Kisah Nenek Madura Sebatang Kara, Hidup di Pinggir Jalan Kais Rejeki Jual Sapu Lidi Rp 1 Ribu Sehari

Kisah Nenek Madura yang Sebatang Kara, Hidup di Pinggir Jalan Mengais Rejeki dari Jual Sapu Lidi Rp 1 Ribu Sehari

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/ALI HAFIDZ SYAHBANA
Wabub Sumenep Achmad Fauzi Beri Bantuan Nenek Madura Sebatang Kara di Dusun Dik Kodi Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura. 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Ali Hafidz Syahbana

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP - Sejak suaminya meninggal dunia, Dayyara (82) hidup sebatang kara di gubuk bambu yang sudah lapuk dan berlubang.

Nenek Madura ini tinggal di tepi Jalan Raya Sumenep - Lombang, tepatnya di Dusun Dik Kodik Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura.

Kesibukan setiap harinya, nenek Dayyara yang selama hidupnya tidak memiliki keturunan ini membuat sapu lidi dari daun pohon kelapa.

Saat ditemui TribunMadura.com, Minggu (22/12/2019), untuk menyambung hidupnya nenek Madura ini mengaku hanya bisa membuat satu ikat lidi dalam sehari yamg dijualnya seharga Rp 1 ribu rupiah untuk mencukupi kebutuhan sehari - hari.

"Saya setiap hari hanya membuat sapu lidi, kalau dijual harganya hanya Rp 1 ribu rupiah," kata nenek Dayyara ini di dalam rumah gubuknya yang mulai bolong.

Nenek Madura ini mengaku, jika setiap hari hanya bisa membuat satu ikat sapu lidi dan setiap 5 hari sekali dijualnya dengan mendapatkan uang Rp 5 ribu untuk membeli beras setengah kulakan.

Nenek berusia lanjut ini menceritakan, jika ikatan sapu lidi ini dijualnya ke Pulau Poteran atau Kecamatan Talango, Sumenep, Madura.

"Saya tidak punya anak, suami saya sudah meninggal lama. Saya tidak punya saudara dan orang tua. Ada di tempat ini sejak tahun 1955," tuturnya dengan nada datar.

Usianya yang sudah senja ini hidup di rumah bambu, bila hujan deras air hujan masuk dari atap rumah tak layak dengan ukuran 2×6 meter tersebut.

Dayyara hanya bisa berharap dapat perhatian dari Pemerintah.

Diberitakan sebelumnya, rasa kepedulian Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi muncul setelah mendengar seorang nenek hidup sebatangkara.

Nenek itu tinggal di Dusun Dik Kodi Desa Gapura Timur, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep.

Nenek sebatangkara ini bernama Dayyara (82) memang sangat memperihatinkan, rumah yang ditempati berdinding bambu, beralas tanah dan berada di tepi Jalan Raya Sumenep - Lombang dengan ukuran rumahnya kurang lebih 2×6 meter.

Pantauan TribunMadura.com di lokasi, kondisi rumah dari anyaman bambu ini sudah lapuk dan atapnya terlihat mulai bolong.

Nenek yang lahir sebelum kemerdekaan Indonesia ini mengaku setiap hari menjual sapu lidi untuk memenuhi kebutuhannya.

"Sapu lidi ini dijual harganya Rp 1 ribu rupiah, setiap hari hanya bisa membuat satu sapu lidi. Setiap lima hari saya dapat Rp 5 ribu dan dijual buat beli beras," kata nenek Dayyara.

Wakil Bupati Sumenep Achmad Fauzi kemudian hadir memberikan bantuan sembako, berupa beras dan mie. Minggu (22/12/2019).

"Melihat kondisi nenek Dayyara ini kami tak mau tinggal diam, ini menjadi tugas kita semua dan bukan hanya Pemerintah saja.

Siapapun profesinya harus memiliki rasa kepedulian," kata Achmad Fauzi pada TribunMadura.com.

Kehadiran bakal calon Bupati Sumenep 2020 ini tak hanya cukup dari Pemerintah, namun secara pribadi hati dan perasaan Achmad Fauzi benar - benar tersentuh melihatnya.

Sebab katanya, nenek Dayyara yang sudah berusia lanjut ini sulit hidup dengan serba sulit sebatangkara.

"Ini kategorinya masuk orang tua terlantar, karena tidak punya siapa - siapa.

Dan mencari nafkahnya sendiri, gimana jika kondisinya waktu sakit," katanya.

Achmad Fauzi menyatakan, jika hal ini menjadi PR Pemerintah kedepan bagaimana ada program khusus untuk menuntaskan kemiskinan.

"Ini menjadi menjadi PR kita kedepan, bagaimana ada prògram khusus siapapun Bupati Sumenep yamg terpilih nanti," katanya.

Bantuan yang diberikan pada nenek Dayyara ini katanya, tidak hanya sekali saja.

Namun akan dikontrol setiap bulan sekali oleh Achmad Fauzi.

"Sering saya temukan orang tua terlantar saat turun ke desa - desa, dan pemerintah memang harus turun langsung kebawah.

Setelah melihat kondisi seperti ini kita tidak beri bantuan sekaligus, paling tidak setiap bulan nanti," katanya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved