Berita Madura
Kisah Pengusaha Tas Tradisional di Sampang, Jatuh Bangun Hingga Bangkit Meski Diterpa Pandemi
Pria berusia (52) tersebut kini memiliki usaha tas tradisional dari bahan daur ulang berupa kulit jok mobil hingga mampu meraup keuntungan yang manis
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Aqwamit Torik
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama
TRIBUNMADURA.COM, SAMPANG – Meski memiliki keterbatasan fisik tidak bisa berjalan sempurna seperti orang pada umumnya, Slamet Tricahyo Widodo asal Desa Patarongan, Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Madura tidak pernah malu dan putus asa dalam berwirausaha demi mengumpulkan pundi-pundi uang guna memenuhi kebutuhan perekonomian keluarganya.
Atas kegigihannya dengan dibantu oleh sosok istri tercinta, Pria berusia (52) tersebut kini memiliki usaha tas tradisional dari bahan daur ulang berupa kulit jok mobil hingga mampu meraup keuntungan yang cukup senilai Rp. 2 juta perbulannya.
Bahkan, pria dengan lima orang anak dan tiga diantaranya masih duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA) itu mampu memberdayakan delapan orang yang tidak lain tetangganya sendiri untuk turut membantu memproduksi tas.
Baca juga: Sumringah Warga Desa Pandiyangan Sampang, Jalan Rusak Kini Mulus Telah Diperbaiki
Informasi lengkap dan menarik lainnya Berita Sampang dan Berita Madura di GoogleNews TribunMadura.com
Slamet Tricahyo Widodo menceritakan awal mula membuka usaha tas tradisional berangkat dari keikutsertaan pelatihan kerja paket menjahit yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Sampang di Balai Latihan Kerja (BLK) beberapa tahun lalu.
Di situlah, pengalaman menjahit mulai dimatangkan hingga dirinya berniat lebih serius di bidang pelatihannya dan mencoba untuk mengajukan bantuan alat jahit ke pemerintah daerah.
"Pada 2018 pengajuan bantuan alat jahit disetujui sebanyak tiga unit," ujarnya kepada TribunMadura.com, Rabu (2/11/2022).
Dengan begitu, dirinya mulai mengkonsep barang yang akan diperjualkan dan setelah menyesuaikan kondisi pemasaran di Kota Bahari, kerajinan tas dengan konsep tradisional pun dipilih untuk mempermudah menyasar para peminat atau pembeli.
Setelah berjalannya waktu hingga saat ini, Slamet Tricahyo Widodo telah memiliki sejumlah pelanggan seperti sejumlah toko mas karena mereka memesan sebuah tas kecil yang diperuntukkan sebagai bungkus saat ada konsumen membeli emas.
Selain itu beberapa tokoh agama dan masyarakat yang menjadi pelanggan, biasanya memesan tas untuk buah tangan kepada para undangan saat menggelar maulid nabi.
“Jadi saat masuk ke bulan Maulid Nabi menjadi momen bagi usaha saya untuk mendapatkan omset lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya,” terangnya.
Begitupun usahanya diberdayakan oleh pemerintah daerah, mengingat saat Pemkab Sampang menggelar kegiatan yang berkaitan dengan tas, selalu memesan terhadap para pengrajin tas di daerah sendiri.
“Pemerintah daerah berperan penuh terhadap usaha saya,” tandasnya.
Hanya saja selama dua tahun kemarin, tepatnya saat pandemi covid-19 melanda Indonesia termasuk Kabupaten Sampang, menjadi momen kelam bagi usaha tas tradisional milik pria yang akrab di sapa Wiwid itu.
Sebab, jumlah produksi tas yang dihasilkan merosot drastis dan jelas mengakibatkan minimnya penghasilan yang didapat.
Kata Slamet Tricahyo Widodo saat tinggi-tingginya kasus pandemi covid-19, pemesanan tas dari para pelanggannya mulai dari toko mas dan warga hampir tidak ada.
"Penurunan omset akibat pandemi Covid-19 lebih dari 50 persen dan tentu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tuturnya.
Akan tetapi, nasibnya masih tertolong saat pemerintah daerah memerlukan kemampuannya dalam bidang menjahit untuk pembuatan masker.
Menurutnya meski keuntungan dari pembuatan masker jauh lebih sedikit dibandingkan dengan memproduksi tas yang bisanya ia buat, hal itu mampu meringankan beban perekomian saat pandemi.
“Tapi Alhamdulilah kondisi saat ini kembali pulih dan produksi tas berangsur membaik setelah beberapa pelanggan saya kembali memesan,” ucapnya.
Slamet Tricahyo Widodo berharap semoga kasus pandemi Covid-19 tidak kembali meledak mengingat dirinya sangat khawatir nasib usahanya kembali terulang.
"Semoga saja pandemi Covid-19 terus mereda," pungkasnya.