Kapal Selam Nanggala Hilang
Sosok Edi Siswanto, Korban KRI Nanggala-402: Dikenal Berakhlak Mulia dan Berbakti pada Orang Tua
Satu di antara korban kapal selam KRI Nanggala 402 adalah Kopda (ANM) Edi Siswanto, warga Desa Sumberaji Kecamatan Sukodadi Lamongan Jawa Timur.
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Pipin Tri Anjani
Reporter: Hanif Manshuri I Editor: Pipin Tri Anjani
TRIBUNMADURA.COM, LAMONGAN - Satu di antara korban kapal selam KRI Nanggala 402 adalah Kopda (ANM) Edi Siswanto, warga Desa Sumberaji, Kecamatan Sukodadi, Lamongan Jawa Timur.
Gugurnya korban Edi Siswanto cukup memicu empati dan kesedihan keluarga dan para tetangganya.
Ternyata Edi menyusul ibunya, Sari yang meninggal belum genap 100 harinya.
Sikap pendiam Edi, namun tetap memasyarakat menjadi kesan tersendiri bagi warga Dusun Sumelo Desa Sumberaji, tempat tinggal Edi bersama istrinya Nia Sri Ekawati.
Para tetangga juga banyak menyanjung akhlak Edi yang tidak pernah membuat kecewa siapapun.
"Anaknya pendiam, tapi dengan tetangga dan masyarakat baik. Kalau libur sering main ke tetangga. Ibadanya juga rajin, " kata tetangga korban, Kasni.
Baca juga: Duka Mendalam Istri Awak KRI Nanggala-402 Asal Banyuwangi: Suami Saya Sudah Tenang di Sisi Allah
Tidak ada kesan negatif yang tertempel di pundak Edi Siswanto. Sejak kecil sekitar usia 5 tahun, korban sudah ditinggal orang tuanya, Nipan menghadapNya.
Meski tinggal hanya bersama ibu dan kakaknya, Sukirman, ternyata 2 anak pasangan Nipan dan Sari ini sukses mencapai cita-citanya.
Sang kakak berhasil menempuh pendidikan sebagai TNI AL yang kini berpangkat Serma.
Setelah lulus SMA Negeri Mejoyo Sukodadi, Edi Siswanto berhasil menyusul keberhasilan kakaknya sebagai anggota TNI AL hingga ajalnya tiba saat sedang latihan dengan kapal selam Nanggala.
Edi Siswanto menikahi istrinya 7 tahun lalu dan belum dikaruniai seorang anakpun.
Saat ibunya sakit, ada sesuatu yang cukup membanggakan yang ada pada diri Edi. Wujud baktinya sebagai anak kepada orang tuanya, Edi membuat keputusan yang mengagetkan istrinya.
Nia Sri Ekawati diminta mengakhiri kerjanya di perpajakan untuk beralih menemani ibunya seorang diri di rumah sampai ajalnya.
Tak hanya itu, Edi yang masuk TNI dan lulus pendidikan pada 2013 ditempatkan di Ambon, juga mengambil keputusan untuk mengikuti seleksi kapal selam dan dinyatakan lulus.