Pilpres 2024
Baliho Airlangga-Khofifah Dinilai Jadi Tes Ombak Publik Jelang Pilpres 2024, Pengamat: Jemput Takdir
Baliho Airlangga-Khofifah tak bisa dilepaskan dari kepentingan untuk Pilpres 2024.
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Kemunculan baliho Airlangga Hartarto bersanding dengan Khofifah Indar Parawansa disebut-sebut sebagai manuver untuk tes ombak publik kontestasi politik Pilpres 2024.
Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokim Abdussalam menilai, terlepas siapapun yang memasang maupun dengan tujuan apa, baliho Airlangga-Khofifah tak bisa dilepaskan dari kepentingan untuk Pilpres 2024.
"Baliho itu salah satu ikhtiar kalau boleh dibilang usaha cerdas siapapun yang memasang dan berinisiatif apakah relawan atau lainnya saya pikir itu manuver menjemput takdir dalam pilpres 2024," kata Surokim, Jumat (28/1/2022).
Menurut Surokim, strategi transfer device semacam itu termasuk cara cepat dan cerdas.
Selain untuk tes ombak dan dapat mengukur respons, upaya semacam ini dinilainya bakal punya banyak efek positif.
Itu lantaran dipasangkan dengan Gubernur atau kepala daerah yang masih aktif menjabat.
Baca juga: Baliho Airlangga-Khofifah Terpasang di Surabaya, DPD Partai Golkar Jatim Beri Respons: Doa Kami
Dijelaskan Surokim hal itu berefek positif baik bagi Airlangga maupun Partai Golkar.
"Golkar jelas akan dapat banyak insentif elektoral dari pemasangan baliho itu," terang Dekan Fisib UTM tersebut.
Peneliti senior SSC itu berpandangan, kemunculan baliho tentu merupakan hal yang sah dilakukan sebagai ikhtiar politik maupun partisipasi relawan.
Bahkan, itu dinilai sebagai upaya selangkah lebih maju lantaran alternatif pasangan untuk Pilpres di lempar ke publik sejak dini.
Sebab, dalam kontestasi Pilpres, elektabilitas yang paling penting adalah elektabilitas berpasangan.
"Selain itu, ini tentu baik untuk edukasi publik guna mengenalkan paslon sejak awal agar bisa ditimbang-timbang lebih panjang dan cermat, paslon bisa ditracking lebih lama agar publik tidak memilih calon-calon mendadak yang kadang kala mengagetkan," terangnya menambahkan.