Sejarah

Keris Lebih dari Simbol Keramat Zaman Majapahit, Gajah Mada Genggam Keris saat Ucapkan Sumpah Palapa

Senjata keris menjadi sejarah yang penting di tengah kerajaan Majapahit, kerajaan terbesar di Nusantara pada zamannya.

Editor: Aqwamit Torik
KOMPAS.com/LABIB ZAMANI
Ilustrasi keris - Pusaka keris koleksi Museum Keris Nusantara di Solo, Jawa Tengah, Rabu (27/2/2019). 

Keris juga digunakan sebagai pusaka keluarga, simbol status, ataupun simbol yang diturunkan dari ayah ke anak sebagai perwujudan keberadaan suatu garis keturunan.

Di lingkungan Keraton Yogyakarta dapat ditemui keris Kangjeng Kiai Ageng Kopek yang hanya boleh dikenakan oleh Sultan, juga keris Kangjeng Kiai Joko Piturun yang diberikan Sultan hanya kepada seseorang yang beliau tunjuk sebagai pewaris tahta.

Catatan Ma Huan, seorang Muslim asal China, ketika mengikuti kunjungan Cheng Ho di Pulau Jawa 1413-1415 M, juga mengungkapkan penggunaan keris sebagai aksesoris.

Diceritakannya, ada berbagai tradisi unik yang dimiliki oleh masyarakat Majapahit.

Salah satunya, pada usia 3 tahun ke atas penduduk laki-laki Majapahit telah memakai baju yang dilengkapi keris.

Para pria Majapahit terbiasa memakai pu-lak (keris atau belati) yang disisipkan di ikat pinggang. Senjata tersebut memiliki garis tipis dan bunga-bunga keputihan serta dibuat dari baja terbaik. Gagangnya terbuat dari emas, cula badak, atau gading gajah.

Itulah bagaimana keris menjadi benda yang begitu sakral bagi masyarakat Jawa dan Majapahit.

Sumber: Intisari
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved