Berita Jawa Timur

Penjelasan BMKG soal Potensi Tsunami Pacitan Setinggi 28 Meter, Lakukan Sejumlah Langkah Antisipasi

Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati menyatakan, didapat skenario terburuk potensi gempa dan tsunami di Pacitan dalam 29 menit.

Penulis: Febrianto Ramadani | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/ERWIN WICAKSONO
alat pendeteksi gempa dan tsunami di Stasiun Geofisika III Karangkates Malang, Selasa (29/9/2020). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan, Suwarto menyampaikan, masyarakat tidak perlu panik terkait kabar potensi tsunami yang melanda beberapa wilayah Jawa Timur.

"Sebelumnya memang ada kegiatan antara Kementerian Sosial dan BMKG yang dihadiri oleh ibu kepala," kata dia, Sabtu (18/9/2021).

"Acara itu menindaklanjuti kegiatan penelitian yang dilakukan oleh BMKG Pusat," sambungnya.

"Kegiatannya sebenarnya bersinergi dan berkesinambungan sudah mulai awal tahun 2021 dari Januari kemarin," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala BMKG Pusat, Dwikorita Karnawati menyatakan, dari hasil kajian, didapat skenario terburuk gempa dan tsunami.

Gempa dan tsunami setinggi 28 meter berpotensi menerjang Pacitan dalam 29 menit.

BMKG, lanjut Suwarto, memetakan daerah daerah yang rawan tsunami, kemudian membuat skenario atau pemodelan apabila nanti terjadi potensi gempa besar serta tinggi maupun jarak gelombang tsunami ketika mencapai daratan.

"Untuk skenario ini sumber gempanya menggunakan PUSGEN, Pusat Studi Gempa Nasional yang dirilis tahun 2017, dirumuskan para ahli gempa bumi, ahli geologi, dan ahli geofisika," katanya.

"Ini merupakan rangkaian kegiatan yang sudah dari awal tahun," ungkapnya.

"Hasil kajian berupa peta rawan tsunami di kawasan pantai yang dihuni padat penduduk, pantai wisata, pantai yang menjadi objek vital pelabuhan perikanan, kami petakan dan buatkan skenario. Dari hasil itu kami verifikasi langsung ke pantai," sambungnya

Suwarto menambahkan, pihaknya meninjau kesiapan warga sekitar menghadapi dan mengantisipasi potensi tsunami. Mulai dari rambu rambu, jalur evakuasi, tempat evakuasi sementara maupun akhir.

"Dari situ kami membuat rekomendasi ke pemerintah setempat. Kemarin di Pacitan kami tunjukkan dari hasil kajian ada potensi tsunami tingginya sekian, gempa berkekuatan sekian, serta gelombang tsunami tingginya sekian," tutur dia.

"Itu sudah kami sampaikan kepada kepala daerah setempat.Mungkin perlu digaris bawahi bukan prediksi tapi potensi," tegasnya.

Sebenarnya, kata Suwarto, khusus Jawa Timur, sepanjang pantai selatan mulai dari Pacitan, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Malang, Lumajang, Jember, sampai Banyuwangi, berpotensi terjadi tsunami.

"Karena ketika dilanda gempa besar, berhadapan langsung dengan Zona Megathrust atau zona tumbukan lempeng yang ada di selatan Jawa. Tetapi tidak perlu panik berlebihan karena memang sebenarnya hampir semua wilayah Indonesia berpotensi gempa. Kemudian potensi tsunami juga banyak, jadi kalau secara umum mulai dari barat Sumatra, Aceh, sampai timur, hampir sebagian besar wilayah berpotensi," imbuhnya.

Hasil penelitian tersebut masih menjadi pr bagi BMKG. Lantaran memang masih sebatas studi ilmiah walaupun tidak menampik bencana alam tersebut akan terjadi atau tidak. Tetapi, ini adalah hasil penelitian yang dijadikan sebuah pedoman.

"Tujuannya lebih ke arah mitigasi untuk mempersiapkan skenario terburuk terjadi. Tetapi pemahaman masyarakat masih kurang, seolah olah ini prediksi dan akan terjadi dalam waktu dekat. Ini yang perlu kami beri pemahaman kepada masyarakat bahwa lebih cenderung ke mitigasi untuk persiapan pemerintah," ucapnya.

Dari BMKG sendiri sudah melakukan langkah antisipasi. Yakni, kegiatan kegiatan yang menyentuh masyarakat langsung seperti Sekolah Lapang Gempa Bumi. BMKG Goes to School menyasar anak sekolah di pinggir pantai.

"Sosialisasi juga gencar di media massa. Serta koordinasi dengan instansi terkait seperti BPBD, BNPB, yang sekiranya berpotensi bencana alam," katanya.

Suwarto menghimbau kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan gempa dan tsunami khususnya di pantai, perlu disiapkan adalah mitigasi atau langkah untuk mengantisipasi seandainya bencana alam terjadi.

"Pengalaman atau sejarah sudah sering terjadi gempa dan tsunami. Yang perlu dipersiapkan adalah diri kita apabila terjadi gempa dengan kekuatan skala magnitudo berapapun, jauhi dari pantai. Tidak perlu menunggu instruksi dari BMKG. Begitu ada gempa besar atau kecil jauhi pantai. Kalau langkah mitigasi sudah terbiasa, maka dibutuhkan dan dibudayakan peningkatan pemahaman tentang gempa bumi serta tsunami," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved