Kilas Balik

Mitos Kota Terlarang di Jatim Bagi Presiden, Jika Nekat, Diyakini Bisa Lengser, Kiai: Ada Penangkal

Ada mitos yang mengatakan tentang takhayul dan kepercayaan terkait kota terlarang bagi presiden untuk berkunjung.

|
Editor: Januar
Komoas.com
Suasana kota yang disebut terlarang untunk presiden 

TRIBUNMADURA.COM-Ada mitos yang mengatakan tentang takhayul dan kepercayaan terkait kota terlarang bagi presiden untuk berkunjung.

Cerita itu datang dari beberapa pengalaman yang pernah dilalui oleh para presiden yang pernah menjabat di Indonesia.

Wacana berupa mitos tersebut menyebutkan bahwa pemimpin suatu negara ketika datang ke wilayah ini langsung kedudukannya akan turun dan lengser.

Wilayah atau kota tersebut ada di Indonesia tepatnya di sekitar Jawa Timur.

Dimana sebenarnya?


Simak cerita selengkapnya berikut dikutip dari Sosok.ID:

Ada satu tempat atau wilayah yang kabarnya tak boleh didatangi oleh Presiden Indonesia termasuk Jokowi.

Bahkan dikabarkan ada wacana mengenai pembangunan bandara di wilayah tersebut pun ditolak.

Hal yang dikeramatkan tersebut dikabarkan berawal pada masa kerajaan Jayabaya namun masih tetap eksis sampai sekarang.

Oleh hal itulah dikabarkan bahwa sekretaris kabinet Indonesia Maju, Pramono Anung mewanti-wanti Presiden Jokowi untuk tidak nekat sambangi kota tersebut.

Baca juga: Nasib Orang yang Pernah Coba Tembak Soekarno saat Salat Idul Adha, Ngakunya Lihat Bayangan

Kota itu adalah Kediri, provinsi Jawa Timur.

Kota yang dijuluki sebagai Kota Santri ini disebut-sebut oleh Pramono jangan disambangi presiden.

Dalam sebuah kesempatan, Pramono mengutarakan alasannya untuk menghimbau Presiden Jokowi tidak datang ke Kediri.

Melansir dari Kompas TV, Bahkan pernyataan Pramono tersebut sempat menjadi perbincangan di media sosial.

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Lirboyo Kediri KH Kafabihi Mahrus angkat bicara menanggapi mitos presiden yang berkunjung ke Kediri akan lengser dari jabatannya.

Menurutnya, anggapan bahwa pejabat yang datang ke Kediri, Jawa Timur, bakal lengser hanya sebatas mitos.

"Semua itu Allah yang menghendaki. Kalau Allah tidak menghendaki tidak akan terjadi," ungkap KH Kafabihi Mahrus kepada awak media, Senin (17/2/2020) dikutip dari Tribunnews.com.

Ia mengakui bahwa di Jawa banyak sekali mitos-mitos yang berkembang.

Namun sebenarnya, masalah mitos itu juga ada penangkalnya berupa doa dan bertawakal serta bertakwa kepada Allah.

"Memang benar ada. Tapi ada penangkalnya dengan berdoa," tambahnya.

Sekretaris Kabinet Melarang Jokowi

Sekretaris Kabinet Pramono sewaktu meresmikan Rusunawa Ponpes Lirboyo mengaku pernah menyarankan kepada Presiden untuk tidak datang ke Kediri.

"Saya termasuk yang menyarankan Bapak Presiden tidak ke Kediri. Saya masih ingat, ini mau percaya atau tidak, Gus Dur pulang dari Lirboyo tidak begitu lama gonjang ganjing di Jakarta," jelasnya beberapa waktu lalu.

Namun, kalau yang berkunjung Wakil Presiden sejauh ini tidak ada masalah.

"Tapi kalau perlu ke Setono Gedhong ke Mbah Wasil beliau akan berkenan," jelasnya.


Nasib Soekarno dan Gus Dur Dibahas

Melansir dari Harian Kompas, yang mengutip dari pernyataan Budayawan Kediri, Imam Mubarok, mitos tersebut berkembang sejak zaman Raja Kartikeyasinga (suami Ratu Shima), penguasa kerajaan Kalingga (Selatan).

Pada abad ke 6 Masehi tersebut ada sebuah aturan yang dibuat mengenai pemimpin yang baik dan pemimpin yang tidak baik.

"Aturan itu terdapat dalam Kalingga Dharmasastra yang terdiri atas 119 pasal," ujarnya.

Aturan yang dibuat Kartikeyasinga itu kemudian menjadi rujukan peraturan lain yang muncul kemudian, seperti Purwadigama Dharmasastra di era Singhasari yang terdiri atas 174 pasal, hingga Kitab Undang-Undang Majapahit, Kutara Manawa Dharmasastra, yang memiliki 272 pasal.

Dari situlah, menurut Barok, mitos ini kemudian berkembang kuat.


Karena itu, sebagian besar raja dan presiden tidak pernah datang ke Kediri lantaran khawatir bakal jatuh.

Barok menyebut Soekarno (Bung Karno) pernah ke Kediri tahun 1948-1950.

Saat itu Bung Karno berkunjung ke rumah Komandan Brigade Sikatan Letnan Kolonel Surahmat di barat Sungai Brantas.

Sementara Gus Dur pernah berkunjung ke Kediri tahun 1999 saat Muktamar Ke-30 Nahdlatul Ulama di Lirboyo.

Baik Bung Karno maupun Gus Dur kemudian lengser akibat faktor politik meski tidak secara langsung terjadi saat itu.


Dikutip dari penelusuran Sosok.ID, Bung Karno turun takhta pada 12 Maret 1967 oleh Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Posisi Bung Karno kemudian digantikan oleh Soeharto, sedangkan Gus Dur lengser oleh Sidang Istimewa MPR 23 Juli 2001.

Adapun presiden lain yang pernah ke Kediri, menurut Barok, adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

SBY datang ke Kediri tahun 2007 dan 2014 seusai erupsi Gunung Kelud.

Namun, kedatangan SBY kala itu tidak melalui Kota Kediri, tetapi melipir atau mencari jalan pinggir ke sisi timur (Kabupaten Kediri).

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

 

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved