Dulu Ramai Didatangi Jemaah, Masjid ini Kini Sepi, Perlahan Mulai Ditelan Air, Dinding Dihiasi Lumut
Kisah masjid ditelan air sedikit demi sedikit. Dulu ramai didatangi jemaah, kini diselimuti lumut dan sampah.
Penulis: Ayu Mufidah | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA.COM - Kisah masjid ditelan air sedikit demi sedikit.
Dulu, masjid itu ramai didatangi jemaah yang ingin menunaikan ibadah.
Namun, kini masjid tersebut sepi. Tak terdengar lagi suara jemaah menunaikan ibadah di dalamnya.
Bahkan, masjid itu kini telah diselimuti lumut dan sampah.
Bagi warga sekitar, masjid itu dikenal dengan nama Masjid Wal Adhuna.
Masjid Wal Adhuna terletak di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara.
Selama 12 tahun belakangan ini, Masjid Wal Adhuna tak lagi digunakan.
Secara perlahan, masjid itu tenggelam dan kemudian menjadi bagian abadi dari laut utara Jakarta.
Masjid Wal Adhuna menjadi saksi bisu bagaimana wilayah Ibu Kota perlahan tenggelam akibat naiknya level air laut.
Selain tu, turunnya permukaan tanah menambah cepatnya bangunan masjid tenggelam.
Baca juga: Dulu Ketiban Durian Runtuh, Kampung Miliarder di Tuban Diliput Nestapa, Warga Menyesal Jual Tanahnya

Masjid ini berlokasi tepat di balik tanggul besar penahan air laut di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Air sudah menggenangi separuh dari bangunan masjid.
Tampak cat putih pada dinding sudah mengelupas dan digantikan lumut-lumut yang tumbuh subur.
Seng pada atap masjid itu juga sudah hancur.
Berbagai jenis sampah yang terbawa arus tersangkut di sisi-sisi masjid.
Dahulu, Masjid Wal Adhuna merupakan salah satu pusat ibadah di kawasan Sunda Kelapa.
Ratusan jemaah rutin menunaikan ibadah shalat lima waktu di sana dulunya.
Petugas keamanan yang sudah bekerja di kawasan tersebut sejak 1998 bernama Safrizal menjadi saksi hidup kisah masjid itu.
Ia mengatakan bahwa masjid itu sudah ada di sana sejak ia ditugaskan.
Baca juga: Viral Pengantin Wanita Naik Perahu ke KUA, Terjang Sungai demi Menikah, Ada Kisah Pilu di Baliknya
Mulanya, Masjid Wal Adhuna dibangun sebagai tempat ibadah bagi pekerja di sekitar pelabuhan.
Lambat laun, warga sekitar juga mulai menjadi jemaah masjid tersebut.
“Karena cukup aktif akhirnya warga dilibatkan sebagai pengurus masjid," kata Safrizal, Kamis (6/2/2020) lalu.
"Jadi jemaahnya ada yang dari pelabuhan dan ada yang dari warga,” tutur dia.

Masjid Wal Adhuna menjadi sangat ramai pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri serta Idul Adha.
Namun, hal tak terduga terjadi setelah banjir rob besar yang terjadi di daerah tersebut.
Pemprov DKI Jakarta membangun tanggul yang tingginya kurang lebih lima meter di kawasan Sunda Kelapa.
Tanggul itu dibangun di belakang masjid, menutup akses menuju rumah ibadah tersebut.
Kisah Masjid Wal Adhuna seakan menjadi bukti prediksi Jakarta lambat laun akan tenggelam bukan isapan jempol belaka.
Peneliti geodesi dan geomatika dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Heri Andreas menjelaskan, sekitar 9.000 hektare lahan Jakarta sudah berada di bawah permukaan laut.
Namun, lahan tersebut tetap kering saat ini karena adanya tanggul laut dan tanggul sungai.
Pada tahun 2021 ini, sebanyak 14 persen wilayah Jakarta sudah berada di bawah laut.
Angka ini diperkirakan meningkat menjadi 28 persen pada 2050.
Fenomena ini disebabkan oleh kombinasi dua faktor.
Faktor utama adalah naiknya level air laut akibat pemanasan global yang melelehkan gunung es di kutub utara serta selatan.
Merujuk data satelit yang dikumpulkan ITB selama 20 tahun, kenaikan permukaan air laut di perairan Indonesia diperkiraan sekitar 3 - 8 mm per tahun.
Sementara itu, faktor kedua adalah turunnya permukaan tanah akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan.
Beberapa tempat di Jakarta, seperti Muara Baru, sudah turun sejauh 1 meter.
Perlu intervensi dari pemerintah agar ancaman Jakarta tenggelam bisa diatasi, jelas Heri.
“Jika usaha kita tidak maksimal, maka pada tahun 2050 penurunannya akan mencapai 4 meter,” imbuhnya, dilansir dari itb.ac.id.
( TribunMadura.com / Ayu Mufidah KS ) ( Kompas.com / Ivany Atina Arbi )