'Tenggelam di Pasir, Wajah Tertutup Seng' Alfatih Selamat dari Reruntuhan Ponpes Al Khoziny

Ungkapan duka mendalam terlontar dari KH Abdul Hannan kepada para wali santri yang anaknya menjadi korban meninggal dalam tragedi Ponpes Al Khoziny

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Taufiq Rochman
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
SUAPAN PERTAMA - KH Abdul Hannan memberikan suapan nasi kepada Alfatih Cakra Buana setelah kembali menginjakkan kaki di rumahnya sekaligus Ponpes Al Ihsani, Dusun Berek Songai, Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Sabtu (4/10/2025) malam. Alfatih adalah salah seorang korban yang selamat, tubuhnya dievakuasi setelah tiga hari terjebak di antara puing reruntuhan Mushola Ponpes Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ahmad Faisol

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Ungkapan duka mendalam terlontar dari KH Abdul Hannan kepada para wali santri yang anaknya menjadi korban meninggal dunia dalam tragedi ambruknya gedung Mushola Ponpes Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.

Kyai Hannan merupakan wali santri dari Alfatih Cakra Buana (14), korban selamat yang tiba di rumahnya sekaligus Ponpes Al Ihsani, Dusun Berek Songai, Desa Sendang Dajah, Kecamatan Labang, Kabupaten Bangkalan, Sabtu (4/10/2025) malam.

“Kami bersyukur kepada Allah SWT bahwa ini di luar pikiran saya. Bagi saya, Alfatih sebagai anak saya sudah tidak ada."

"Hari ini adalah Alfatih anak semuanya, anak dari para wali santri yang mungkin kehilangan anaknya menjadi syahid."

"Maka Alfatih adalah anak mereka semuanya, anak kita bersama,” ungkap Kyai Hannan didampingi Alfatih di samping kirinya.  

Setelah berhasil dievakuasi, Alfatih dilarikan ke RSUD Notopuro, Kabupaten Sidoarjo pada Kamis (2/10/2025).

Tubuhnya selama tiga hari sempat terjebak di antara puing reruntuhan bangunan Mushola Ponpes Al Khoziny.

“Alhamdulillah selama di rumah sakit, ada pendampingan dari Romo Kyai hadir, luar biasa,” jelas Kyai Hannan.

Ia menjelaskan, Alfatih berhasil dievakuasi pada masa akhir golden time, masa akhir 70 jam.

Artinya kalau sudah 70 jam dan Alfatih tidak ditemukan, harapan pihak-pihak keluarga untuk kembali bertemu Alfatih semakin menipis.

“Karena berdasarkan keilmuan, katanya, manusia hanya bisa bertahan 70 jam."

"Alhamdulilah tidak ada luka serius, hanya lecet-lecet karena dia terlindungi oleh pasir, tenggelam di pasir dan wajahnya alhamdulillah tertutup seng."

"Sehingga ketika ada runtuhan batu, tidak sampai ke tubuh,” terang Kya Hannan. 

Hingga Sabtu petang sekitar pukul 18.00 WIB, tim SAR gabungan telah mengevakuasi sejumlah 30 orang dari lokasi kejadian.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved