (3/10/2013), sejarah popcorn sangat luas dan ia bersinggungan dengan film-film di masa lalu.
Bioskop dan popcorn adalah sebuah simbiosis rasa dan tempat yang diciptakan untuk menyelamatkan industri bioskop yang masih muda di saat hampir bangkrut selama masa Great Depression pada 1930-an.
Sekitar 8.000 tahun yang lalu, jagung dibudidayakan dari teosinte, rumput liar yang tidak seperti jagung modern yang dikenal sekarang.
Popcorn adalah nama yang umumnya diasosiasikan dengan biji jagung yang mengembang atau berondong.
Tapi sebenarnya popcorn adalah jenis jagung yang dicirikan oleh biji bertepung dengan dinding kernel yang keras.
Itu membantu pembentukan tekanan internal saat diletakkan di atas permukaan yang panas.
Itu adalah salah satu variasi jagung pertama yang dibudidayakan di Amerika Tengah.
"Popcorn pergi ke utara dan selatan, tetapi sejauh yang saya lihat, itu benar-benar hanya bertahan di Amerika Selatan," kata Andrew Smith, penulis Popped Culture: A Social History of Popcorn.
Namun di kemudian hari karena perdagangan, pedagang membawa kernel unik itu ke Amerika Utara.
"Kemungkinan besar, pemburu paus Amerika Utara pergi ke Chili, menemukan varietas berondong jagung, mengambilnya, dan mengira bahwa itu lucu, dan membawanya kembali ke New England pada awal abad ke-19," kata Smith.
Masuk kamus dan sirkus
Setelah popcorn sampai ke bagian timur Amerika Utara, popcorn menyebar dengan cepat.
Pada 1848, popcorn masuk ke dalam Kamus Amerikanisme.
Popcorn benar-benar meledak dan tersedia di mana-mana, terutama di tempat hiburan seperti sirkus dan pameran.
Akan tetapi hanya ada satu tempat hiburan yang tidak menyajikan camilan, yaitu bioskop.
Salah satu alasan popularitas popcorn yang meningkat adalah mobilitasnya pada 1885.
Saat itu Charles Cretor menemukan mesin pembuat popcorn bertenaga uap.
Sifat mesin yang bergerak ini menjadikannya mesin produksi sempurna untuk melayani pelanggan di acara olahraga luar ruangan, sirkus, dan pameran.
Berondong jagung tidak hanya dapat dibawa ke manapun, tapi juga dapat diproduksi secara massal tanpa dapur.
Ini merupakan keuntungan yang tidak dimiliki oleh camilan renyah lainnya seperti keripik kentang.
Alasan lain dari dominasinya terhadap makanan ringan lainnya adalah aromanya yang menarik ketika muncul, sesuatu yang digunakan pedagang kaki lima untuk keuntungan mereka saat menjual popcorn.
• Terbaru, Harga Oppo di Awal Oktober 2020, Mulai Oppo A53, Oppo A31 Hingga Oppo Reno
• Kesaksian Gading Marten Soal Kehidupan Setelah Cerai dari Gisel, Sedih, Titik Terendah Dalam Hidup
Namun, bioskop masih tidak mengizinkan jajanan jalanan yang populer itu masuk ke dalam auditorium mereka.
"Bioskop tidak ingin berurusan dengan popcorn, karena mereka mencoba meniru apa yang dilakukan di bioskop yang sebenarnya.
"Mereka memiliki karpet dan permadani yang indah dan tidak ingin popcorn digiling ke dalamnya," ungkap Smith.
Bioskop mencoba menarik pelanggan kelas atas dan tidak ingin berurusan dengan sampah konsesi yang mengganggu.
Mereka juga tidak ingin ada kebisingan mengganggu yang ditimbulkan dari suara orang makan selama pemutaran film.
Ketika film bioskop mulai menambahkan suara pada 1927, industri bioskop mulai membuka dirinya untuk pelanggan yang lebih luas.
Dulunya hanya ada film bisu (tanpa suara).
Pada 1930, penonton di bioskop telah mencapai 90 juta per minggu, meski begitu pemilik bioskop masih ragu untuk membawa makanan ringan ke dalam bioskop.
Popcorn masuk bioskop
Lalu masa Great Depression atau krisis ekonomi berkepanjangan Amerika pun tiba. Itu membuka peluang bagus untuk film dan popcorn.
Saat itu popcorn masih menjadi makanan murah, harganya 5 sampai 10 sen per pack.
Popcorn menjadi barang mewah yang mampu dibeli oleh kebanyakan orang.
Biji popcorn juga merupakan investasi murah bagi pemasok.
Satu kantong seharga 10 dolar dapat bertahan selama bertahun-tahun.
Karena bioskop masih tidak mengizinkan popcorn masuk ke bioskop, para pedagang kaki lima pun tak kehabisan akal.
Mereka membeli mesin popcorn dan menjual popcorn di luar bioskop.
Para penonton bisa membeli popcorn sebelum mereka masuk ke bioskop.
Selain ingin mempertahankan penampilan, bioskop awal tidak dibangun untuk mengakomodasi mesin popcorn pertama, yaitu teater tidak memiliki ventilasi yang baik.
Tetapi karena semakin banyak pelanggan datang ke teater dengan popcorn di tangan, pemilik tidak dapat mengabaikan daya tarik finansial dari menjual camilan tersebut.
(Nur Fitriatus Shalihah)