Berita Viral

Pria Ngaku Lelah Tiap Hari Kerja Serabutan, Kini Mantap Jadi Relawan di Gaza, demi ‘Kemanusiaan’

Sehari-hari, pria ini bekerja serabutan dan berakhir lelah. Kini dia mantap mendaftar sebagai relawan di Gaza.

AFP dan TribunJakarta.com
Para petugas memeriksa mayat-mayat korban yang tewas dalam pengeboman yang menghantam sebuah sekolah yang menampung para pengungsi Palestina, saat mereka terbaring di tanah di halaman rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023 (kiri) - pria asal Bandung, Jawa Barat mantap mendaftar sebagai relawan di Gaza imbas lelah kerja serabutan (kanan). 

Tawakal menambahkan, relawan yang sudah mendaftar secara berkala akan diberangkatkan pada bulan Februari dan Maret 2024.

Nantinya para relawan akan berada di Gaza selama enam bulan untuk membantu dalam penanganan medis korban-korban perang di sana.

Masjid Al Muqarrabien bekerjasama dengan organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia untuk memfasilitasi keberangkatan para relawan baik melalui jalur laut maupun udara.

"Kita semua akan persiapkan, mungkin (teknis keberangkatan) itu tidak kita open secara publik, karena kita takutnya ada image yang berbeda dari pihak Israel yang menyebabkan kita itu akan dijegal saat membantu Palestina," ucapnya.

Di sisi lain, sebuah cerita memilukan yang terjadi di Gaza diceritakan oleh seorang dokter.

Kisah ini menyoroti proses evakuasi pasien-pasien RS Al-Shifa atas perintah Israel.

Bagi sang dokter, proses tersebut mengerikan.

Dokter tersebut diketahui bernama Mounir al-Barsh.

Proses evakuasi itu merupakan perintah paksa Israel, Sabtu (18/11/2023).

Israel hanya memberikan waktu sejam untuk semua orang di rumah sakit terbesar di Gaza tersebut untuk pergi. 

Baca juga: Sosok Bella Hadid, Supermodel Sempat Turun ke Jalan Bela Palestina, Kini Diam sejak Serangan Hamas

Dilaporkan Al Jazeera, Militer Israel memberi tahu perintah evakuas kepada pengelola RS Al-Shifa pada sekitar pukul 09.00 waktu setempat atau 14.00 WIB. 

Mereka memperingatkan bahwa semua orang yang keluar harus melambaikan sapu tangan putih dan berjalan dalam satu barisan. 

“Mereka dipermalukan oleh tentara di sepanjang jalan,” kata al-Barsh kepada Al Jazeera via Kompas.com.

Menurut dia, sekitar 450 pasien telah coba dibantu untuk dievakuasi, sedangkan sekitar 120 pasien terpaksa harus ditinggalkan karena tidak bisa bergerak. 

Untuk membantu mereka, direktur rumah sakit, empat dokter lain, dan sekelompok kecil perawat tetap tinggal di RS Al-Shifa yang belum lama ini digerebek Israel karena dituding jadi markas Hamas itu. 

Para petugas memeriksa mayat-mayat korban yang tewas dalam pengeboman yang menghantam sebuah sekolah yang menampung para pengungsi Palestina, saat mereka terbaring di tanah di halaman rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023 (kiri) dan kondisi halaman RS Al-Shifa (kanan).
Para petugas memeriksa mayat-mayat korban yang tewas dalam pengeboman yang menghantam sebuah sekolah yang menampung para pengungsi Palestina, saat mereka terbaring di tanah di halaman rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023 (kiri) dan kondisi halaman RS Al-Shifa (kanan). (AFP dan Hurriyet Daily)
Sumber: Tribun Jakarta
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved