Berita Madiun
Jerit Perajin Tempe di Kota Madiun, Hanya Bisa Pasrah, Harga Kedelai Melambung Tinggi
Sebagai bahan baku tempe, naik turunnya harga kedelai sangat berpengaruh pada kesejahteraan para perajin tempe
Penulis: Sofyan Candra Arif Sakti | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, MADIUN - Perajin Tempe di Kota Madiun mengeluhkan tingginya harga kedelai di pasaran.
Sebagai bahan baku tempe, naik turunnya harga kedelai sangat berpengaruh pada kesejahteraan para perajin tempe.
Seorang perajin tempe di Jalan Jenggolo Sari, Kelurahan Kelun, Kecamatan Kartoharjo, Desi Wulandari mengatakan kenaikan harga kedelai ini sudah terjadi sejak bulan Januari 2022.
"Harga kedelai melambung tinggi, biasanya Rp 8 ribu perkilogram, sekarang 11 ribu perkilogram," ucap Wulandari, Rabu (16/2/2022).
Kenaikan harga tersebut terjadi secara bertahap, Rp 1 ribu demi Rp 1 ribu.
Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Produsen Tahu dan Tempe di Pamekasan Kelimpungan, Perkecil Ukuran
Untuk menyiasati naiknya harga kedelai tersebut, perajin harus mengurangi takarannya.
"Harganya tidak bisa dinaikkan, bisanya, mengurangi takarannya," lanjutnya.
Perajin tempe juga enggan menggunakan kedelai lokal, mereka menilai kualitas kedelai impor lebih bagus dan lebih enak untuk dijadikan tempe.
Wulandari menyebut, hal serupa pernah terjadi tahun lalu saat harga kedelai merangkak naik.
"Idul Fitri tahun lalu kita terpaksa menaikkan harga karena harga kedelai juga naik, itupun juga melalui pertimbangan yang panjang," jelas Wulandari.
Saat itu tempe dijual dengan harga Rp 2 ribu per 10 biji, karena harga kedelai naik harganya dinaikkan menjadi Rp 2.500 per 10 biji.
"Harapan kita harga kedelai ini bisa turun. Takut juga kalau terus naik, apalagi sudah ada bocoran mau naik menjadi Rp 13 ribu perkilogram," pungkasnya.