Berita Batu
1,5 Ton Keripik Apel di Kota Batu Dibakar, ada yang Dijadikan Pakan Ternak, Begini Penyebabnya
Wahyu Nano selaku pemilik UMKM mengungkapkan jika keripik apelnya dimusnahkan lantaran sudah kadaluarsa.
Penulis: Benni Indo | Editor: Aqwamit Torik
Reporter: Benni Indo | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, BATU – Keripik apel milik pelaku UMKM di kota Batu dimusnahkan oleh pemiliknya sendiri dengan cara dibakar, Selasa (23/3/2021).
Wahyu Nano selaku pemilik UMKM mengungkapkan jika keripik apelnya dimusnahkan lantaran sudah kadaluarsa.
Terlebih, semenjak pandemi keripik apel miliknya tidak terdistribusi ke pasar, khususnya di Kota Batu.
Akibatnya, Wahyu membakar keripik apel di dekat rumahnya.
Baca juga: Terbangun Tengah Malam? Rasulullah Menganjurkan Membaca Doa dan Dzikir Ini Saat Hendak Kembali Tidur
Baca juga: Ramalan Shio 24 Maret 2021, Hati-hati! 8 Shio Ini Diprediksi Kurang Beruntung, Shiomu Salah Satunya?
Baca juga: Viral di Medsos, Video Lurah di Ponorogo Joget Tanpa Protokol Kesehatan, Camat Beri Klarifikasi
Ia menyadari, keripik apel itu sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi.
Sehingga ia harus memusnahkannya.
“Kami tidak mungkin menjual produk karena sudah satu tahun tersimpan.
Jadi keadaannya sudah kadaluarsa dan tidak layak jual,” jelasnya.
Selain dibakar, sisa produk keripik apel lainnya juga dibuat untuk pakan ternak.
“Sisanya diberikan ke ternak sebagai pakan daripada dikonsumsi masyarakat bisa bahaya nanti, keracunan atau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” lanjutnya.
Keripik yang dimusnahkan sebanyak 1.5 ton.
Anggota DPRD Kota Batu, Khamim Tohari selaku produsen Kendedes Selecta Fruit juga mengalami hal serupa.
Sejak Maret 2020, dirinya tidak lagi memproduksi.
Ada 30 orang karyawan yang dirumahkan.
“Dalam sehari, dulu omsetnya antara Rp 7 juta sampai Rp 10 juta.
Sejak Maret tahun lalu hingga Maret tahun ini sudah tidak produksi,” katanya.
Khamim, Ketua Komisi C ini sempat mengajak para jurnalis ke tempat produksi keripik.
Di sana, ada empat mesin pembuat keripik yang berhenti beroperasi.
Juga puluhan mesin pendingin yang tidak lagi beroperasi.
"Saya punya 30 karyawan dari tetangga-tetangga sekitar. Mereka kami rumahkan karena keadaannya seperti ini jadi terpaksa harus dilakukan,” jelasnya.
Khamim melanjutkan banyak karyawannya yang menggantungkan hidupnya di sana.
Memang dirinya berusaha melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar.
Ia pun hanya bisa berharap agar kondisi pandemi bisa segera berakhir.
"Sebenarnya kami kasihan tapi ya bagaimana lagi," imbuhnya. (Benni Indo)