Berita Surabaya

Kisah Tatik Gemetar Saksikan Rumahnya Runtuh, Ambrol karena Tergerus Arus Sungai

Yang bikin takut adalah bagian rumah lainnya dikhawatirkan bisa berdampak akibat rontoknya bagian belakang.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Ficca Ayu
TribunMadura.com/Nuraini Faiq
Bu Tatik yang menyaksikan sendiri rumahnya di kampung Gundih, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan, Surabaya (18/8/2023). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Bu Tatik, warga Kampung Babadan, Kelurahan Gundih, Kecamatan Bubutan, Surabaya gemetar saat menyaksikan rumahnya belakang runtuh. Tembok bagian dapur rumah yang berdiri di tepi sungai kampung tersebut. 

Dia hanya bisa menatap kaku saat reruntuhan bangunan rumah bagian belakang itu ambrol dan rontok. "Saya kaget dan gemetar melihat rumah saya bagian belakang ambrol," ucap Tatik, Jumat (18/8/2023).

Yang bikin takut adalah bagian rumah lainnya dikhawatirkan bisa berdampak akibat rontoknya bagian belakang. Tidak hanya rumah utama Tatik yang bakal berdampak, tapi juga meluas hingga rumah lainnya dalam satu deret tepi sungai.

Rumah Tatik ambrol karena tergerus arus sungai. Rumah ukuran kecil itu ditempati Tatik bersama suami dan tiga putrinya. Satu putri sulungnya sudah berumah tangga tinggal di Sidoarjo. "Kami minta rumah saya dapat dibantu Pemkot" harap Tatik.

Baca juga: Gedung Korpri Tuban Ambruk, Rekanan Diminta Bertanggungjawab, Atap dan Bagian Dinding Ambruk

Keluarga Tatik tinggal di rumah kecil. Kondisi rumahnya tidak kokoh lagi. Sebelumnya tembok rumahnya juga retak-retak. Termasuk yang saat ini ambruk, bagian dapur. 

Menurut pengakuan Tatik, Dia pernah mengajukan ke Pemkot agar dimasukkan program bedah rumah atau dandan omah. Ini diajukan pada November 2022. 

Awalnya permohonan Rutilahu Bu Tatik ditolak. Dengan dalih sertifikat rumah warisan itu masih atas nama kakeknya. Juga lantaran sertifikatnya belum dipecah. Masih jadi satu dengan rumah familinya di sebelahnya.

Anggota Komisi A DPRD Surabaya Imam Syafii pun meninjau langsung ke rumah ambrol. Imam masih ingat sebelumnya Tatik pernah mengeluhkan rumahnya tidak masuk dalam program Bedah Rumah atau Rutilahu.

Baca juga: Akibat Gempa Tuban, Tembok Rumah Milik Nenek di Trenggalek Ambruk, Beruntung Tidak Ada Korban Jiwa

"Saya tidak percaya dengan semua alasan tim Rutilahu. Saya pun tanya ke lurah Gundih Kristiono. Disampaikan, tak perlu memecah sertifikat rumah untuk bedah rumah.

Keesokan harinya, lurah turun meninjau ke rumah Bu Tatik. Juga Camat Bubutan. Hasilnya, Bu Tatik dinyatakan berhak mendapat program Rutilahu.

Pak Lurah pun langsung memerintahkan tim Rutilahu untuk segera memperbaiki rumah Bu Tatik. Namun, persoalan baru muncul terkait kewenangan memperbaiki plengsengan sungai.

Tim Rutilahu belum melakukan pekerjaannya sebelum Dinas PU memperbaiki plengsengan sungai. Sebab, kuatir rumah yang sudah diperbaiki akan ambrol lagi tergerus air sungai. 

Imam Syafi'i yang politisi NasDem meminta agar penentuan bedah rumah Rutilahu tidak mendasarkan pada laporan semata. Harus turun cek langsung ke lokasi sehingga tahu mana prioritas. "Jangan terlalu birokratif untuk pemenuhan hak warga Surabaya," kata Imam.

Baca Berita Madura lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved