Berita Viral

Pria Ngaku Lelah Tiap Hari Kerja Serabutan, Kini Mantap Jadi Relawan di Gaza, demi ‘Kemanusiaan’

Sehari-hari, pria ini bekerja serabutan dan berakhir lelah. Kini dia mantap mendaftar sebagai relawan di Gaza.

AFP dan TribunJakarta.com
Para petugas memeriksa mayat-mayat korban yang tewas dalam pengeboman yang menghantam sebuah sekolah yang menampung para pengungsi Palestina, saat mereka terbaring di tanah di halaman rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023 (kiri) - pria asal Bandung, Jawa Barat mantap mendaftar sebagai relawan di Gaza imbas lelah kerja serabutan (kanan). 

TRIBUNMADURA.COM - Bekerja menjadi salah satu kegiatan monoton yang setiap hari dilakukan banyak orang.

Alhasil, perasaan jenuh dan lelah kerap menggerayangi pikiran dan badan.

Hal itu juga terjadi pada seorang pria asal Bandung, Jawa Barat ini.

Alih-alih healing usai bekerja serabutan tiap hari, kini dia mantap mendaftar sebagai relawan di jalur Gaza.

Semangatnya pun dibakar oleh rasa kemanusiaan.

Lantas, seperti apa kisah pria tersebut?

Baca juga: Sosok Pesepakbola Asing di Israel Ditendang dari Klub, Gegara Tolak Seruan ke Hamas sebelum Tanding

Seperti diketahui, jalur Gaza tak henti-hentinya memanas imbas konflik Hamas dan Israel.

Masyarakat sipil pun berjatuhan.

Demi kemanusiaan, pria bernama Samsudin ini mantap mendaftar sebagai relawan di Gaza.

Pria berusia 49 ini pun mendaftarkan diri di Masjid Al Muqarrabien, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Samsudin yang sedang menjalankan pekerjaan bongkar muat meluangkan waktunya sejenak untuk datang ke Masjid Al Muqarrabien, Rabu (29/11/2023).

Pria asli Bandung, Jawa Barat itu mendaftar langsung ke panitia dengan mengisi formulir yang telah disediakan.

Samsudin mengaku sudah lelah menjadi pekerja serabutan di Tanjung Priok.

Hatinya pun terketuk melihat adanya pembukaan relawan kemanusiaan ke Palestina, lalu segera mendaftar.

"Kiita ke sini memang setiap hari ada di Tanjung Priok buat kerja serabutan, mendengar ada spanduk untuk siap relawan ke Palestina, nah saya terketuk hati lah," katanya dilansir TribunMadura.com dari TribunJakarta.com, Jumat (1/12/2023).

Samsudin, pekerja serabutan daftar jadi relawan ke Gaza
Samsudin, pekerja serabutan daftar jadi relawan ke Gaza

Baca juga: ‘Bagai Ratu’, Ibu di Israel Berterima Kasih ke Hamas, Rawat Anaknya Meski Jadi Sandera di Gaza

"Ini sebagai kemanusiaan, makanya saya siap untuk membantu korban-korban daripada yang terjadi di Palestina," sambung dia.

Sebelum mendaftar, Samsudin mengaku sudah meminta izin kepada anak istrinya.

Menurut dia, sang istri sudah mempersilakannya berangkat ke jalur Gaza membantu korban-korban perang Hamas-Israel.

"Kemarin saya telepon sama istri saya dan anak saya, ya kalau itu terserah, kalau memang penginnya seperti itu ya silakan," ucap Samsudin.

"Kalo memang namanya rezeki saya percaya Allah lebih mengetahui, kita jangan khawatir bahwa anak kita akan terlantar, itu semua sudah ada izin Allah," tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Masjid Al Muqarrabien membuka pendaftaran bagi masyarakat Indonesia yang hendak menjadi relawan untuk diberangkatkan ke Gaza, Palestina.

Pendaftaran relawan ini sudah dibuka berhari-hari, di mana hingga kini sudah ada hampir 200 orang yang mendaftar.

Pendaftaran dibuka secara daring dan spot registrasi ulang disediakan di pelataran masjid.

Berdasarkan pantauan di lokasi, hingga hari ini pihak masjid sudah menerima sebanyak 162 pendaftar ulang.

Laki-laki dan wanita dari berbagai daerah di Indonesia sudah mendaftar untuk menjadi relawan ke jalur Gaza.

Koordinator Posko Relawan Palestina Masjid Al Muqarrabien, Mochammad Tawakal mengatakan, pendaftaran relawan ini dibuka dengan maksud membantu masyarakat Palestina yang kesulitan di tengah perang Hamas-Israel.

"Ini untuk membantu umat manusia lainnya, terutama rakyat Palestina yang ada di Gaza, mereka itu butuh support, butuh dukungan, mereka juga saat ini butuh relawan-relawan karena kita tahu sendiri di sana itu banyak relawan yang berguguran," kata Tawakal.

Tawakala mengaku sengaja membuka pendaftaran keberangkatan ke Palestina karena hatinya terketuk melihat banyaknya relawan di sana berguguran.

Menurutnya, sudah lebih dari 1.000 formulir yang tersebar baik secara luring maupun daring dan antusias masyarakat Indonesia pun cukup besar untuk menjadi relawan.

Baca juga: Nasib Warga Tepi Barat Palestina, Tak Kalah Menderita dari Rakyat Gaza, Israel Ciptakan Perang Sipil

Kota Gaza dihancurkan Israel
Kota Gaza dihancurkan Israel (MAHMUD HAMS / AFP)

"Baru beberapa hari ini sudah hampir 200 yang sudah registrasi ulang, formulir yang sudah keluar hampir 1.000 orang," jelasnya.

Tawakal menambahkan, relawan yang sudah mendaftar secara berkala akan diberangkatkan pada bulan Februari dan Maret 2024.

Nantinya para relawan akan berada di Gaza selama enam bulan untuk membantu dalam penanganan medis korban-korban perang di sana.

Masjid Al Muqarrabien bekerjasama dengan organisasi kemanusiaan Bulan Sabit Merah Indonesia untuk memfasilitasi keberangkatan para relawan baik melalui jalur laut maupun udara.

"Kita semua akan persiapkan, mungkin (teknis keberangkatan) itu tidak kita open secara publik, karena kita takutnya ada image yang berbeda dari pihak Israel yang menyebabkan kita itu akan dijegal saat membantu Palestina," ucapnya.

Di sisi lain, sebuah cerita memilukan yang terjadi di Gaza diceritakan oleh seorang dokter.

Kisah ini menyoroti proses evakuasi pasien-pasien RS Al-Shifa atas perintah Israel.

Bagi sang dokter, proses tersebut mengerikan.

Dokter tersebut diketahui bernama Mounir al-Barsh.

Proses evakuasi itu merupakan perintah paksa Israel, Sabtu (18/11/2023).

Israel hanya memberikan waktu sejam untuk semua orang di rumah sakit terbesar di Gaza tersebut untuk pergi. 

Baca juga: Sosok Bella Hadid, Supermodel Sempat Turun ke Jalan Bela Palestina, Kini Diam sejak Serangan Hamas

Dilaporkan Al Jazeera, Militer Israel memberi tahu perintah evakuas kepada pengelola RS Al-Shifa pada sekitar pukul 09.00 waktu setempat atau 14.00 WIB. 

Mereka memperingatkan bahwa semua orang yang keluar harus melambaikan sapu tangan putih dan berjalan dalam satu barisan. 

“Mereka dipermalukan oleh tentara di sepanjang jalan,” kata al-Barsh kepada Al Jazeera via Kompas.com.

Menurut dia, sekitar 450 pasien telah coba dibantu untuk dievakuasi, sedangkan sekitar 120 pasien terpaksa harus ditinggalkan karena tidak bisa bergerak. 

Untuk membantu mereka, direktur rumah sakit, empat dokter lain, dan sekelompok kecil perawat tetap tinggal di RS Al-Shifa yang belum lama ini digerebek Israel karena dituding jadi markas Hamas itu. 

Para petugas memeriksa mayat-mayat korban yang tewas dalam pengeboman yang menghantam sebuah sekolah yang menampung para pengungsi Palestina, saat mereka terbaring di tanah di halaman rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023 (kiri) dan kondisi halaman RS Al-Shifa (kanan).
Para petugas memeriksa mayat-mayat korban yang tewas dalam pengeboman yang menghantam sebuah sekolah yang menampung para pengungsi Palestina, saat mereka terbaring di tanah di halaman rumah sakit Al-Shifa di Kota Gaza pada 10 November 2023 (kiri) dan kondisi halaman RS Al-Shifa (kanan). (AFP dan Hurriyet Daily)

al-Barsh menyebut, mereka telah dijanjikan bahwa delegasi PBB akan dikirim sekitar pukul 11.00 waktu setempat untuk mengurus orang-orang yang masih tertinggal di rumah sakit. 

“Banyak pasien yang menggunakan kursi roda atau kasur lipat. Anggota keluarga terpaksa membawa sendiri anak-anak atau orang tua mereka yang terluka," ucap dia. 

“Ini adalah pemandangan yang mengerikan dan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata dokter tersebut. 

Sementara itu, Kepala ortopedi di Rumah Sakit al-Shifa, Adnan al-Barsh, mengatakan kepada Al Jazeera, bahwa tidak ada satu pun rumah sakit atau fasilitas medis yang beroperasi di Jalur Gaza utara. 

“Rumah Sakit Baptis dikepung, RS Indonesia di Gaza sudah tidak berfungsi tanpa ada sumber daya atau perbekalan medis yang tersisa. Kami sebagai dokter, kami berusaha semaksimal mungkin hingga menit-menit terakhir demi menyelamatkan para korban,” ujarnya.

“Kami bersikeras untuk tidak pergi tanpa pasien kami… Kami terpaksa pergi dengan todongan senjata,” katanya.

Dia bersaksi bahwa penembak jitu Israel berada di dalam dan di sekitar rumah sakit. 

Baca juga: Diduga Terpengaruh Hamas-Israel, Kakek Tega Bunuh Bocah Palestina, Teriak Kebencian saat Beraksi

Seorang jurnalis AFP yang berada di lokasi melaporkan, bahwa ratusan orang telah meninggalkan rumah sakit Al-Shifa di Gaza dengan berjalan kaki pada Sabtu. 

Mereka melakukannya setelah direktur RS Al-Shifa mengatakan Militer Israel memerintahkan evakuasi rumah sakit. 

Sementara, dalam sebuah pernyataan, Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan, bahwa 120 orang yang terluka masih berada di fasilitas kesehatan tersebut, bersama dengan sejumlah bayi prematur yang tidak ditentukan jumlahnya.

Belakangan ini, RS Al-Shifa memang menjadi perhatian Israel.

Pasanya, Israel menuduh pejuang Hamas menggunakan komplek terowongan 

di bawah rumah sakit untuk melancarkan serangan.

Namun klaim tersebut telah dibantah oleh Hamas dan direktur RS.

Setelah melakukan penyerangan di RS Al-Shifa, IDF mengklaim telah menemukan sebuah kendaraan dengan sejumlah besar senjata, dan sebuah bangunan bawah tanah yang disebut terowongan Hamas.

Serangan IDF di RS Al-Shifa telah menghancurkan layanan medis di rumah sakit tersebut.

Pasokan listrik pun disabotase.

Juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf al-Qudra mengatakan 24 pasien di RS Al-Shifa meninggal dunia dalam 48 jam akibat pemadaman listrik.

Pemadaman listrik tersebut menyebabkan peralatan medis di RS Al-Shifa berhenti berfungsi.

“Dua puluh empat pasien di berbagai departemen telah meninggal dalam 48 jam terakhir karena peralatan medis penting berhenti berfungsi karena pemadaman listrik,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Ashraf al-Qudra pada hari Jumat, dikutip dari Al Jazeera via TribunStyle.com.

----

Berita Madura dan berita viral lainnya.

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunMadura.com

Sumber: Tribun Jakarta
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved