Berita Madura
Normalisasi Sungai di Blega Bangkalan Terhenti Karena Banjir, Muspika Kembali Bagikan 350 Nasi
Kapolsek Blega, Iptu Moh Syamsuri mengungkapkan, kondisi itu direspon dengan kembali mengaktifkan dapur umum yang dipusatkan di Kantor Kecamatan Blega
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Samsul Arifin
TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Banjir di Kecamatan Blega menjadi permasalahan klasik di setiap musim penghujan. Gotong royong normalisasi sungai di Desa Kajjan telah dilakukan masyarakat bersama unsur musyawarah pimpinan kecamatan (muspika), namun terhenti karena banjir kembali datang menggenangi permukiman.
Meski pagi ini, Kamis (19/1/2023) Blega bebas hujan, namun air mulai masuk kawasan Desa Blega pada pukul 09.00 WIB. Meski ketinggian air tidak seperti banjir-banjir sebelumnya, namun air memasuki sejumlah rumah warga di Dusun Laok Songai, Karang Kemasan, serta Kampung RW IV Desa Blega.
Kapolsek Blega, Iptu Moh Syamsuri mengungkapkan, kondisi itu direspon dengan kembali mengaktifkan dapur umum yang dipusatkan di Kantor Kecamatan Blega. Sejumlah 350 bungkus nasi disebar muspika ke beberapa warga terdampak banjir.
“Ini baru selesai bagikan nasi bungkus, hanya didistribusikan kepada warga yang memang benar-benar tidak bisa memasak karena air masuk rumah hingga dapur. Bagi mereka yang masih bisa memasak, kami lewati. Hingga menjelang siang, air sudah sudah mulai surut,” ungkap Syamsuri kepada Tribun Madura.
Ia menjelaskan, beberapa bulan lalu masyarakat beserta unsur Muspika Blega mulai dari personel polsek, koramil, hingga kecamatan bahu membahu melakukan normalisasi hingga pelebaran sungai.
Baca juga: Berkat Polsek Sukolilo, Bocah Pemulung di Bangkalan Kini Ingin Sekolah Usai Terbebas dari Stoma
Namun, lanjut mantan Kanit Reskrim Polsek Blega itu, kegiatan gotong royong normalisasi sungai terpaksa dihentikan karena banjir kiriman kembali menerjang kawasan Blega dalam sebulan terakhir.
“Pagi ini tidak ada hujan di Blega, tetapi kebetulan air laut sedang pasang ditambah air kiriman dari daerah Kecamatan Galis, Geger, dan Konang. Karena semua air muaranya ke Kecamatan Blega. Banjir kali ini hanya pemukiman dataran rendah saja, tidak sampai meluap ke jalan raya,” Syamsuri.
Ia menambahkan, wacana pembuatan waduk pernah digelorakan ketika dirinya masih menjabat Kanit Reskrim Polsek Blega. Namun hal itu kembali meredup setelah menuai pro dan kontra karena pembuatan waduk akan memakan beberapa hektar lahan, kawasan permukiman, hingga sebuah kuburan keramat.
“Insya Allah kalau ada waduk akan mengurangi (banjir). Namun beberapa warga tidak berkenan karena banyak rumah kena, terus ada makam yang bisa tergusur, pro dan kontra saat itu,” pungkas Syamsuri.
Dua Calon Pengantin Muda di Pamekasan Ajukan Nikah Dini, Padahal Belum Lulus Sekolah |
![]() |
---|
Peredaran Narkotika di Sokobanah Sampang Dikenal Hingga Nasional, Pelabuhan Tikus jadi Jalurnya |
![]() |
---|
Firman Syah Ali Dapat Mandat Bentuk Kepengurusan Karate Jawa Timur, Usung Visi Inkado Raih Prestasi |
![]() |
---|
Terobosan Bupati Achmad Fauzi, Keluarga Pengemudi Ojek Dapat Rp 42 Juta Dari BPJS Ketenagakerjaan |
![]() |
---|
KPU Sumenep : 2.778 Calon Anggota PPS Jalani Tes Wawancara |
![]() |
---|