Berita Lumajang
ODGJ Bikin Perapian hingga Sebabkan Kebakaran di Kawasan Wisata TNBTS Bromo
Kebakaran ini mengakibatkan hewan dan berbagai vegetasi yang bersarang di sana kehilangan habitatnya.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, LUMAJANG - Populasi satwa endemik di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) wilayah Lumajang cukup terancam. Area Lembah Bantengan di Desa Argosari, Kecamatan Senduro, mengalami kebakaran.
Kebakaran ini mengakibatkan hewan dan berbagai vegetasi yang bersarang di sana kehilangan habitatnya.
Syarif Hidayat Kepala Sub Bagian Data Evaluasi dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger atau TNBTS mengatakan, kebakaran terjadi sejak Minggu (18/9).
Secara garis besar, kebakaran ini akibat masyarakat sekitar kurang mengawasi ancaman ulah manusia yang bisa memicu kejadian cilaka.
"Kebakaran ini dipicu ada orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) bikin perapian di sekitar lokasi. Gak tahunya, bakar-bakar itulah yang menjadi penyebab kebakaran," ujar Syarif.
ODGJ tersebut kini telah diamankan di Polsek Senduro. Nantinya, ODGJ tersebut akan diurus Dinas Sosial Lumajang. Sementara saat ini pihak TNBTS melakukan asesmen menghitung total luasan lembah yang hangus dan satwa mati akibat terkena dampak kebakaran.
"Masih kami dalami untuk kerugian itu," katanya.
Jelas itu artinya total luasan lembah atau pun yang terkena dampak kebakaran belum diketahui. Namun, dampak kebarakan ini cukup lumayan parah. Sebab, api juga merembet ke lembah di dekat kawasan savana pasir di Bromo, Probolinggo.
Memadamkan lembah seluas itu petugas dari berbagai instansi, komunitas, serta masyarakat sempat lumayan kesulitan memadamkan kebakaran ini. Puluhan ribu liter air didrop ke lokasi. Hingga akhirnya kebakaran ini baru bisa dipadamkan Selasa siang (20/9).
Informasi lengkap dan menarik Lumajang lainnya di Googlenews TribunMadura.com
Syarif meminta masyarakat mengambil hikmah dibalik kejadian ini. Pihaknya akan memberikan sosialisasi cara penanganan awal jika terjadi kebakaran hutan. Kemudian masyarakat juga diminta untuk saling mengawasi ancaman ulah manusia yang bisa memicu kejadian fatal.
"Kami ada kelompok binaan di sana. Kami sosialisasi agar ke depan lebih pro aktif melaporkan setiap ada kejadian," pungkasnya.