Berita Jombang

Fenomena Gunung Busa Setinggi 5 Meter di Sungai Pranggang Hebohkan Warga Jombang

Fenomena Ratusan Meter Gunung Busa Setinggi 5 Meter di Sungai Pranggang Hebohkan Warga Jombang.

Penulis: Sutono | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/SUTONO
Gunungan busa sabun deterjen di Sungai Pranggang Diwek Jombang, Selasa (8/1/2019). 

TRIBUNMADURA.COM, JOMBANG - Sungai Pranggang di Dusun Pranggang, Desa Jatipelem, Kecamatan Diwek, Jombang memunculkan fenomena aneh berupa munculnya gunungan busa setinggi lima meter sepanjang 200 meter beraroma wangi, Senin malam (7/1/2019). 

Fenomena tersebut langsung direspon Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jombang dengan mengambil sampel air, guna memastikan kandungan unsur cairan dan busa serta asal limbah tersebut.

Pengambilan sampel atau contoh air dilakukan pada, Selasa (8/1/2018) hari ini.

Petugas mengambil sampel di bebereapa titik atau lokasi. Yakni, selain di titik dam, juga beberapa di hulu dan hilir aliran sungai. Petugas DLH dipimpin Kepala Seksi Pengendalian Dampak Lingkungan Yuli Inayati.

“Hari ini kami mengambil sampel dengan parameter lapangan. Ada temperatur air, kekeruhan, PH (derajat keasaman), DHL (daya hantar listrik) dan sebagainya,” kata Yuli Inayati di sela pengambilan sampel.

Menurut Yuli, dari sampel yang diukur di lapangan (sebelum diuji di laboratorium), khusus PH sebenarnya masih dalam kisaran 6 sampai 9, yang berarti masih memenuhi standar baku mutu.

Namun untuk kandungan lain-lain, seperti posfat yang terdapat deterjen atau unsur lainnya belum diketahui, karena hanya bisa diketahui melalui uji laboratorium. DLH sendiri memastikan busa tersebut berasal dari deterjen.

Ditambahkan Yuli, sampel yang diambil akan diuji di laboratorium kemudian dibandingkan dengan kondisi air sungai di lain tempat di Jombang serta dibandingkan dengan air sungai Dusun Pranggang sebelum dipenuhi busa dan sesudahnya.

“Ini untuk mengetahui beban pencemarannya sejauh mana,” kata Yuli.

Hasil dari uji laboratorium itu sendiri, menurut Yuli baru akan diketahui setelah sekitar sepekan.

“Karena untuk analisisnya sendiri makan waktu lima hari, belum lagi pengolahan datanya,” terangnya.

Meski sudah dipastikan busa tersebut berasal dari deterjen, namun Yuli mengaku belum bisa memastikan berasal dari mana.

“Masih kita cari informasi, kita susuri. Bisa dari domestic rumah tangga, bisa dari pencucian mobil, ‘laundry’ maupun perusahaan plastic,” katanya.

Karena belum diketahui kadar pencemarannya, Yuli juga belum bisa memastikan air sungai ini berbahaya atau tidak, minimal untuk irigasi pertanian.

“Kami terus terang tidak bisa melarang petani untuk tidak memanfaatkan air sungai ini, karena petani butuh air ini untuk tanaman mereka. Harapan kami, masalah ini tidak berdampak kepada sawah mereka, misalnya menyebabkan tanaman mati dan sebagainya,” tutur Yuli.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved