TERUNGKAP, Sebelum Guru Honorer Dimutilasi, Dia Bawa Uang Sebanyak ini & Deretan Barang Berharga ini
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Nasib tragis dan mengenaskan menimpa Budi Hartanto, guru honorer dimutilasi atau guru honorer korban mutilasi setelah dibunuh tersebut menyisakan duka sangat mendalam bagi keluarga.
Karena Budi Hartanto, pemuda 28 tahun yang menjadi guru honorer di SDN di Kota Kediri tersebut, bisa dibilang merupakan anak kesayangan orang tua dan sosok kebanggaan bagi keluarga.
Selain menjadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, guru Budi ternyata pemuda yang multitasking, punya cukup banyak talenta.
Ini terlihat dari beragam aktivitas, kegiatan, dan usaha serta bisnis yang dilakukan dan dijalani oleh Budi Hartanto.
Sebelum dia dibunuh alias guru honorer dibunuh dan dimutilasi alias guru honorer dimutilasi (guru honorer korban mutilasi) dan mayatnya dimasukkan koper tanpa kepala, lalu dibuang begitu saja ke pinggir sungai di bawah jembatan Desa Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, Rabu (3/4/2019).
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera, Kamis (4/4/2019) mengatakan, polisi yang menyelidiki untuk mengusut tuntas kasus guru honorer dibunuh dan guru honorer dimutilasi tersebut, sudah memeriksa sedikitnya 13 orang saksi.
Dari situ, polisi mendapati setidaknya ada tiga kemungkinan motif Budi Hartanto, guru honorer di Kota Kediri yang multi talenta, dibunuh dengan kejam dan dimutilasi serta mayatnya dibuang begitu saja di pinggir sungai dengan dimasukkan koper.
• UPDATE TERBARU Kasus Guru Honorer Dimutilasi, Tiga Motif Guru Budi Dihabisi dan Sosok Pelakunya
• Guru Honorer Dimutilasi Ternyata Pengusaha Muda, Inilah Daftar Bisnis dan Usaha yang Dikelolanya
• Teman Guru Honorer Dimutilasi Rata-rata Bertingkah Gemulai, Isu LGBT Menguat, Begini Jawaban Polisi
Tiga kemungkinan motif tersebut adalah motif asmara, motif dendam dan motif ekonomi.
Dari tiga dugaan motif tersebut, motif ekonomi sedikit mendapat pembenaran dari pihak keluarga almarhum Budi Hartanto.
Ny Habibah, Ibunda guru honorer dibunuh dan guru honorer dimutilasi menjelaskan, bahwa ketika korban dibunuh dan tubuhnya dimutilasi, dia sedang membawa uang dalam jumlah banyak, saat pamitan keluar dari rumah, dengan mengendarai sepeda motor.
Selain itu, korban juga membawa laptop berikut dua buah handphone miliknya.
Hal itu juga dibenarkan oleh paman korban, Nasuka.
Menurut Nasuka, korban pamit kepada ibunya keluar rumah selepas magrib hendak ke warung yang dikelolanya di kawasan GOR Jayabaya.
Namun korban juga sempat menyebutkan sedang mempersiapkan ada acara event di Gedung Nasional Indonesia (GNI) Kota Kediri.
"Berapa uang yang dibawa ibunya tidak tahu, namun disebutnya banyak. Saat keluar korban juga membawa serta laptopnya," jelas Nasuka, kepada Surya (Grup Tribunmadura.com), Kamis (4/4/2019).
Termasuk sepeda motor yang dikendarai korban, sampai sekarang juga tidak jelas keberadaannya alias raib.
"Tidak biasanya korban membawa laptop, namun saat keluar naik motor, mobilnya ditinggal," tambah Nasuka.
Korban juga dipercaya rekannya mengelola usaha bersama sewa rental mobil.
Selain itu, korban juga menekuni jual beli handpjone dan pulsa.
Dalam kesehariannya, korban menjadi guru kesenian dengan status honorer di SDN Banjarmlati, Kota Kediri.
Kematian korban yang terjadi secara tragis dan mengenaskan tersebut benar-benar mengagetkan pihak keluarganya dan membuat orang tua dan keluarga besarnya serta teman-teman Budi Hartanto merasa sangat kehilangan.
Rumah duka penuh sesak dan dipenuhi para pelayat, baik keluarga, tetangga, warga, maupun teman korban.
Bahkan, setelah pihak keluarga diberitahu oleh pihak kepolisian tentang penemuan mayat dalam koper di Kabupaten Blitar, tangis ibu korban langsung pecah.
Ny Habibah ibu korban tak kuasa menahan sedih hingga menangis histeris setelah diberitahu putranya menjadi korban mutilasi yang mayatnya ditemukan dalam koper.
"Anak saya salahnya apa... saya tidak terima," ungkapnya, meratapi kematian tragis dan mengenaskan anak kesayangannya.
Sejumlah kerabatnya tampak menenangkan dengan merangkulnya.
"Semoga pelakunya segera ditemukan," tuturnya.
Dari penjelasan pihak keluarga, korban meninggalkan rumah selepas Maghrib.
Tujuan korban saat itu dilaporkan menuju warung kopinya di kawasan GOR Jayabaya atau Gedung Nasional Indonesia (GNI).
"Korban keluar naik sepeda motor, sampai sekarang sepeda motornya masih belum ditemukan," jelas Nasuha.
Setelah mendapat kabar kematian Budi Hartanto dari pihak kepolisian, orang tuanya langsung mengecek ke kamar mayat RSUD Mardiwaluyo, Blitar.
Hasilnya, ternyata benar dan identik, bahwa mayat di dalam koper yang ditemukan warga di pinggir Jembatan Karanggondang, Kecamatan Udanawu, Kabupaten Blitar, adalah Budi Hartanto.
• 10 Fakta Terbaru dan Penting Guru Honorer Dimutilasi, Dari Bisnis, Pesan Terakhir, Hingga Kebiasaan
• Pamit Ibunya ke Warung dan Siapkan Sebuah Event, Guru Honorer di Kediri Malah Dibunuh dan Dimutilasi
• Teman Guru Honorer Dimutilasi Rata-rata Bertingkah Gemulai, Isu LGBT Menguat, Begini Jawaban Polisi
Pendiam dan Pesan Terakhir
Kata Nasuha, sejauh ini pihak keluarga tidak pernah mendapati hal yang aneh pada Budi Hartanto (28), guru honorer dimutilasi setelah menjadi korban pembunuhan.
Di mata keluarga, Budi Hartanto merupakan orang yang pendiam dan menurut.
"Orangnya pendiam, sehari-hari korban menjadi guru honorer di SDN Banjarmlati (Kota Kediri) mengajar mata pelajar Kesenian," ujar Nasuha, paman korban, Rabu (3/4/2019) malam.
Pihak keluarga mengungkap isi chat WhatsApp (WA) terakhir Budi Hartanto sebelum ditemukan tewas tanpa kepala dalam koper di Kabupaten Blitar.
Menurut Nasuha, paman korban, guru honorer itu sempat berkomunikasi dengan seorang rekannya melalui WhatsApp (WA), Selasa (2/4/2019) sekitar pukul 22.55 WIB.
"Itu kontak terakhir korban dengan rekannya yang juga guru," ungkapnya.
Kontak terakhir korban dengan rekannya, menurut Nasuha, terkait dengan obrolan gurauan.
Namun setelah kontak terakhir, handphone ponsel milik korban sudah tidak bisa dihubungi lagi sampai sekarang.
Pengusaha Muda yang Ulet
Budi Hartanto (38), guru honorer dimutilasi (guru honorer korban mutilasi) dan guru honorer dibunuh, ternyata semasa hidupnya memiliki serta mengelola sejumlah bisnis dan usaha yang cukup prospektif.
Informasi yang dihimpun Surya dan Tribunmadura.com, di lapangan, usaha dan bisnis yang digeluti Budi Hartanto ada lebih dari lima bidang usaha.
Sehingga bisa dibilang, Budi Hartanto, sang guru honorer korban mutilasi yang mengajar di SDN Banjarmlati Kota Kediri merupakan seorang pengusaha muda, dengan beragam diversifikasi usaha.
Nasuha, paman korban menjelaskan, bahwa selain berprofesi sebagai guru, Budi Hartanto memiliki karakter yang ulet dan kreatif, pihak keluarga juga mengetahui kalau Budi Hartanto juga membuka lapak bisnis kecil-kecilan di kawasan GOR Jayabaya, Kota Kediri.
"Usahanya banyak karena anaknya kreatif," katanya.
Dari beberapa usaha yang dikelola tersebut, diketahui Budi Hartanto memiliki Warung Kopi (Warkop) yang berada di Kawasan GOR Jayabaya.
Korban Budi Hartanto juga mengelola satu jasa sanggar CK Dance Home menyiapkan penari Sexy Dancer, Kontenporer Dance, Tradisional Dance, Kabaret Dance dan Moderen Dance female dan male.
Pantauan di lapangan, Kamis (4/4/2019), sanggar CK Dance Home sudah tiga hari terakhir tutup. Lokasi sanggar ini juga dipergunakan oleh Budi untuk membuka warung Royal Cafee Kediri pada malam hari.
Korban juga mengelola Izal Bilyard, arena biliar yang ada disamping sanggar CK Dance Home. Namun pengelolaan arena biliar baru dilakukan setahun terakhir.
Selain itu, diketahui korban juga memiliki bisnis jual beli Handphone (Ponsel) dan pulsa.
Tak hanya itu saja, Budi Hartanto juga dipercaya oleh rekannya untuk mengelola usaha bisnis bersama, yakni dalam bidang sewa rental mobil.
Bahkan profesi sebagai driver online juga dijalaninya.
Jadi Driver Online
Ihwal Budi Hartanto sebagai driver taksi online ini diungkap oleh Front Driver Online Tolak Aplikator Nakal (Frontal).
Frontal mengungkapkan bela sungkawa atas meninggalnya salah satu driver online Kediri korban mutilasi atas nama Budi Hartanto.
Humas Frontal, David Walalangi meminta pihak kepolisian agar mengusut kasus tersebut dan segera menangkap serta menindak tegas pelaku pembunuhan dan mutilasi yang terjadi terhadap Budi.
"Ini juga sekaligus menjadi pelajaran bagi semua Driver Online Jawa Timur agar lebih berhati-hati dalam memilih pergaulan dalam mengais rezeki setiap hari," kata David, Kamis (4/4/2019).
David meminta agar driver online untuk waspada dan tidak terjerumus pada peredaran dan penggunaan narkoba, atau juga melakukan kejahatan IT.
"Karena tidak dapat di pungkiri resiko Driver Online sangat besar, sebab tanpa mengenal siapa penumpang yang dijemput dan apa yang dibawa penumpang. Seorang Driver Online harus melaksanakan kewajibannya dalam menjemput penumpang agar dapat mengais rejeki atau mengejar tutup point," lanjut David.
Sebagai contoh, tak jarang penumpang mabuk dari beberapa lokasi hiburan malam melakukan pemesanan secara online.
"Perkenalan dan komunikasi Driver pun terkadang menjadi bebas dan tidak terkendali. Keadaan kondisi ekonomi yang terjepit atau terkadang kondisi mengejar cicilan bisa membuat driver gelap mata atau salah jalan," kata David.
Pengalaman-pengalaman yang terjadi dari Driver Online yang lain, menurut David harus juga menjadi pelajaran bagi semua Driver Online se Jawa Timur agar lebih waspada dan mawas diri.
Humoris dan Supel
Tak hanya orang tua dan keluarga yang kehilangan atas meninggalnya Budi Hartanto, guru honorer dibunuh dan guru honorer dimutilasi. Teman-temannya juga merasa sangat kehilangan.
Ini tak lepas dari sosok Budi Hartanto bagi rekan-rekannya dikenal sebagai pribadi yang periang dan humoris serta supel dalam bergaul.
Tidak membeda-bedakan orang dalam bersikap pada kesehariannya.
Widi, seorang rekan di SDN Banjarmlati 2 Kota Kediri, mengenal Budi sebagai sosok penghidup suasana.
Ketegangan akibat kesibukan pekerjaan kerap terurai dan berubah ceria karena sosok Budi.
Dia dianggap selalu punya cara untuk menghidupkan suasana.
"Orangnya baik dan ceria," ujar Widi.
Di mata anak didiknya, sosok Budi tidak hanya sebagai guru tetapi juga dianggap sebagai pengayom dan selalu terbuka dengan siapa saja.
Itu yang membuatnya banyak mempunyai anak didik.
"Saya ketemu terakhir pada Jumat," ujar Safa, salah satu anak didiknya saat takziah di rumah duka. (*)