Berita Jombang
Rizki Hamdani, Penggerak Santri Tani Milenial di Jombang Beromzet Ratusan Juta Rupiah Per Bulan
Cerita penggerak Kelompok Santri Tani Milenial di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Rizki Hamdani kini raup omzet ratusan juta rupiah per bulan.
Penulis: Elma Gloria Stevani | Editor: Elma Gloria Stevani
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM - Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun perekonomian nasional termasuk perekonomian daerah.
Pasalnya, sektor pertanian berfungsi sebagai penyedia bahan pangan untuk ketahanan pangan masyarakat.
Akan tetapi, semakin sedikit generasi muda yang mau menekuni bidang pertanian.
Mereka masih beranggapan bahwa bekerja sebagai petani adalah pekerjaan yang tidak menghasilkan.
Sebagian besar generasi muda masih menilai pertanian tidak bisa dijadikan sandaran hidup.
Padahal, kondisi saat ini petani yang aktif berusia tidak muda lagi, rata-rata usianya 50 tahun ke atas.
Sementara, mereka yang berusia 50 tahun ke bawah masih sekolah dan memilih pekerjaan di sektor lain seperti karyawan dan buruh pabrik.
Oleh karena itu, Rizki Hamdani menangkap fenomena yang terjadi saat ini.
Dengan strategi khusus, Rizki Hamdani menyasar para santri agar turut berkontribusi untuk lingkungan.
Rizki Hamdani mengajak santri bertani, berkebun dan bercocok tanam demi mencukupi kebutuhan sehari hari dan menjadikan semua usaha itu sebagai sumber penghasilan.
Adapun alasan Rizki Hamdani memilih santri sebagai target karena santri mudah dirangkul melalui pendekatan kepada Kyai atau Pengasuh Pondok Pesantren.
Setelah dilakukan pedekatan, Rizki Hamdani menggerakkan sebuah kelompok wirausaha yang bernama Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) di Pondok Pesantren Fathul Ulum, tepatnya di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Pria berusia 34 tahun itu memilih bidang agrobisnis untuk diterapkan kepada para santri karena Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, terbesar ada di sektor agrobisnis.
“Itu semua berawal dari kegelisahan saya sebagai anak muda tentang minat generasi muda untuk mau kembali lagi ke sawah dan meregenerasi sistem pertanian yang ada. Jika kita sadari bersama, mungkin khususnya di Jombang.
Saat pagi hari kita jalan ke pematang sawah, itu usia-usia petani semua di atas 45 dan di atas 50 tahun bahkan cenderung di atas 60 tahun .
Baca juga: Mengenal Claresta Alim, Pewaris Dinasti Balet yang Harumkan Nama Indonesia di Kancah Internasional

Jarang sekali saya melihat, tenaga anak-anak muda yang mau turun tangan karena mereka mungkin masih beranggapan pertanian masih belum dijadikan sebagai tempat untuk sandaran hidup,” kata Rizki Hamdani.
“Mereka lebih memilih bagaimana caranya jadi buruh pabrik, bagaimana cara mereka menjadi karyawan.
Padahal kalau kita analisa lebih dalam, sebenarnya potensi yang bisa dihasilkan oleh pertanian itu sangat besar.
Apalagi kalau kita perhatikan bersama PDB Indonesia di sektor agrobisnis itu sangat besar dan sangat tinggi.
Apapun hasil atau apapun produk dari pertanian itu sendiri, selama peradaban masih ada, itu pasti akan selalu dicari.
Makanya saya lihat potensi itu dari situ.
Sangat disayangkan jika seandainya pertanian itu tidak ada yang meregenerasi,” sambung alumnus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Kini Kelompok Santri Tani Milenial sudah berkembang di berbagai tempat di Kabupaten Jombang.
Hingga Mei 2021, sudah ada 42 Kelompok Santri Tani Milenial yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Jombang.
Awal Mula Terbentuknya Kelompok Santri Tani Milenial
Rizki Hamdani melihat para santri di Jombang Jawa Timur memiliki segudang potensi yang bisa dikembangkan untuk menjadi wirausaha.
Kemudian, ia mendorong para santri di Jombang, Jawa Timur meningkatkan jiwa entrepreneurship.
Rizki menginisiasi sebuah kelompok wirausaha bernama Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM).
“Jadi awal tahun 2017, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan di Jakarta.
Saya kembali ke Jombang untuk meraih impian wirausaha pertanian pada saat itu.
Kalau yang asli Jombang adalah istri saya.
Baca juga: Tips Peremajaan Kulit Wajah di Rumah Selama Pandemi Covid-19 Ala Dokter Spesialis Kulit Rika Lukas
Saya berbudidaya lele,” tutur alumnus SMAN 2 Bireuen, Aceh itu.
Namun, sebelumnya Rizki Hamdani tidak sengaja bertemu dengan beberapa santri dari Pondok Pesantren Fathul Ulum, Jombang.
Pria yang berasal dari Aceh tersebut kemudian berkunjung ke Pondok Pesantren Fathul Ulum.
Ia pun bertemu dengan Pengasuh Pondok Pesantren Fathul Ulum bernama KH Ahmad Habibul Amin.
Pertemuan itu kemudian mengantarkan Rizki Hamdani menggerakkan Kelompok Santri Tani Milenial dengan sistem pertanian terpadu/integrated farming system (IF).
Kelompok Santri Tani Milenial akhirnya menjadi wadah bagi sejumlah pondok pesantren di Jombang untuk memberdayakan perekonomian santrinya dengan kegiatan bertani, beternak, dan budidaya perikanan.
“Secara tidak sengaja, saya bertemu dengan beberapa orang santri yang melakukan budidaya yang sama.
Awalnya mereka ingin belajar di tempat saya, komunikasi dan mereka melakukan (apa yang dipelajari) di pondok pesantrennya.
Terus balik lagi belajar kemudian melakukannya
One day, kyai bertanya sama mereka, ‘kalian mendapatkan informasi itu dari siapa sih? Siapa yang mengajarkan kalian? Saya dapat dari mas Rizki. Oke kita kapan bisa ketemu mas Rizki?’
Nah, akhirnya bertemulah dengan Kyainya.
Kami berdiskusi panjang dan Kyai Amin meminta kepada saya.
‘Mas, saya ini memikirkan pondok pesantren ini sendiri.
Bisa nggak membantu saya bagaimana membangun entrepreneur Pondok Pesantren yaitu dari kalangan-kalangan santri.
Biar saya bisa fokus dengan pendidikan.’
Itu yang dikatakan kyai.
Dan saya tanpa berpikir panjang karena saya memang orang baru di Kabupaten Jombang ini seperti mendapatkan kesempatan untuk melakukan berbagai macam inovasi dengan berbagai macam fasilitas yang ada.
Tanpa saya berpikir panjang langsung saya iyakan saja,” paparnya.
Di Pondok Pesantren Fathul Ulum Jombang, Jawa Timur, santri-santri muda mendapatkan bimbingan yang sama untuk mengembangkan usaha di bidang pertanian hingga peternakan.
Para santri memulai aktivitas berkebun dan beternak seusai mengikuti kegiatan mengaji setelah salat subuh.
Selanjutnya, mereka berada di ladang dan beternak hingga pekerjaan selesai dan mengambil waktu istirahat.
Setelah itu, mereka boleh kembali melanjutkan kegiatan belajar ilmu agama.
Ketika lulus, para santri juga tidak dilepas begitu saja.
Mereka mendapat bantuan berupa modal untuk memulai usaha di bidang pertanian, peternakan dan budidaya perikanan.
Bahkan, Rizki Hamdani menyiapkan target untuk memberikan life skill kepada para santri.

Apabila kelak santri-santri kembali ke masyarakat, mereka tidak bergantung pada pemberian orang ketika melakukan syiar.
“Para santri kita berikan ilmu mengaji tetapi kita juga berupaya memberikan life skill untuk mereka. Setelah mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat, mereka tidak menjadikan ayat-ayat Allah itu menjadi alat transaksional. Contoh, mereka diminta untuk ceramah, nanti mereka akan berpatokan, ‘saya diamplopin berapa yah? Nani dibayar berapa yah?’ Kami tidak ingin seperti itu, kami ingin mereka ketika, kembali ke tengah masyarakat,” ucap Rizki Hamdani.
Rizki Hamdani mengamati potensi santri-santri milenial yang berada di Pondok Pesantren Fathul Ulum, Jombang, Jawa Timur.
Bersama dengan Pondok Pesantren Fathul Ulum, Rizki Hamdani menyediakan fasilitas berupa kolam, bibit, pakan ikan.
Para santri diberikan kebebasan untuk memilih bidang apapun sesuai dengan passion sebagai fokus utama selama menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Fathul Ulum Jombang.
Rizki Hamdani percaya bahwa santri tani milenial yang sukses tidak hanya karena faktor panen berlimpah, tetapi juga karena memiliki kemampuan manajemen waktu.
“Mereka sudah punya skill perrtanian, skill peternakan dan skill perikanan. Kita berikan skill sesuai dengan passionnya mereka. Mereka tidak kita paksakan. Mereka kita berikan pilihan. Kamu mau yang mana, kamu mau ambil yang mana. Kami akan bantu. Kamu buat rancangan usahanya. Kalau kamu mau buat ini, modalnya butuh sekian, analisa keuntungannya sekian, analisa kerugiannya sekian, risikonya sekian.
Jadi kita diskusi dengan mereka. Jadi mereka sendiri yang akan memilih. Agar kelak nanti ketika mereka kembali ke masyarakat, mereka sudah punya usaha sendiri. Kita punya badan usaha milik pesantren (BUMP). Badan Usaha Milik Pesantren itu tujuannya adalah untuk memisahkan harta keyaan milik pesantren dengan harta kekayaan milik Kyai.
Agar tidak tercampur, tujuannya memang menciptakan pesantren yang mandiri,” terangnya.
Selain itu, para santri yang mengikuti program Kelompok Santri Tani Milenial juga mendapatkan hasil dari penjualan hasil panen.
Rizki Hamdani menyebut, para santri yang terjun ke dalam Kelompok Santri Tani Milenial mendapatkan bagian 35 persen, Badan Usaha Milik Pesantren (BUMP) menerima bagian 25 persen, investor akan mendapatkan bagian sebesar 30 persen hingga 10 persen untuk infaq.
Ia mengatakan, infaq diberikan kepada para santri yang kurang mampu secara ekonomi.
Sehingga, hasil penjualan dari hasil panen dapat memberikan manfaat bagi sesama manusia.
“Anggap kita memiliki keuntungan 100 persen. 35 persennya haknya para santri. Kemudian, 25 persen itu haknya BUMP. Terus kemudian 30 persennya itu haknya investor. Kemudian, 10 persen itu untuk infaq.
Sedekah itu untuk memberikan subsidi santri-santri yang kecil-kecil atau santri-santri yang tidak mampu.
Ada anak yatim piatu yang mengeyam pendidikan di Pondok Pesantren untuk mensubsidi. Karena dasar atau cita-cita Kyai adalah bagaimana menciptakan generasi Anfa (bermanfaat). Memang apa yang kami lakukan selama ini harus bermanfaat bagi manusia yang lain,” jelasnya.
Para santri yang masuk ke dalam program Kelompok Santri Tani Milenial bisa dikatakan mandiri tanpa harus mengandalkan kiriman orang tua.
Seluruh biaya kebutuhan selama di Pondok Pesanten dapat terpenuhi dari hasil berwirausaha.
Omzet yang dihasilkan oleh santri di Pondok Pesantren Fathul Ulum pun mencapai Rp 100 juta untuk seluruh komoditas mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan.
Rizki Hamdani Meraih Penghargaan SATU Indonesia Awards 2020
Rizki Hamdani mendapakan apresiasi dan dukungan dari Kementerian Pertanian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Penghargaan ini merupakan hasil kerja keras, ketekunan serta kegigihan Rizki Hamdani menggerakkan santri agar memiliki jiwa bisnis dan mandiri di bidang pertanian hingga peternakan melalui program Kelompok Santri Tani Milenial.
“Saya sangat bersyukur sekali membuat program yang tepat sasaran dan bersyukur sekali membuat program yang memiliki social impact (dampak sosial) yang besar.
Jadi, sangat berterima kasih kepada PT Astra Internasional Tbk yang menjadi titik awal saya mengembangkan program ini sehingga menjadi sekarang. Kita sudah mendapatkan program dari Kementerian Pertanian dengan jumalh yang tidak sedikit. Kita sudah mendapatkan program dari KLHK. Kita sudah mendapatkan program dari Pemprov Jatim dan Gubernur Khofifah One Pesantren One Product (OPOP). Kita sudah mendapatkan program KSTM dari Bupati Jombang. Saat ini kita sedang intens dengan Universitas Surabaya (UBAYA) dan beberapa perusahaan-perusahaan lainnya yang ingin join dan ingin memberikan kontribusinya terhadap Pondok Pesantren dan Pertanian,” tutur Rizki Hamdani.
Bahkan, pria yang berasal dari Aceh ini pernah menerima apresiasi 11th Semangat Astra Terpadu untuk (SATU) Indonesia Awards 2020 bidang lingkungan.
“Dampaknya, 2019 dsa fathul ulum mendapat peringkat ketiga inovasi desa astra. DSA Fathul Ulum itu merupakan program berkelanjutan dari pemerintah. DSA itu singkatan itu Desa Sejahtera Astra.
Program CSR yang diberikan oleh Astra Internasional kepada beberapa pondok pesantren dan salah satu penerima manfaatnya adalah Pondok Pesantren Fathul Ulum Jombang, Jawa Timur,” pungkasnya.
Baca juga: Travel Blogger Irene Komala Ceritakan Serunya Jalan-jalan ke Hutan Perempuan dan Hutan Sagu di Papua
(TribunMadura.com.com/Elma Gloria Stevani)