Damkar Bangkalan Sering Lakukan Penyelamatan Darurat, Rumah Sakit Bingung Potong Cincin di Jemari

Pemadam Kebakaran (Damkar) Satpol PP Kabupaten Bangkalan tidak hanya cekatan dalam urusan menjinakkan korbaran api namun juga dituntut sebagai sosok

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Taufiq Rochman
Istimewa
Meski berbekal mesin gerinda berukuran kecil, namun personel Damkar Satpol PP Bangkalan harus ekstra hati-hati untuk memotong cincin di jemari yang telah membengkak, Sabtu (6/7/2024) menjelang dini hari 


Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Personel Pemadam Kebakaran (Damkar) Satpol PP Kabupaten Bangkalan tidak hanya cekatan dalam urusan menjinakkan korbaran api namun juga dituntut sebagai sosok multitalenta.

Karena dalam beberapa kesempatan, pihak damkar bahkan menerima rujukan berkaitan dengan darurat penyelamatan setelah rumah sakit maupun puskesmas tidak bisa mengatasi.

Seperti halnya pemotongan sekaligus evakuasi cincin dari jari kelingking kanan seorang santri asal Ponpes Darul Hikmah, Kecamatan Burneh.

Santri berusia 14 tahun itu tidak kuasa menahan rasa sakit selama dua hari akibat jari kelingkingnya sudah dalam kondisi membengkak.

Mengenakan peci berwarna putih, santri itu didatangkan ke Mako Damkar di Jalan KH Moh Kholil, Kelurahan Demangan, Kota Bangkalan pada Sabtu (6/7/2024).

Proses pemotongan dan evakuasi pun berlangsung hingga menjelang Minggu dini hari.

“Cincin itu katanya sering dipakai, dibuka, dan dipakai lagi. Tetapi tiba-tiba terjadi bengkak di jarinya, dia bingung."

"Dibawa ke rumah sakit atau puskesmas, namun dirujuk kembali ke kami, disuruh ke damkar,” ungkap Kasi Penyelamatan Damkar Satpol PP Bangkalan, Ortiz Iskandar ketika ditemui di mako, Senin (8/7/2024) petang.

Tindakan darurat serupa sebelumnya pernah juga dilakukan personel damkar terhadap cincin bermata batu akik di jari manis kiri seorang kakek di Kota Bangkalan pada 28 Agustus 2023 silam.

Meski hanya bermodalkan mesin gerinda kecil dan sendok makan, namun personel Damkar Bangkalan harus mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan tentunya menjaga resiko terburuk terhadap jemari saat memotong cincin.

Ortiz menjelaskan, pihaknya dalam setiap pemotongan dan evakuasi cincin maupun gelang di gelang tidak pernah menggunakan obat bius.

Melainkan menggunakan cara tradisional dengan meneteskan air ke jemari ketika mesin gerinda berputar.

Karena tidak menggunakan obat bius itulah, lanjut Ortiz, pihaknya sebelum memulai proses pemotongan terlebih dahulu menanyakan kepada yang bersangkutan. Apakah sanggup menahan sedikit rasa sakit?.

“Proses pelepasan cincin itu memang terbilang gampang-gampang susah karena beresiko."

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved