Berita Surabaya

Suhu Udara di Surabaya Terasa Dingin & Tak Panas Lagi, Begini Penjelasan Lengkap BMKG Maritim Perak

Suhu Udara di Surabaya Terasa Dingin dan Tak Panas Lagi, Begini Penjelasan Lengkap BMKG Maritim Perak

Penulis: Delya Oktovie | Editor: Mujib Anwar
istimewa
Ilustrasi - Suhu Udara di Surabaya Terasa Dingin dan Tak Panas Lagi, Begini Penjelasan Lengkap BMKG Maritim Perak 

Suhu Udara di Surabaya Terasa Dingin dan Tak Panas Lagi, Begini Penjelasan Lengkap BMKG Maritim Perak

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Suhu udara di Kota Surabaya yang akhir-akhir ini terasa dingin dan tidak menyengat lagi panasnya, menarik perhatian Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG).

Menurut Kepala Forecaster Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika / BMKG Maritim Perak II, Ari Widjajanto, perubahan suhu udara ini lumrah terjadi.

Terlebih ketika peralihan cuaca pada bulan Mei ke Juni, yang disebabkan posisi gerak semu matahari cenderung menjauh dari garis khatulistiwa, tepatnya di belahan bumi utara.

Posisi tersebut, katanya, menunjukkan bahwa Indonesia sedang merasakan fenomena angin timur, alias penanda masuk musim kemarau.

"Angin timuran itu menjadi tanda bahwa saat ini telah masuk musim kemarau di wilayah Indonesia. Karena di sebagian besar wilayan Indonesia berada di posisi selatan equator, maka dari itu terjadi musim kemarau," ujar Ari Widjajanto, Senin (1/7/2019).

Tetapi, tidak semua wilayah di Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Yang belum, beberapa di antaranya adalah Sumatera, Sulawesi, Papua dan Maluku.

Oleh karena itu, di beberapa wilayah yang memasuki musim panas, suhu udara justru terasa dingin dibanding musim hujan.

Sebab, di musim hujan, matahari cenderung berada tepat di atas garis khatulistiwa.

"Anginnya bahkan bertiup lebih kencang, karena tidak ada awan di musim panas ini. Sehingga terasa panas, dan anginnya berhembus menyebabkan udara lebih sejuk," paparnya.

Namun, meski suhu udara di Kota Surabaya akhir-akhir ini terasa dingin, bukan berarti musim kemarau tidak jadi datang.

Justru, suhu udara yang dingin, kata Kepala Forecaster Badan Meteorologi dan Klimatologi Geofisika / BMKG Maritim Perak II, Ari Widjajanto, adalah penanda bahwa sudah memasuki musim kemarau.

Di musim panas ini, kata Ari Widjajanto, ada beberapa hal yang perlu di waspadai oleh warga Surabaya, mulai dari kekeringan hingga angin kencang.

"Angin kencang akan terjadi, kami imbau masyarakat untuk tidak membakar sampah sembarangan. Selain itu, kekeringan juga bisa melanda beberapa wilayah di Surabaya pinggiran," kata Ari Widjajanto.

Beberapa wilayah yang perlu waspada kekeringan adalah Lakarsantri, Benowo dan Pakal karena tidak adahnya aliran air menyuplai kawasan tersebut.

Angin kencang di musim kemarau juga menyebabkan beberapa wilayah pesisir mengalami gelombang tinggi.

Mulai pertengahan Juni juga akan terjadi gelombang tinggi, sehingga perjalanan laut patut diwaspadai.

"Mulai pertengahan Mei, fluktuasi pertengahan gelombang mulai tampak dan gangguan sirkulasi udara yang ada di Kalimantan, itu kadang muncul, kadang tidak. Dan di bulan Juli, terjadi peningkatan-peningkatan kecepatan angin, dan tinggi gelombang pun akan meningkat," tegas Ari Widjajanto.

Surabaya yang identik dengan hawa panas, tapi pada akhir-akhir ini terasa lebih dingin diakui oleh sejumlah warga Kota Surabaya.

Hal ini misalnya diakui oleh Afrieza Zaqi Sutan Marhoem (24), yang terbiasa bersepeda pagi.

"Saya kan tiap tahun ke Bandung, Surabaya sekarang dinginnya seperti Bandung. Rasa dinginnya waktu pagi itu seperti Bandung sehari-hari. Saya gowes saja sampai kedinginan," ujarnya, Senin (1/7/2019).

Ada lagi Yudith Listy (23). Menurutnya, Kota Pahlawan saat siang hari kini tidak segerah biasanya. Kondisi ini membuat warga Tambaksari tersebut senang saat pergi ke luar di siang hari.

"Kita biasanya siang-siang kena panas matahari itu gerah, sekarang itu kena anginnya dingin, jadi tidak seberapa gerah, beda sama Surabaya biasanya. Tapi lebih baik seperti ini sih, jadi siang hari tidak kepanasan," kata Yudith.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved