TRIBUNMADURA.COM - Juventus hancur setelah kurang lebih 10 tahun mendominasi di Liga Italia.
Media Italia sendiri La Gazzetta dello Sport menyebut kedatangan Cristiano Ronaldo jadi biang kerok hancurnya dominasi Juventus di Liga Italia.
kedatangan Cristiano Ronaldo pada tahun 2018 di Juventus merupakan bentuk keegoisan dari sang direktur Juventus Agnelli waktu itu.
Juventus saat ini merana karena kasus capital gain.
Mantan bos Juventus Andrea Agnelli dijatuhi sanksi berlapis oleh FIGC.
Baca juga: Harga Jual Dusan Vlahovic Rp1,3 Triliun dari Juventus, Chelsea Ada Harga Miring Jika Serahkan Romelu
Informasi lengkap dan menarik lainnya Berita Madura hanya di GoogleNews TribunMadura.com
Akibat perbuatan mantan bos Juventus Agnelli ini, Juventus menanggung hukuman yang cukup berat.
Agnelli dihukum 2 Tahun Larangan Berpartisipasi di Sepak Bola dan denda senilai 60.000 euro (sekitar Rp 980 juta).
Keluarga Agnelli harus bertanggung jawab atas dosa yang ditinggalkannya.
Yap dosa ini pun seperti menjalar ke situasi klub, Juventus menanggung beban berat menerima hukuman demi masa depan.
Diketahui capital gain merupakan skandal kasus berupa pemalsuan pembukuan keuangan yan dilakukan para petinggi Juventus beberapa tahun lalu.
Kasus tersebut mencuat setelah menguatnya dugaan transfer mencurigakan yang dilakukan Juventus saat era kepemimpinan Andrea Agnelli.
Para petinggi Juventus dituduh telah menggelembungkan nilai transfer untuk menguntungkan kondisi finansial klub asal Turin tersebut.
Penggelembungan nilai transfer pemain itu dilakukan Juventus tepatnya pada periode tahun 2018-2020 lalu.
Setelah terbongkarnya kasus tersebut, berbagai resiko dan hukuman pun dijatuhkan kepada Juventus.
Para petinggi Juventus pun langsung memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya setelah terbongkarnya kasus tersebut.
Baca juga: Jose Mourinho Pusing AS Roma tak Bisa Beli Gelandang Gaek Bayern Munchen Marcel Sabitzer
Baca juga: Reformasi AC Milan Usai Buang Maldini, Pioli Sesumbar Manajemen Baru Bisa Berjaya di Liga Italia
Nama petinggi Juventus seperti Andrea Agnelli hingga Pavel Nedved secara kompak mengundurkan diri bersama delapan direksi lainnya.
Tak berhenti disitu saja, Juventus pun mendapatkan berbagai hukuman akibat ulah negatif para mantan petingginya tersebut.
Termasuk hukuman pada musim lalu dimana Juventus dijatuhi hukuman berupa pengurangan poin.
Pada tahapan pertama, Juventus dihukum dengan pengurangan 15 poin pada pertengahan musim sebelum sempat dicabut kembali.
Lalu, Juventus kembali merasakan hukuman pengurangan poin dengan jumlah 10 poin jelang berakhirnya kompetisi.
Pengurangan 10 poin itu akhirnya membuat posisi Juventus terlempar dari zona Liga Champions musim lalu.
Tak hanya itu saja, pengurangan 10 poin akhirnya membuat Juventus harus mengakhiri kompetisi musim lalu di posisi ketujuh.
Posisi ketujuh menandakan bahwa Juventus hanya berkesempatan bermain di kompetisi UEFA Conference League saja.
Fakta tersebut jelas menyakitkan bagi Juventus lantaran mereka sempat bangkit pada pertengahan musim.
Juventus bahkan mampu bersaing ketat memperebutkan tiket Liga Champions hingga tembus semifinal Liga Eropa dan Coppa Italia.
Namun, kebangkitan Juventus terasa sia-sia karena hukuman pengurangan poin harus mereka rasakan pada akhir musim.
Teranyar, penderitaan Juventus seakan belum berakhir padahal musim baru belum juga dimulai.
Akibat kasus capital gain yang dilakukan Juventus, tim asal Turin itu kembali mendapatkan hukuman berat.
Adapun hukuman berat yang diterima Juventus yakni soal larangan Bianconeri tampil di kompetisi Eropa musim depan.
Dilansir Daily Star, Juventus tidak akan ambil bagian dalam ajang UEFA Conference League pada musim depan karena kasus yang menimpanya musim lalu.
Sebagai gantinya, Fiorentina yang berada pada urutan kedelapan akan menggantikan Juventus berjuang di UEFA Conference League.
Terdepaknya Juventus dari kompetisi Eropa musim depan jelas menjadi hal menyakitkan bagi para penggemar Bianconeri.
Hal ini dikarenakan penderitaan Juventus seakan tak pernah berakhir akibat dosa para petinggi klubnya pada masa lalu.