Berita Batu

Cara Mudah Memperkirakan Datangnya Cuaca Dingin, BMKG Bagikan Ilmu dan Caranya

BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso, Ahmad Lutfi berbagi ilmu bagaimana caranya untuk memprakirakan kapan terjadinya suhu dingin atau tidak.

Penulis: Benni Indo | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Benni Indo
Wisatawan memotret pegunungan saat langit cerah tanpa awan di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kota Batu. 

TRIBUNMADURA.COM, BATU – Suhu dingin yang terjadi di kawasan Malang Raya saat ini merupakan siklus alam yang alamiah.

Prakirawan cuaca pada Bagian Analisa dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso, Ahmad Lutfi berbagi ilmu bagaimana caranya untuk memprakirakan kapan terjadinya suhu dingin atau tidak.

Caranya, masyarakat bisa melihat pergerakan awan di langit pada sore atau malam hari. Posisi awan sangat penting karena berperan sebagai penghalang radiasi Matahari.

Jika pada saat itu tidak terlihat banyak gumpalan awan di langit, maka kemungkinan besar suhu dingin akan terjadi pada malam hari yang bertahan hingga keesokan paginya.

Dijelaskan Lutfi, sejak pagi hingga siang hari, Matahari menyinari Bumi.

Radiasi sinar Matahari membuat Bumi menjadi hangat dan menyimpannya dalam beberapa saat. Gelombang hangat ini akan kembali dilepaskan oleh Bumi ke atmosfer saat Matahari mulai terbenam.

“Jadi cara masyarakat untuk mengetahui apakah besok jauh lebih dingin atau tidak, dilihat awan pada sore atau malam hari. Jika tidak ada awan sama sekali, maka peluang terjadinya bedinding lebih tinggi,” urainya.

Saat kemarau seperti ini, memang jarang terlihat adanya gumpalan awan di langit. Ketika gelombang radiasi cahaya Matahari yang hangat dilepaskan ke atmosfer dan tidak terhalang oleh awan, maka terjadilah suhu dingin. Sehingga tidak heran jika memasuki kemarau, suhu udara di Malang Raya relatif dingin.

“Nah, jika sepanjang hari tidak ada awan sama sekali, maka radiasi Matahari tadi, pada saat sore hari, ketika dipantulkan kembali ke atmosfer, tidak ada penahannya,” ujarnya.

Berbeda ketika musim penghujan, banyaknya gumpalan awan mendung membuat pantulan radiasi tidak bisa lepas ke atmosfer. Akibatnya, awan memantulkan radiasi tersebut ke Bumi. 

Kembalinya pantulan radiasi ini membuat suhu di Bumi menjadi relatif hangat. Maka ketika musim penghujan masyarakat sering merasakan suhu udara yang relatif hangat sebelum hujan.

“Perubahan suhu akan jauh lebih cepat dirasakan karena radiasi terpantul ke angkasa. Sehingga saat dini hari, suhu udara sampai titik terendah. Kalau ada awan masih jauh lebih hangat,” terangnya.

Lutfi menegaskan bahwa peristiwa ini adalah siklus alam. Kondisi suhu dingin seperti ini pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.

“Berdasarkan data statistik, kejadian tahun ini adalah yang ke-11 sejak 1991. Artinya, sudah lebih dari 30 tahun suhu dingin terjadi pada Juli – Agustus,” ungkapnya melalui sambungan telepon, Rabu (27/7/2022).

Lutfi mengatakan, suhu dingin saat ini adalah relatif, artinya, tidak konsisten dalam kondisi dingin terus menerus. Dalam skala hari, terpantau ada yang suhunya relatif hangat.

“Seperti hari ini, data yang kami catat, suhu mencapai 17 derajat Celcius, lebih tinggi dibanding dua hari lalu yang mencapai 14 derajat Celcius. Dalam skala harian, hari ini mulai menghangat lagi,” ungkapnya. (Benni Indo)

 

  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved