Berita Terkini Probolinggo

Buruh Tani di Probolinggo Ditemukan Tewas dengan Luka Tusuk di Pinggir Musala

Penulis: Ahsan Faradisi
Editor: Taufiq Rochman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penemuan jasad buruh tani yang diduga korban pembunuhan di Desa Plampang, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Kamis (23/1/2025) malam.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Ahsan Faradisi

TRIBUNMADURA.COM, PROBOLINGGO - Warga Desa Plampang, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo digegerkan dengan ditemukannya sosok pria tergeletak di pinggir musala setempat, pada Kamis (23/1/2025) malam.

Pria Lanjut Usia (Lansia) itu diketahui bernama Asmat (67) warga RT 003 RW 002, Desa Plampang, Kecamatan Paiton.

Korban ditemukan tergeletak sudah tidak bernyawa yang diduga merupakan korban pembunuhan.

Kepala Desa (Kades) Plampang M. Sula mengatakan, dirinya mengetahui penemuan mayat itu ketika warganya datang ke rumahnya memberitahukan jika ada seorang pria tergeletak sudah dalam keadaan tak bernyawa.

"Mendapat informasi ada orang tergeletak, saya langsung menghubungi perangkat desa untuk menuju lokasi dan saya menyusul. Setelah di lokasi, ternyata masih warga saya," kata Sula

"Setelah sampai di lokasi, kemudian saya langsung menghubungi anggota Polsek Paiton."

"Kejadiannya jam berapa saya tidak tahu, hanya saja korban ini kerjaannya sebagai buruh tani," tambahnya.

Sementara Kapolsek Paiton AKP Maskur Ansori mengatakan, pihaknya sudah datang ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan sudah memasang garis polisi serta langsung berkoordinasi dengan Satreskrim Polres Probolinggo.

"Benar, kami dapat laporan dari warga jika ada penemuan mayat dan petugas piket sudah berada di TKP."

"Untuk sementara memang diduga merupakan korban pembunuhan, karena ada luka seperti luka tusuk di bagian dada korban," ujar AKP Maskur.

"Untuk kepastiannya mohon waktu, karena kasus dugaan pembunuhan ini akan ditangani langsung Satreskrim Polres Probolinggo," pungkas mantan Kasi Humas Polres Probolinggo itu.

Ikuti berita seputar Probolinggo

Berita Terkini