Kilas Balik

Sosok Penyumbang Emas di Monas, Punya Jasa Besar Tapi Bernasib Tragis di Zaman Soeharto Berkuasa

Inilah sosok Teuku Markam. Sosok penyumbang emas Monas di Jakarta. Sayang, dia mengalami nasib tragis di era Soeharto.

Editor: Januar
Istimewa/ TribunJatim.com
Sosok Penyumbang Emas di Monas, Punya Jasa Besar Tapi Bernasib Tragis di Zaman Soeharto Berkuasa 

TRIBUNMADURA.COM- Inilah sosok Teuku Markam.

Sosok penyumbang emas Monas di Jakarta.

Sayang, dia mengalami nasib tragis di era Soeharto.

Menjulang tinggi di tengah ibukota Jakarta, Monumen Nasional (Monas) menjadi ikonik sebagai simbol kemerdekaan dan semangat juang bangsa Indonesia. Di puncak Monas, terdapat lidah api emas yang berkilauan, melambangkan semangat rakyat Indonesia yang tak pernah padam.

Di balik kemegahan emas tersebut, terselip kisah inspiratif dan tragis seorang pengusaha kaya raya bernama Teuku Markam, sang penyumbang emas Monas.

Dilansir dari Intisari, Teuku Markam lahir di Panton Labu, Aceh, pada 12 Maret 1924. Lahir dari keluarga bangsawan, Teuku Markam dibesarkan dengan nilai-nilai patriotisme dan semangat untuk memajukan bangsanya. Sejak muda, ia menunjukkan jiwa wirausaha yang mumpuni, membangun bisnis perkebunan karet yang sukses.

Kekayaan yang diraihnya tak lantas membuatnya lupa daratan. Teuku Markam selalu tergerak untuk berkontribusi bagi kemajuan Indonesia, terutama setelah kemerdekaan.

Ketika Presiden Soekarno menggagas pembangunan Monas pada tahun 1955, Teuku Markam tanpa ragu menyatakan dukungannya. Ia terinspirasi oleh visi Soekarno untuk membangun monumen kebangsaan yang megah, sebagai simbol persatuan dan semangat rakyat Indonesia.

Saat itu, pembangunan Monas membutuhkan dana yang besar, dan banyak pihak yang ragu akan kelanjutannya.

Teuku Markam, dengan jiwa patriotisme yang membara, memutuskan untuk mengambil langkah berani. Pada tahun 1960, ia mendonasikan 28 kilogram emas untuk melapisi lidah api di puncak Monas.

Sumbangannya ini merupakan kontribusi terbesar, setara dengan 75 persen dari total emas yang digunakan.

Kedermawanan Teuku Markam tidak berhenti sampai di situ. Ia juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik, selalu mendukung program-program pemerintah untuk memajukan bangsa. Ia dikenal sebagai sosok yang dermawan, rendah hati, dan selalu mengedepankan kepentingan rakyat.

Namun, nasib Teuku Markam tak selalu mujur. Pada masa Orde Baru, ia mengalami berbagai rintangan dan tekanan politik. Bisnisnya dihancurkan, hartanya dirampas, dan ia pun ditahan tanpa melalui proses hukum yang adil.

Meskipun dihadapkan dengan berbagai cobaan, Teuku Markam tidak pernah goyah dalam pendiriannya. Ia tetap teguh pada keyakinannya dan cintanya kepada bangsa Indonesia. Semangatnya yang pantang menyerah menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Pada tahun 1978, Teuku Markam meninggal dunia dalam kesederhanaan. Kisah hidupnya yang penuh dengan patriotisme, dedikasi, dan pengorbanan untuk bangsa, kini terukir dalam sejarah Indonesia.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved