Berita Sport

Antarkan Stapac Juara IBL 2019, Abraham Damar Teringat Latihan Basket Tanpa Alas Kaki di Kampung

Antarkan Stapac Juara IBL 2019, Abraham Damar Teringat Latihan Basket Tanpa Alas Kaki di Kampung Halaman.

Penulis: Heftys Suud | Editor: Mujib Anwar
Alexander Anggriawan/DBL Indonesia
Abraham Damar Grahita, Shooting Guard Stapac Jakarta mencoba menembus pertahanan Satria Muda Pertamina pada Final IBL Musim 2018/2019, Sabtu (23/3). 

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Abraham Damar Grahita, pemain berusia 23 tahun dari Bangka Belitung ini berhasil mengantarkan timnya, Stapac Jakarta menjuarai liga basket IBL 2019.

Melawan Satria Muda Pertamina Jakarta, Abraham dan timnya memenangkan dua laga final dengan skor 79-68 dan 74-56.

Torehan ini juga menyudahi paceklik gelar selama lima tahun yang dialami oleh Stapac Jakarta.

Tak hanya menuntaskan puasa gelar, Abraham Damar Grahita juga memiliki torehan yang tak kalah bagus.

Di musim ini, pria yang akrab disapa Bram itu berhasil menorehkan 174 poin, 54 total rebounds, 22 steals, serta 68 assists dari total 23 laga bersama Stapac Jakarta, musim ini.

Bram disebut mengantongi sejumlah prestasi sepanjang karirnya. Pada musim 2017 lalu, ia menyabet predikat Most Improved Player IBL 2017.

Pemuda asal Bangka Belitung ini pun ikut mengantarkan Indonesia meraih gold medal pada SEABA Championship 2018.

Bersama Timnas Basket Indonesia, Bram ikut mempersembahkan medali perak di SEA Games 2017 di Malaysia. Dia juga menjadi andalan di Asian Games 2018 lalu di Jakarta.

Meski begitu, Bram tampaknya bukan sosok kacang yang lupa pada kulitnya. Ia mengaku selalu ingat bagaimana dan seperti apa perjuangannya sebelum sampai disini.

“Di Bangka, basket menjadi olahraga yang dimainkan di kampung. Sama seperti sepak bola di Indonesia. Meski kita memiliki keterbatasan dalam berlatih dan bermain. Tak hanya lapangan yang kurang memadai, sepatu juga menjadi kendala kami dalam bermain basket,” ujarnya, dalam siaran tertulis, Senin (25/3/2019). 

Ya, di Bangka Belitung, lapangan yang digunakan sebagai bermain harian bukanlah lapangan beralaskan kayu atau lantai khusus untuk olahraga.

Melainkan, lapangan yang dibuat dengan cor semen dan beton. Sehingga, salah jatuh bisa sangat fatal.

Selain itu, sepatu juga menjadi salah satu kendala yang ada disana.

Bahkan, anak-anak yang bermain basket lebih memilih bermain tanpa alas kaki. Hal ini dikarenakan harga sepatu yang mahal dan susah didapat.

“Bahkan, sepatu basket itu hanya dipakai kalau pertandingan saja. Kalau main atau latihan harian lebih sering bermain tanpa alas kaki,” tambahnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved