Berita Viral

Kisah WNI Jadi Guru Ngaji di Jepang, Mengajar Al-Quran ke Anak-anak hingga Lansia, ‘Ternyaman’

Editor: Mardianita Olga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Potret WNI menjadi guru ngaji di Jepang menarik perhatian publik. Dengan menggunakan bahasa Jepang, dia mengajarkan Al-Quran ke anak-anak dan lansia.

TRIBUNMADURA.COM - Belakangan ini seorang WNI viral di media sosial berkat aksi mengajarnya di Jepang.

Dalam video, warga negara Indonesia itu tengah mengajarkan huruf-huruf Al-Quran ke seorang anak.

Di balik itu, ternayata WNI tersebut juga memiliki murid lanjut usia atau lansia.

Bagi dirinya, pekerjaannya memberikan rasa nyaman.

Lantas, seperti apa kisah guru ngaji tersebut?

Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunMadura.com

Baca juga: Viral di Medsos Seorang Pria di Gresik Meninggal Dunia saat Sujud di Masjid Al Ittihad Menganti

Di negara yang jumlah penganut Islam minoritas, membuat seorang WNI bertekad pergi ke sana untuk menjadi guru ngaji.

Sosok guru ngaji tersebut bernama Adhitya Jatmiko.

Di bio Instagram, ia menuliskan asal daerahnya, yaitu Sukho Harjo, Jawa Tengah.

Adhitya bertekad menjadi guru ngaji di Negeri Sakura.

Tak disangka, di sana ternyata Adhitya mendapat murid yang cukup banyak, ada anak-anak hingga lansia.

Adhitya saat mengajari bocah ngaji di Jepang.

Baca juga: Kisah Ayah Berjuang Buru Pembunuh Anaknya, Rela Ceraikan Istri agar Fokus, 16 Tahun Baru Terbayarkan

Adhitya kerap membagikan aktivitas mengajarnya di media sosial.

Pria itu terlihat tulus mengajar baca Alquran dan Iqra.

"Ngajar di Indonesia (x)

Ngajar di Jepang (v)," tulisnya pada keterangan video.

Dalam video yang dibagikan Adhitya, ia terlihat mengajari bocah laki-laki Jepang membaca buku Iqra.

Adhitya terdengar mengajari menggunakan Bahasa Jepang.

Terlihat Adhitya menggunakan pakaian muslim rapi, sedangkan bocah di depannya mengenakan peci dan baco koko merah maroon.

Sang bocah terlihat begitu antusias belajar.

Tak hanya anak-anak, Adhitya juga begitu tekun mengajari para lansia.

SOSOK WNI Jadi Guru Ngaji di Jepang, Sabar Ajari Bocah hingga Lansia Pakai Bahasa Jepang, Kini Viral (TikTok)

Ia terlihat sabar dan lemah lembut mengajar muridnya.

"Yuk tiap hari rutin baca," tulisnya.

Selain menjadiguru ngaji, Adhitya ternyata merupakan marbot di Masjid Darussalam, di daerah Nishio, Prefektur Aichi, Jepang.

Masjid tersebut menjadi lokasi pertama yang dianggapnya nyaman selama tinggal di Negeri Sakura.

"Masjid Darussalam Nishio, tempat pertama kali yang saya jadikan tempat ternyaman di Jepang," tulisnya dalam salah satu unggahan.

Bagikan momen barang anak-anak saat belajar mengaji, tak jarang Adhitya memberikan semangat.

"Ngaji di Jepang????.

《Yuk Ngaji di manapun berada》,

Semoga Buat Adek2;q Di jepang Slalu Semangat dalam belajar membaca iqro maupun Al Quran," tulisnya.

Sayangnya, pekerjaan mulia ini dinodai oleh oknum yang tega mencabuli murid-muridnya.

Tak ayal, guru ngaji tersebut berbuat cabul terhadap belasan muridnya.

Motif pencabulan lantaran pelaku tak dapat menahan nafsu usai menonton video asusila kiriman temannya.

Kini, usai penyelidikan lebih lanjut, latar belakang pendidikan sang guru ngaji terungkap.

Diketahui, peristiwa mengenaskan ini terjadi di Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Seorang guru ngaji berinisial PR (51) diketahui melakukan perbuatan tak senonoh terhadap siswa-siswanya.

Total, 17 anak di bawah umur menjadi korban PR.

Tak ayal, aksi bejat itu sudah dilakukan PR selama 3 tahun dan baru terungkap sekira Oktober hingga November 2023.

Kejahatan itu akhirnya terbongkar setelah beberapa siswa mengadu ke orang tuanya.

Tak disangka, guru ngaji yang selama ini mereka percaya ternyata memiliki kelakuan bejat.

Pasalnya, PR selama ini dianggap baik dan cukup dekat dengan anak-anak.

PR lantas dilaporkan ke polisi.

Dia berhasil ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh Polrestabes Semarang.

Baca juga: Ngaku Tanggung Jawab Bila Hamil, Pria Cabul di Tuban Setubuhi Pelajar, Pelaku Ancam Lapor Orang Tua

Tersangka pencabulan di TPQ Semarang, Puji Raharjo (51) ketika memberikan keterangan di depan polisi, saat konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Senin (20/11/2023). (TribunJateng.com/Iwan Arifianto)

Tak hanya itu, pasca terbongkarnya kelakuan PR, diketahui pula ternyata yang bersangkutan berbohong.

Dia mendirikan tempat mengaji sekadar kamulfase agar dapat melampiaskan nafsunya.

"Sudah 3 tahun (jadi guru ngaji). Taman Pendidikan Al Qur'an belum berizin. Saya alumni SMA," aku PR dalam jumpa pers di Mapolrestabes Semarang, Senin (20/11/2023). 

Awalnya kegiatan belajar mengaji itu dilakukan di rumah PR. 

Namun seiring bertambahnya jumlah murid, kegiatan berpindah ke RT 1 di daerah Semarang Barat itu. 

Dalam pengakuannya, tersangka PR mengaku tak pernah berniat mendirikan tempat mengaji untuk melakukan perbuatan bejat kepada anak-anak.

Namun dia tak bisa mengendalikan nafsu setelah menonton video porno yang dikirim temannya.  

"Tidak ada iming-iming dan paksaan. Awalnya suka anak kecil, mencium aja, ada yang kebablasan. Kadang nonton (porno) pakai HP. Dapat kiriman video dari teman," ujarnya, dikutip TribunMadura.com dari Kompas.com, Selasa (21/11/2023).

Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar mengungkapkan para korban anak di bawah umur merupakan tetangga-tetangga yang tinggal tak jauh dari tempat mengaji yang didirikan PR. 

"Peristiwa di bulan Oktober hingga November ini kurang lebih dua bulanan dilakukan di tempat mengajar (ngaji), kalau ada murid yang tersisa satu (saat pulang) itulah korbannya," imbuh Irwan.  

Dalam kurun waktu tiga tahun, hampir semua murid perempuan pernah menjadi korban di sana.

Namun kejadian ini baru terkuak setelah orangtua korban saling berkomunikasi soal pengakuan beberapa anaknya yang mendapat perlakuan tidak wajar.  

Para wali korban membenarkan bila tersangka menyentuh dan meraba bagian tubuh murid perempuan yang bersifat privat.  

"Terungkap dari laporan warga, orangtua korban. Ada dua korban yang mengadukan ke orangtuanya, lalu konfirmasi ke orangtua murid yang lainnya, mendapati hal sama," jelasnya. 

Dia menjelaskan, pelaku dikenal dekat dengan anak-anak. Hal itu membuat para korban tidak merasa jika dirinya dilecehkan oleh guru ngajinya. 

"Korban rata-rata umur 8 tahun sampai 10 tahun," imbuh dia.

Akibat perbuatan PR, korban beserta orang tua mengalami trauma.

Banyak korban yang trauma dan menangis terus. Selain itu, banyak juga orang tua korban yang muntah-muntah karena kepikiran. 

Baca juga: Kisah Nenek 70 Tahun Pecahkan Rekor usai Lahirkan Anak Kembar, Ternyata Bukan Satu-satunya, Kok Bisa

Tersangka pencabulan di TPQ Semarang, Puji Raharjo (51) ketika memberikan keterangan di depan polisi, saat konferensi pers di Mapolrestabes Semarang, Senin (20/11/2023). (TRIBUN JATENG/IWAN ARIFIANTO)

Baca juga: Baru 1 Bulan Nikah Artis Cantik Gugat Cerai Suami, Kenal 2 Minggu Langsung Pelaminan, Kini Trauma

"Ada ibunya yang sampai muntah-muntah. Anaknya juga seperti itu. Makannya ibunya minta jangan diekspos," paparnya.

Lebih lanjut, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah, Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (UPTD PPA DP3A) Kota Semarang, Catur Karyanti mengatakan seorang korban mengalami kerusakan organ intim.

Hal tersebut berdasarkan hasil visum.

"Satu korban mengalami kerusakan di bagian organ intim dan yang lainnya diraba-raba," jelas Catu saat dikonfirmasi Kompas.com via telepon.

Saat ini, DP3A Kota Semarang juga telah melakukan pendampingan kepada korban dan semua anak-anak yang ikut belajar ngaji di tempat tersebut. 

"Semua anak yang terlibat di sana tetap akan kita dampingi semua," ujar dia.

Atas dugaan tindak pidana perbuatan cabul terhadap anak, PR diancam dengan pidana paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun sesuai dengan UU Perlindungan Anak Pasal 80 Junto 76. 

----

Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com

Berita Madura dan berita viral lainnya.

Berita Terkini