Berita Terkini

Alasan Warga Rohingya Ogah Balik dari Indonesia, Sudah Bayar Tiket: Lebih Mahal dari Malaysia

Terungkap alasan warga Rohingya datang ke Indonesia. Ternyata mereka memang sengaja datang ke Indonesia.

Editor: Januar
Kolase Tribun Trends/ist
Pengungsi Rohingya yang terdampar di Pantai Tapak Gajah, Desa Ie Meulee, Kecamatan Suka Jaya, Kota Sabang. 

TRIBUNMADURA.COM- Terungkap alasan warga Rohingya datang ke Indonesia.

Ternyata mereka memang sengaja datang ke Indonesia.

Para pengungsi Rohingya mengaku membayar sejumlah uang untuk membeli tiket ke Indonesia.

Mereka mengatakan, tiket ke Indonesia lebih murah dibandingkan ke Malaysia.

Sekitar 200 pengungsi rohingya dilaporkan kembali tiba di Provinsi Aceh, Indonesia.

Mereka datang menggunakan dua kapal dan tiba di pantai Aceh, Minggu (10/12/2023) pagi.

Kedatangan para pengungsi Rohingya itu diungkapkan oleh Panglima Laot Aceh Miftach Tjut Adek.

Baca juga: Terungkap Otak yang Selundupkan Pengungsi Rohingya ke Aceh, Untung Rp 3,3 Miliar, Tak Sanggup Kabur

Dilansir dari TribunTrends, ;para pengungsi Rohingya berlabuh di Gampong (Desa Blang Raya, Laweung, Kabupaten Pidie dan Gampong Blang Ulam, Kecamatan Masjid Raya.

Tjut Adek mengatakan, para pengungsi Rohingya itu tiba di Desa Blang Raya, Kabupaten Pidie pada pukul 03.30 WIB.

“Tadi malam, jumlahnya sekitar 200-an,” kata Miftach seperti dikutip dari Kompas.com.

Namun, Miftach tak menjelaskan di mana posisi dan kondisi mereka.

Sedangkan menurut Kapolsek Krueng Raya, Ipda Rolly Yuiza Away, di Gampong Blang Ulam, Kecamatan Masjid Raya, ada sekitar 135 pengungsi Rohingya yang tiba.

Pengungsi etnis Rohingya ini terdiri atas anak-anak, perempuan dan laki-laki.

Para pengungsi Rohingya itu diperkirakan berlabuh sekitar pukul 03.30 WIB dini hari, Minggu (10/12/2023).

“Saat ini kita sedang menuju ke lokasi.

Kabarnya, mereka mendarat sekitar pukul 08.30 WIB.

Informasi kita terima jumlahnya sekitar 135 orang,” ucapnya.

Saat ini Polisi dan TNI sudah melakukan pengamanan.

Selain di Aceh Besar, warga Rohingya itu, pada hari ini juga mendarat di Kabupaten Pidie.

Dengan mendaratnya Rohingya di Aceh Besar hingga kini sudah ada sembilan gelombang kedatangan pengungsi ke Aceh.

Gelombang pertama datang pada 14 November lalu.

Kedatangan dua kapal tersebut, semakin menambah jumlah pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengungkapkan sebelumnya sudah ada 1.200 orang dari etnis yang dipersekusi di Myanmar itu, yang tiba di Indonesia sejak November lalu.

Pada pernyataannya Jumat (8/12/2023), Presiden Jokowi mengungkapkan, ia mencurigai adanya perdagangan manusia di balik eskalasi kedatangan pengungsi Rohingya yang terus meningkat.

Presiden Jokowi pun menjanjikan bekerja sama dengan organisasi internasional untuk menangani masalah ini.

Indonesia bukan penandatangan Konvensi Pengungsian PBB 1951.

Tetapi Indonesia memiliki sejarah membawa masuk pengungsi yang tiba di pantai negara ini.

Namun, tingginya jumlah pendatang baru-baru ini memicu reaksi negatif di media sosial dan penolakan dari masyarakat Aceh.

Pengakuan Pengungsi Rohingya

Sementara itu baru-baru ini juga viral di media sosial pengakuan seorang pengungsi Rohingya soal alasan dirinya memilih datang ke Indonesia.

Dia mengatakan para pengungsi datang ke Indonesia karena harga tiketnya lebih murah ketimbang ke Malaysia.

Selain itu, mereka yang ingin datang ke Indonesia harus menempuh perjalanan selama 17 hari.

Diakui oleh pengungsi, jika momen perjalanan menuju Indonesia tak selamanya berjalan menyenangkan.

Sebab, nyawa taruhannya, bahkan para pengungsi mengaku jika ingin minum mereka harus menunggu ujan turun.

Hal itu diungkapkan oleh seorang pemuda Rohingya, Abdu Rahman (23) yang ikut dalam rombongan dan berhasil mendarat di Aceh pada November 2023 lalu.

Saat ini, dirinya tinggal di kamp penampungan sementara di Desa Kulee, Kabupaten Pidie, bersama 232 pengungsi Rohingya lainnya.

Ia menceritakan kisahnya melalukan perjalanan panjang dari kamp pengungsi di Bangladesh hingga akhirnya mendarat di Aceh.

Dia diberangkatkan dari kamp pengungsi di Bangladesh untuk melintasi Laut Andaman dan menuju Indonesia membayar jutaan Rupiah.

“Perjalanan itu benar-benar menakutkan, perjalanan laut selama 17 hari yang mengerikan,” kata Abdu, dikutip dari ABC News.

“Kami harus menunggu hujan agar bisa minum,” kenangnya, menjelaskan bagaimana para pengungsi kehabisan makanan dan air minum pada minggu pertama perjalanan mereka dengan perahu.

Dia mengatakan mayoritas orang Rohingya datang ke daratan di bagian utara Pulau Sumatera, di provinsi Aceh.

Aceh merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang menerapkan hukum Syariah Islam, dan darah dengan tingkat kemiskinan nomor 1 di Sumatera.

Sudah lebih dari 1.000 pengungsi Rohingya yang mendarat di Aceh pada bulan November saja, yang merupakan gelombang pengungsi terbesar yang mencapai Indonesia sejak tahun 2015.

Mereka mengatakan tiket perahu ke Indonesia juga lebih murah dibandingkan tiket ke Malaysia.

 

Pengungsi Rohingya Rusak Gedung Penampungan

Kelakuan pengungsi Rohingya kembali meresahkan warga Aceh.

Bagaimana tidak, beberapa watu bantuan yang diberi warga sekitar sempat dibuang oleh pengungsi Rohingya.

Terbaru, warga dan pemerintah Aceh dibuat kecewa karena ada belasan pengungsi melarikan diri.

Padahal pemerintah setempat telah memberikan tempat penampungan yakni bekas Gedung Imigrasi Lhokseumawe, Aceh untuk para pengungsi Rohingya.

Namun, gedung itu dirusak, belasan pengungsi pun kabur.

Sebanyak 16 pengungsi Rohingya melarikan diri dari lokasi penampungan di bekas Gedung Imigrasi Lhokseumawe, Aceh.

Mereka kabur dengan merusak dan menjebol dinding kamar.

"Pengungsi Rohingya tersebut kabur dengan cara merusak dinding kamar dan melarikan diri melalui pagar arah toilet wanita," kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemerintah Kota Lhokseumawe, Darius pada Rabu (7/12/2023), dikutip dari Kompas.com.

Darius menyebutkan, lokasi penampungan pengungsi itu sebenarnya sudah dijaga oleh polisi, satpam, dan organisasi pendamping pengungsi lainnya yang berada di sana.

Hanya saja, penjagaan selama ini hanya ada di depan gedung dan tidak menyeluruh hingga ke belakang.

"Imigran Rohingya kabur melalui arah belakang,” ujarnya.

Peristiwa ini juga telah ditanyakan Pemerintah Kota Lhokseumawe ke lembaga terkait yang menangani pengungsi internasional.

Darius juga menyatakan, kaburnya pengungsi Rohingya dari tempat penampungan di Lhokseumawe bukan kali ini saja terjadi.

Sebelumnya, pada Senin (27/11/2023) juga terdapat tujuh orang pengungsi etnis Rohingya yang kabur dari penampungan di gedung bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe itu.

Kini pengungsi Rohingya yang tersisa di penampungan ada 498 orang, dari sebelumnya 514 orang.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved