Berita Surabaya

Heboh Pernyataan Dokter soal Obat pada Pasien Covid-19 Menyebabkan Asidosis Laktat, Ini Faktanya

Asidosis laktat dapat menyebabkan peningkatan keasaman darah yang memperberat kondisi pasien seperti sesak napas atau penurunan kesadaran.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Freepik.com
Ilustrasi obat 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA – Pernyataan seorang dokter yang menyebut pasien Covid-19 meninggal akibat interaksi obat yang menyebabkan asidosis laktat membuat kepanikan dalam kalangan masyarakat.

Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga ( Unair ) Surabaya, dr Meity Ardiana mengungkapkan, belum ada bukti ilmiah bahwa kombinasi obat pada pasien Covid-19 menyebabkan asidosis laktat hingga saat ini.

“Penyebab asidosis laktat itu sendiri bermacam-macam dan kita harus memahami patofisiologi terjadinya asidosis laktat sebelum serta-merta menyimpulkan penyebab asidosis laktat pada pasien Covid-19 adalah karena interaksi obat,” ucapnya.

Dr Meity menuturkan, ketika seseorang terinfeksi Covid-19, kekurangan oksigen yang terjadi pada derajat sedang hingga berat dapat menyebabkan timbulnya asidosis laktat.

Di sisi lain, asidosis laktat yang terjadi dapat menyebabkan peningkatan keasaman darah dan memperberat kondisi pasien seperti sesak napas atau penurunan kesadaran.

Baca juga: MPM Beri Layanan Servis Sepeda Motor Spesial untuk Nakes hingga Driver Ojol, Begini Cara Dapatnya

Sehingga, dapat disimpulkan jika kondisi Covid-19 dan asidosis laktat saling memperberat satu sama lain.

"Setiap dokter yang memberi peresepan obat pada pasien tentu sudah menimbang manfaat maupun risiko interaksi obat yang dapat terjadi,"tegasnya, Senin (19/7/21).

Dokter, lanjutnya, akan memilih golongan obat dengan risiko interaksi paling minimal bagi pasien.

Dr Meity juga mengatakan bahwa obat yang perlu dikonsumsi antara satu pasien Covid-19 dengan pasien lainnya tentu berbeda.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni terkait apakah seseorang tergolong pasien dengan gejala ringan, sedang atau berat dan apakah pasien tersebut sedang menjalani opname atau isolasi mandiri.

“Disarankan untuk mengonsumsi vitamin dan suplemen yang memang sudah terbukti secara ilmiah dapat mencegah atau mempercepat kesembuhan Covid-19 sesuai rekomendasi yang ada,” urainya.

Lebih lanjut, rekomendasi untuk pencegahan saat ini adalah dengan memberikan multivitamin yang mengandung vitamin C, B, E, Zinc, dan vitamin D.

Fitofarmaka, sambung dr Meity, juga dapat diberikan karena telah teregistrasi oleh BPOM.

“Perlu diingat bahwa vitamin adalah suplemen, dimana fungsinya hanya untuk menambah nutrisi dari makanan sehari-hari,” ujarnya.

Dokter Meity berpesan agar masyarakat tidak perlu melakukan panic buying terhadap obat-obatan dan vitamin yang dipercaya dapat menyembuhkan Covid-19.

"Apabila pola makan sehat dapat dijaga, maka kebutuhan mikro dan makronutrien yang dapat mencegah infeksi Covid-19 maupun virus dan penyakit lain akan dapat terpenuhi,"lanjutnya.

Terakhir, dia juga mengingatkan kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam memilah dan memilih informasi yang didapatkan.

Masyarakat perlu kritis dalam menanggapi suatu berita dengan melakukan pengecekan ulang pada sumber informasi terpercaya seperti jurnal ilmiah yang terkemuka, mengakses informasi dari portal edukasi yang diakui dan dapat dipertanggungjawabkan (biasanya berdomain .int, .gov, .org), atau bertanya pada ahli di bidang tertentu.

“Masyarakat harus bisa membedakan antara opini dan temuan ilmiah, suatu hal yang bukan merupakan fokus dalam pendidikan dan gaya hidup kita,” tutupnya.

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved