Berita Tulungagung
"Stamina Saat Bekerja" Alasan Terbanyak Pengguna Narkoba di Tulungagung, Ekonominya Menengah Kebawah
Menurut Kasat Reskoba Polres Tulungagung, Akp Andri Setya Putra, para pekerja kasar ini menggunakan narkoba sebagai doping.
Penulis: David Yohanes | Editor: Aqwamit Torik
Reporter: David Yohanes | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, TULUNGAGUNG - Satreskoba Polres Tulungagung menetapkan 47 tersangka dari 46 kasus narkoba.
Jumlah tersebut dalam rentang waktu bulan Januari hingga Mei 2021.
Dari kasus narkoba tersebut, mayoritas tersangka ternyata berasal dari kalangan pekerja kasar.
Menurut Kasat Reskoba Polres Tulungagung, Akp Andri Setya Putra, para pekerja kasar ini menggunakan narkoba sebagai doping.
“Jadi mereka menganggap menggunakan narkoba itu untuk menambah stamina saat bekerja,” terang Andri, Selasa (25/5/2021).
Baca juga: Kapolres Pamekasan Peringati Anggotanya Jangan Jadi Pengguna Narkoba, Bila Ketahuan Ini Sanksinya
Lanjut Andri, dari segi ekonomi, para tersangka narkoba ini masuk kategori menengah ke bawah.
Kondisi ini yang membuat Andri prihatin, karena di tengah keterbatasan keuangan justru dipakai belanja narkoba.
Wilayah dengan kasus narkoba tertinggi masih ditempati Ngunut, disusul Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Boyolangu dan Sumbergempol.
“Wilayah-wilayah itu memang banyak kaum pekerja. Jenis terbanyak yang dikonsumsi adalah sabu-sabu,” sambung Andri.
Dua dari 47 tersangka lolos asesmen dan menjalani rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Tulungagung.
Mereka adalah para pengguna narkoba, bukan termasuk kategori pengedar.
Selain itu saat penangkapan, barang bukti yang ditemukan kurang dari satu gram.
“Kami hanya membantu proses asesmen saja, sementara rehabilitasi sepenuhnya di BNNK,” ucap Andri.
Dilihat dari jumlah kasus, terjadi kenaikan 40 persen kasus narkoba dibanding dalam rentang waktu yang sama tahun 2020.
Masih menurut Andri, semua kasus bermuara pada pengedar yang ada di dalam Lapas Tulungagung.
Satreskoba Polres Tulungagung juga sudah bekerja sama dengan Lapas Tulungagung untuk mengungkap jaringan ini.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Kalapas, tapi sulit untuk membuktikan. Salah satunya karena komunikasi sangat terbatas,” tandas Andri. (David Yohanes)