4 Karakteristik Covid-19 Varian Omicron, Penularan 7 Kali Lebih Cepat hingga Potensi Kematian Pasien

Terdapat empat karakteristik virus Covid-19 varian Omicron yang membedakan dengan varian lainnya.

Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
UNSPLASH/fusion_medical_animation
ILUSTRASI - virus Omicron memiliki daya tular lebih meningkat dari pada varian Delta. 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Indonesia masih belum lepas dari pandemi Covid-19.

Menjelang akhir tahun 2021, Pemerintah Indonesia mengumumkan adanya varian baru Covid-19, Omicron.

Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia pertama kali ditemukan pada Kamis (16/12/2021).

Sejak saat itu, jumlah kasus varian Omicron di Indonesia terus bertambah setiap harinya.

Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Laura Navika Yamani SSi MSi PhD mengatakan, terdapat empat karakteristik Covid-19 varian Omicron yang membedakan dengan varian lainnya.

Ia mengatakan, virus Omicron memiliki daya tular lebih meningkat dari pada varian Delta.

Sejak virus Omicron pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, terjadi peningkatan sebanyak dua hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu satu minggu saja.

Baca juga: Inilah Gejala Covid Omicron, Kenali Ciri-Ciri Penularannya hingga Cara Mencegah Varian Baru

Hal tersebut yang menjadi dasar bahwa varian Omicron perlu diwaspadai karena daya tularnya lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta sebelumnya.

“Virus Covid-19 varian delta daya tularnya tujuh kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan virus yang pertama kali muncul di Wuhan," kata dia.

"Sedangkan Omicron lima kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan varian delta. Jadi bisa dibayangkan bagaimana berbahayanya varian omicron ini," tambah Laura.

Kedua, virus Omicron memiliki tingkat keparahan lebih rendah.

Tetapi, yang perlu digaris bawahi adalah ketika varian Omicron memiliki daya tular yang lebih cepat dan tidak ada langkah antisipasi lebih awal, maka banyak orang yang terinfeksi dan akan berisiko terjadi penularan yang lebih luas.

“Apabila tidak dibendung maka kasusnya akan semakin banyak dan mungkin bisa menyebabkan fasilitas kesehatan overload," kata dia.

"Ketika fasilitas kesehatan penuh, maka penanganan pasien bisa terlambat sehingga keparahan penyakit pasien meningkat atau bahkan bisa menyebabkan kematian," ucap Laura.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved