Berita Sidoarjo
Angka Kematian Ibu Hamil di Sidoarjo 10 Besar Jatim, Tapi Angkanya Lebih Rendah? Simak Penjelasannya
Kabupaten Sidoarjo masuk dalam kategori 10 besar Angka Kematian Ibu (AKI) hamil di Jawa Timur yang mencapai 19 orang
Penulis: M Taufik | Editor: Aqwamit Torik
Reporter: M Taufik | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, SIDOARJO – Kabupaten Sidoarjo masuk dalam kategori 10 besar Angka Kematian Ibu (AKI) hamil di Jawa Timur.
Ternyata, angka kematian ibu hamil di Sidoarjo pada 2020 kemarin mencapai 19 orang.
Namun, meski cukup tinggi, ternyata jumlah itu rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu.
“Jika dibanding jumlah penduduk Sidoarjo, angka itu terbilang kecil,” kata Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman.
Baca juga: Bermimpi Melihat Bayi dan Menggendong Bayi Bisa Menjadi Pertanda Baik. Simak 5 Artinya di Sini
Baca juga: Cekcok Suami Istri, Anak Jadi Terkena Imbas, TV yang Dibanting Suami Malah Kena Kaki Anaknya
Baca juga: Buntut Dugaan Plagiat Video Musik Lay EXO, Young Lex Murka Anaknya Dapat Hujatan: Lanjut Jalur Hukum
Jika dibanding tiga tahun sebelumnya, jumlah ini juga terbilang kecil.
Waktu itu, angka kematian ibu hamil di Sidoarjo lebih dari 20 orang.
Padahal, jumlah penduduk juga belum sebanyak sekarang ini.
Namun, dokter Syaf mengaku pihaknya terus berusaha mengoptimalkan pelayanan kesehatan di berbagai lini untuk menekan AKI di Sidoarjo.
Tahun ini dan tahun-tahun berikutnya, diharap bisa semakin kecil, seiring semakin membaiknya pelayanan.
Dinas kesehatan melalui programnya juga sudah melibatkan seluruh bidan yang ada di Sidoarjo.
Semua ditugaskan untuk memantau kondisi ibu hamil di wilayahnya masing-masing, serta menjamin kecukupan gizinya agar kehamilan berjalan baik.
"Termasuk juga ketika ada ibu hamil yang pindah wilayah, pindah bidan, dan sebagainya, kondisinya juga harus terus dipantau melalui program ini.
Dengan begitu, harapannya, AKI di tahun ini dan seterusnya bisa terus menurun,” imbuhnya.
Terpisah, Komisi D DPRD Sidoarjo juga terus mendorong agar Dinas Kesehatan bisa lebih meningkatkan pelayanannya untuk menekan angka kematian ibu hamil.
Berbagai pelayanan, mulai kontroling, perbaikan gizi, dan sebagainya, harus lebih ditingkatkan.
“Meski tidak terlalu tinggi, kondisi itu tetap harus menjadi perhatian bagi pemerintah.
Peran dinas teknis harus dioptimalkan untuk terus menekan angka kematian ibu hamil,” kata Bangun Winarso, anggota Komisi D DPRD Sidoarjo.
Baca juga: Orangtua Sebaiknya Tidak Mudah Upload Foto Anak di Media Sosial, Kenali Bahaya yang Mengintai
Baca juga: Bahagia Andin, Al dan Reyna Main Kembang Api Bersama, Simak Sinopsis Ikatan Cinta 11 Maret 2021
Baca juga: Berkat Hobi Nonton YouTube, Warga Ponorogo ini Raih Omzet Puluhan Juta Hasil Jualan Truk Oleng
Dinkes juga diminta agar lebih masif menggerakkan SDM kesehatan.
Mulai dari tingkatan dinas, puskesmas, polindes, hingga para bidan desa.
Sehingga kondisi kesehatan para ibu hamil ini bisa termonitor dengan baik.
“Sosialisasi juga penting. Supaya para ibu hamil bisa paham dengan kondisinya, kemudian mau secara rutin kontrol dan konsultasi ke bidan setempat.
Termasuk sosialisasi tentang kesadaran menjaga asupan gizi,” lanjut politisi PAN tersebut.
Bahkan, Ketua Komisi D DPRD Sidoarjo Dhamroni Chudlori mengkritik kegiatan sosialisasi kepada ibu hamil yang cenderung sepi dan mengarah pada kevakuman kegiatan, selama pandemi covid-19 ini.
Padahal, kegiatan itu yang sangat efektif untuk menekan AKI. Karenanya, Komisi D meminta kepada Dinkes agar bisa lebih menggalakkan lagi kegiatan sosialisasi dan memaksimalkan program-program kesehatan yang ada.
“Tingkatkan sosialisasi, galakkan lagi program posyandu, tambah sosialisasi kesehatan reproduksi, dan sebagainya. Itu yang sangat penting untuk menekang angka kematian ibu hamil.
Jika memang anggarannya dirasa kurang, silakan diajukan, kami di dewan tidak keberatan untuk menyetujuinya. Toh semua demi kesehatan masyarakat,” ujarnya.(ufi)