Berita Bangkalan

Demi Bertahan Hidup, Nelayan di Bangkalan Berpacu Dengan Cuaca Buruk

Demi Bertahan Hidup dan Mengais Sesuap Nasi, Nelayan di Bangkalan Berpacu Dengan Cuaca Buruk.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/AHMAD FAISOL
Para nelayan Desa Banyusangkah, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan menambatkan kapal lantaran cuaca ekstrem mulai menyapa kawasan pesisir paling utara di Kabupaten Bangkalan ini, Senin (10/12/2018). 

TRIBUNJATIM.COM, BANGKALAN - Angin kencang disertai ombak memaksa para nelayan Desa Banyusangkah,  Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan memarkir perahu. Masa paceklik biasanya berlangsung hingga Maret 2019 dan membuat para nelayan di Bangkalan kelimpungan.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari selama empat bulan ke depan, masyarakat nelayan memilih berhutang, menggadaikan atau bahkan menjual barang berharga.

"Ada yang nekat, curi-curi waktu atau berpacu dengan cuaca buruk karena terdesak kebutuhan rumah tangga," ungkap Kepala Desa Banyusangkah Abdus Syukur kepada Surya (TribunMadura.com Network), Senin (10/12/2018).

Ia menjelaskan, memanfaatkan cuaca buruk mereda beresiko bagi para nelayan kehilangan biaya solar. Karena mereka tak berhasil membawa pulang hasil tangkapan.

"Akhirnya ya kembali ketika dalam perjalanan dihadang cuaca buruk mulai datang. Namanya juga curi-curi waktu," jelasnya.

Wilayah Desa Banyusangkah berada di ujung utara Bangkalan, berbatasan dengan Kabupaten Sampang. Dari sekitar 5.000 penduduk, sebanyak 90 persen di antaranya berprofesi sebagai nelayan.

Para nelayan yang memiliki kapal berukuran besar terdata sekitar 10 persen, kapal berukuran sedang 30 persen, dan kapal berukuran kecil sebanyak 50 persen.

Dengan kapal berukuran besar, para nelayan terkadang memilih nekat melaut untuk menangkap ikan. Namun tidak demikian dengan warga yang bermodalkan kapal berukuran sedang dan kecil.

"Mereka yang memiliki kapal berukuran kecil dan sedang biasanya memperbaiki jaring. Untuk bertahan hidup, mereka berhutang, gadai, hingga menjual barang berharga," tegasnya.

Beradasarkan prakiraan kondisi iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda yang diterima BPBD Kabupaten Bangkalan menyebutkan, kecepatan angin mencapai 63 Km/Jam dengan durasi 5 - 15 menit pada Oktober, Nopember, Desember 2018.

"Ada bebarapa potensi angin kencang dan gelombang tinggi di beberapa perairan Bangkalan," terang Kepala BPBD Kabupaten Bangkalan Rizal Moris.

Ia mengungkapkan, pihaknya beberapa waktu lalu telah menyampaikan kepada masyarakat nelayan di Kelurahan Pangeranan Kecamata Kota agar tidak pergi melaut karena cuaca ekstrem.

"Sekaligus kami berikan bantuan sembako bagi para nelayan yang tidak melaut karena cuaca ekstrim," jelasnya.

Saat ini, lanjutnya, BPBD Kabupaten Bangkalan tengah menyiapkan surat edaran kepada seluruh camat tentang kewaspadaan dan kesiapsiagaan musim hujan. Atas dasar prakiraan kondisi iklim bulan November 2018 hingga Januari 2019.

Ia menambahkan, saat ini Kabupaten Bangkalan memasuki masa peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.

Kendati demikian, BPBD setempat masih belum mengeluarkan status terkait kondisi terkini. Karena curah hujan masih pada tataran normal bahkan belum merata.

"Curah hujan dengan intensitas relatif tinggi mulai terjadi di Bangkalan bagian utara dan timur saja. Kami tetap memantau perkembangan cuaca ini melalui BMKG," pungkasnya. (Ahmad Faisol)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved