Sejarah

Tunggul Ametung Terima Karma dari Mertua Usai Bawa Lari Ken Dedes, Keris Ken Arok Penuhi Sumpah

Kisah Ken Dedes dan Ken Arok diceritakan sebagai awal mula berdirinya Kerajaan Singasari. Lalu, bagaimana dengan kisah Ken Dedes dan Tunggul Ametung?

Editor: Aqwamit Torik
Wikipedia dan Koleksi Museum Nasional
Ilustrasi patung Ken Arok dan Ken Dedes - Kisah cinta tragis Tunggul Ametung disumpahi mertua 

TRIBUNMADURA.COM - Kisah cinta Ken Dedes dengan Tunggul Ametung ternyata berselimut sumpah serapah.

Sebab, Tunggul Ametung saat itu membawa kabur Ken Dedes dari tangan sang calon mertua.

Hingga akhirnya sumpah serapah sang mertua seakan membawa Ken Arok untuk memenuhi sumpah.

Ken Arok tiba dan menghunuskan keris ke Tunggul Ametung layaknya sumpah sudah terbalaskan.

Diketahui, melalui keturunannya, Ken Dedes menyandang predikat sebagai ibu para raja Singhasari dan Majapahit.

Ken Dedes digambarkan sebagai wanita cantik yang diperebutkan oleh Ken Arok dan Tunggul Ametung.

Baca juga: Hidupnya Tak Diharapkan, Ken Arok Justru Menjelma Menjadi Raja Singasari Berkat Keris Mpu Gandring

Sebelum dinikahi Ken Arok yang lantas menjadi penguasa Kerajaan Singasari, Ken Dedes merupakan istri Tunggul Ametung Penguasa Tumapel.

Kisah Ken Dedes dan Ken Arok diceritakan sebagai awal mula berdirinya Kerajaan Singasari.

Lalu, bagaimana dengan kisah Ken Dedes dan Tunggul Ametung?

Tunggul Ametung pada akhirnya tewas di tangan Ken Arok yang ingin memiliki Ken Dedes dan menjadi penguasa Tumapel.

Ia ditusuk oleh Ken Arok menggunakan keris yang membawa kutukan Mpu Gandring, bahwa kelak keris tersebut akan merenggut nyawa tujuh keturunan Ken Arok, termasuk Ken Arok sendiri.

Rupanya, kutukan juga mewarnai kisah Tunggul Ametung yang memperistri Ken Dedes, bagaimana kisahnya?

R. Pitono dalam buku Pararaton terbitan 1965 menyebut Ken Dedes adalah anak perempuan dari Empu Purwa, pendeta Buddha aliran Mahayana.

Sedangkan Babad Pasek yang telah diterjemahkan I Gusti Bagus Sugriwa (1976) menyebut ayah Ken Dedes adalah Empu Purwanatha, dan Mpu Purwa adalah saudara laki-lakinya.

Mpu Purwanatha awalnya tinggal di Daha, ibu kota Kerajaan Kediri, tapi karena perilaku Raja Kediri, Kertajaya (1194 - 1222 M) yang kejam dan tidak menghormati kaum brahmana, Mpu Purwanatha dan brahmana lainnya pindah.

Mpu Purwanatha menetap di Desa Panawijen (sekarang di sekitar Malang) di lereng Gunung Kawi dan menjadi wilayah Tumapel yang dipimpin oleh Tunggul Ametung selaku adipati (pejabat daerah setara camat).

Baca juga: Rahasia dari Tubuh Ken Dedes, Bikin Ken Arok Kalap, Rebut dari Tunggul Ametung Karena Ramalan

Tumapel saat itu termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri.

Ken Dedes meminta Tunggul Ametung menunggu ayahnya pulang, tapi hasratnya tidak terbendung dan Ken Dedes dibawa paksa ke Tumapel.

Ketika Mpu Purwanatha mengetahuinya, dikisahkan ia murka anaknya hilang dan tak ada satu pun orang yang memberitahu di mana putrinya berada.

Hal itu pun membuat Mpu Purwanatha mengucap kutukan.

“Semoga yang membawa lari anakku tidak akan selamat hidupnya. Semoga ia mati tertikam keris,” kutuk Mpu Purwanatha seperti yang dikutip dari Pararaton oleh Slamet Muljana melalui buku Menuju Puncak Kemegahan (2005).

Kepada penduduk desa, sang empu juga merapal mantra, “Semoga sumur-sumur di Panawijen kering dan sumber-sumber air tidak mengeluarkan air lagi sebagai hukuman karena mereka tidak memberi tahu akan keberadaan anakku.”

“Semoga anakku yang telah mempelajari karma amadangi tetap selamat dan mendapatkan kebahagiaan yang besar,” seru Mpu Puwanatha dalam murkanya.

Sumpah serapah itu jadi kenyataan. Tunggul Ametung mati ditusuk keris oleh Ken Arok, pengawalnya sendiri.

Tunggul Ametung hingga Ken Arok terpikat dengan dirinya, sosok Ken Dedes sendiri konon disebut sebagai titisan Batari Durga, eperti ditulis oleh sejarawan Peter Carey dan Vincent Houben dalam buku mereka "Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX".

Disebutkan juga dalam kitab Pararaton jika wanita 'panas' seperti Ken Dedes adalah ardhanariswari, perempuan terpilih di antara kaum hawa dan seorang lelaki walaupun miskin atau rendah tingkat sosialnya, jika berhasil meminangnya maka bisa menjadi raja kondang, ditulis B.J.O. Schrieke (1957) dalam Indonesian Sociological Studies. Part 2. The Ruler and the Realm in Early Java. The Hague/Bandung: Van Hoeve, seperti dikutip dari "Perempuan-Perempuan Perkasa di Jawa Abad XVIII-XIX".

Ken Dedes ketika dinikahi Ken Arok, tengah mengandung anak Tunggul Ametung yang kemudian diberi nama Anusapati. Sosok ini pulalah yang pada akhirnya membunuh Ken Arok membalaskan dendam ayahnya.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online

Sumber: Intisari
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved